7 Januari Lahirnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Tokoh Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan DI/TII terjadi pada tahun 1948 hingga 1949.
Pemberontakan DI/TII terjadi pada tahun 1948 hingga 1949.
7 Januari Lahirnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Tokoh Pemberontakan DI/TII
Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak tokoh nasional yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Mulai dari Presiden dan Wakil Presiden pertama Soekarno dan Hatta, hingga pahlawan-pahlawan nasional seperti Achmad Soebarjo, Sayuti Melik, Agus Salim, R.A. Kartini, hingga Cut Nyak Dien.
Selain itu, ada pula tokoh lain yang turut mengukir perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Kapan Djuanda Kartawidjaja lahir? Biografi Singkat Djuanda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 Januari 1911 dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat.
-
Kapan Ki Hadjar Dewantoro lahir? Tanggal 2 Mei dipilih sebagai Hardiknas karena bertepatan dengan kelahiran tokoh pendidikan Indonesia, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang biasa dikenal Ki Hajar Dewantara.
-
Bagaimana pengaruh Notodiharjo terhadap Kartosoewirjo? Notodiharjo menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam merespons ajaran-ajaran Islam.
-
Dimana Sindoedarsono Soedjojono lahir? Profil Singkat Sindoedarsono Soedjojono atau disapa dengan sebutan 'Djon' ini lahir dari Kisaran, Sumatera Utara pada tahun 1913.
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
-
Kapan Kartosoewirjo masuk ELS di Bojonegoro? Lulus dari ISTIK, SM Kartosoewirjo masuk ELS (sekolah dasar dan sekolah lanjutan untuk orang Eropa) di Bojonegoro saat usianya 12 tahun.
Tepat pada hari ini, 7 Januari adalah tanggal lahirnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Menarik untuk dibahas lebih jauh bagaimana latar belakang Kartosoewirjo. Mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan, hingga karir dan pemikirannya.
Berikut, kami merangkum sejarah 7 Januari, lahirnya tokoh DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, bisa Anda simak.
Awal Kehidupan
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
Kartosoewirjo tumbuh dari keluarga yang memiliki latar belakang keagamaan Islam yang kuat. Ia mendapatkan pendidikan awal di sekolah yang didirikan oleh ayahnya, yaitu ISTK (Inlandsche School Tot Opleiding Van Kejuruan) yang kemudian berganti nama menjadi ELS (Europesche Lagere School). Pengaruh dari ayahnya yang merupakan seorang ulama dan guru agama juga turut membentuk pemikiran dan keyakinan Kartosoewirjo dalam hal agama dan keadilan sosial.
Pendidikan formal Kartosoewirjo kemudian dilanjutkan ke HOS Tjokroaminoto's Taman Siswa, sebuah sekolah yang sangat mempengaruhi pandangannya terhadap nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan. Setelah lulus dari Taman Siswa, Kartosoewirjo melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Kedokteran.
Pendidikan dan pengaruh dari lingkungan keluarga dan tokoh-tokoh terkemuka seperti HOS Tjokroaminoto telah memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran dan pandangan hidup Kartosoewirjo, terutama dalam hal agama, nasionalisme, dan perjuangan kemerdekaan.
Karier
Setelah menyimak sejarah 7 Januari lahirnya Kartosoewirjo, berikutnya akan dijelaskan perjalanan kariernya.
Kartosoewirjo mulai melanjutkan karirnya setelah keluar dari PSII dengan mendirikan gerakan politiknya sendiri yang bertujuan untuk mengadvokasi Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah.
Meskipun menghadapi banyak rintangan dari pihak lain, Kartosoewirjo tetap teguh pada pendiriannya dan terus memperjuangkan visi dan misinya. Ia meyakini bahwa Negara Islam Indonesia adalah solusi terbaik untuk masyarakat dan bangsa, serta ia berkomitmen untuk mewujudkannya tanpa mengenal lelah.
Negara Islam Indonesia
Setelah mengetahui sejarah 7 Januari lahirnya Kartosoewirjo, selanjutnya akan dijelaskan NII.
Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pada tahun 1949, dengan tujuan untuk mendirikan negara Islam yang independent di Indonesia. Ia kemudian melancarkan pemberontakan yang dikenal dengan sebutan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan ini terutama terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kartosoewirjo berhasil mendominasi beberapa daerah di Jawa Barat dan mendeklarasikan wilayah-wilayah tersebut sebagai bagian dari NII. Pemerintah Indonesia bereaksi dengan keras terhadap pemberontakan ini. Mereka meluncurkan operasi militer untuk menghentikan pemberontakan DI/TII dan menangkap Kartosoewirjo pada tahun 1962. Setelah ditangkap, Kartosoewirjo dihukum mati oleh pemerintah Indonesia. Pemberontakan DI/TII dianggap sebagai ancaman serius bagi kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga pemerintah Indonesia bertindak tegas untuk menghentikan pemberontakan ini. Meskipun NII dan pemberontakan DI/TII telah berakhir, jejak sejarahnya tetap meninggalkan dampak yang signifikan dalam sejarah Indonesia.Kekalahan
Terakhir, akan dijelaskan momen kekalahan yang dialami oleh Kartosoewirjo
Pada tahun 1962, Kartosoewirjo dan Gerakan DI mengalami kekalahan setelah dipaksa untuk menyerah oleh pemerintah. Kartosoewirjo, pemimpin Gerakan DI, akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Taktik terakhir gerilyawan DI dalam melawan pemerintah melibatkan serangkaian serangan gerilya dan upaya sabotase terhadap pemerintahan Republik Indonesia. Namun, akhirnya mereka terpaksa menyerah setelah pemerintah berhasil menekan perlawanan mereka.
Penangkapan Kartosoewirjo menjadi pukulan besar bagi Gerakan DI, karena Kartosoewirjo dianggap sebagai simbol utama perlawanan mereka. Dengan ditangkapnya Kartosoewirjo, gerakan tersebut kehilangan momentum dan akhirnya mengalami kekalahan.
Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Kartosoewirjo menunjukkan bahwa pemerintah sangat tegas dalam menindak gerakan perlawanan. Kekalahan Gerakan DI pada tahun 1962 ini menandai berakhirnya perlawanan bersenjata mereka dan memperkuat kendali pemerintah terhadap wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh gerakan tersebut.