Meutya Hafid Menkomdigi: Tegas Nonaktifkan Pegawai, Namun Cemas Saat Rapat dengan DPR RI
Meutya Hafid mengungkapkan rasa gugupnya saat menghadiri rapat pertama dengan Komisi I DPR RI, meskipun sebelumnya ia menjabat sebagai ketua komisi tersebut.
Meutya Viada Hafid merupakan sosok yang telah meniti karier dari dunia jurnalisme hingga mencapai posisi penting di pemerintahan sebagai Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia.
Ia memulai perjalanan kariernya sebagai jurnalis yang gigih, bahkan pernah mengalami penyanderaan saat bertugas di Irak pada tahun 2005, sebuah pengalaman yang sangat memengaruhi pandangan hidupnya. Latar belakangnya sebagai jurnalis dan keterlibatannya dalam dunia politik menjadikannya dikenal sebagai individu yang memiliki komitmen tinggi terhadap profesinya.
Saat ini, Meutya memegang tanggung jawab besar di Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), di mana ia mengawasi kebijakan digital di Indonesia serta berupaya menegakkan integritas dalam lembaga yang dipimpinnya.
Sebagai Menteri Komunikasi dan Digital, ia telah mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan 11 pegawai kementerian yang terlibat dalam judi online. Meskipun demikian, ia mengaku merasa gugup saat menghadapi rapat perdana dengan Komisi I DPR RI, yang merupakan komisi yang pernah ia pimpin sebelumnya.
Sepak Terjang sebagai Jurnalis
Meutya Viada Hafid lahir pada 3 Mei 1978 dan berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang dari Soppeng, Sulawesi Selatan. Sebelum memasuki dunia politik, ia dikenal sebagai seorang jurnalis di Metro TV yang memiliki reputasi tinggi dalam peliputan berita, termasuk pengalaman dramatis ketika disandera saat bertugas di Irak pada tahun 2005.
Karier Meutya dimulai sebagai wartawati di Metro TV, di mana ia terkenal sebagai pembawa acara program-program seperti Top Nine News, Today's Dialogue, dan Metro Hari Ini. Pada tahun 2005, Meutya, bersama rekannya Budiyanto, mengalami pengalaman menegangkan saat disandera oleh kelompok bersenjata di Irak selama beberapa hari, yang kemudian ia dokumentasikan dalam bukunya yang berjudul 168 Jam dalam Sandera.
Prestasi yang diraihnya tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 2007, ia dianugerahi Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill oleh Pemerintah Australia, dan setahun kemudian, pada tahun 2008, ia menerima penghargaan Alumni Australia dalam kategori Jurnalisme dan Media.
Perjalanan Politik
Meutya Hafid memulai karier politiknya dengan bergabung di Partai Golkar, dan sejak tahun 2010, ia telah menjabat sebagai anggota DPR-RI menggantikan Burhanuddin Napitupulu. Sejak tahun 2019, ia dipercaya untuk memimpin Komisi I DPR yang menangani isu-isu penting seperti pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi.
Sebagai kader Partai Golkar, Meutya aktif dalam berbagai organisasi sayap partai, di mana ia menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Polhukam dan MPO DPP Ormas MKGR. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komisi I DPR, ia terlibat dalam pengawasan isu digital di Indonesia, menunjukkan komitmennya terhadap perkembangan teknologi dan informasi.
Pada tahun 2024, Meutya dilantik sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), yang merupakan langkah signifikan dalam karier politiknya. Pengalamannya sebagai jurnalis dan anggota DPR RI dianggap sebagai aset berharga dalam menjalankan tanggung jawab barunya ini.
Peran Menkomdigi
Pada awal kepemimpinannya, Meutya telah menunjukkan komitmennya dalam berbagai kebijakan digital. Salah satu langkah nyata yang diambilnya adalah menonaktifkan 11 pegawai kementerian yang terlibat dalam praktik judi online, sebagai bentuk menjaga integritas di lingkungan kerjanya.
Saat menghadiri rapat pertama bersama DPR, Meutya mengaku merasa "deg-degan" karena harus beralih dari posisi pengawas eksekutif menjadi menjawab pertanyaan dari mantan koleganya di Komisi I. Salah satu inisiatif utama yang ia usulkan adalah memperkuat peran Kementerian Komunikasi dan Digital dalam persiapan Pilkada 2024, termasuk menjamin keamanan tata kelola informasi di era digital.
Dalam upaya untuk menghadapi tantangan yang ada, Meutya juga mempersiapkan diri untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai judi online, yang merupakan isu sensitif di masyarakat dan di kalangan DPR. Ia menekankan pentingnya peran kementeriannya dalam menanggapi setiap masalah yang berkaitan dengan keamanan digital secara proaktif.
Meutya Viada Hafid tidak hanya menunjukkan komitmen yang kuat sebagai seorang jurnalis, tetapi juga keseriusannya dalam membangun reputasi di dunia politik Indonesia melalui kontribusi aktifnya di Partai Golkar dan Komisi I DPR, hingga akhirnya ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital.
Apa saja penghargaan yang pernah diterima Meutya Hafid sebagai jurnalis?
Meutya telah meraih Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill yang diberikan oleh Pemerintah Australia pada tahun 2007. Selain itu, pada tahun 2008, ia juga mendapatkan penghargaan Alumni Australia dalam kategori Jurnalisme dan Media. Prestasi ini menunjukkan dedikasi dan kontribusinya yang signifikan di bidang jurnalisme.
Bagaimana perjalanan karier politik Meutya Hafid?
Meutya Hafid memulai perjalanan politiknya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun 2010 dengan bergabung ke dalam Partai Golkar. Setelah itu, ia menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR sejak tahun 2019, sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Komunikasi dan Digital pada tahun 2024.
Apa yang dilakukan Meutya Hafid dalam upayanya meningkatkan integritas di Kemkomdigi?
Meutya mengambil tindakan tegas dengan menonaktifkan 11 pegawai yang diduga terlibat dalam pelanggaran hukum. Langkah ini diambil untuk menjaga integritas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) serta membangun kredibilitas institusi, terutama di tengah meningkatnya tantangan yang disebabkan oleh kejahatan digital.
Apa saja tantangan yang dihadapi Meutya Hafid sebagai Menteri Komunikasi dan Digital?
Meutya menghadapi tantangan besar dalam mengatasi masalah keamanan digital serta meningkatnya aktivitas judi online. Hal ini memerlukan penerapan regulasi yang ketat dan pengawasan yang lebih intensif terhadap praktik siber di Indonesia.
Isu-isu tersebut tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara luas. Oleh karena itu, penting bagi pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terlindungi.