Nyaris Dibunuh 26 Kali tapi Gagal Semua, Ini Kisah Bung Karno yang Jarang Diketahui Orang
Ancaman hingga percobaan pembunuhan datang dari kawan dekatnya semasa indekos di Surabaya
Sosok Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno memiliki segudang kisah yang menarik dikulik. Mulai dari masa kecilnya, keluarga, kisah cinta, perjuangan, hingga jatuh bangun kehidupannya.
Salah satu kisah yang belum banyak diketahui orang ialah banyaknya ancaman pembunuhan yang diterima sang proklamator. Bahkan, beberapa upaya pembunuhan terhadap Bung Karno datang dari teman baiknya selama indekos di Surabaya.
-
Di mana Bung Karno dilahirkan? Tiga tahun pasca kelahiran Soekarmini, pada 6 Juni 1901 Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah sederhana di sekitar Makam Belanda kampung Pandean III Surabaya.
-
Kapan Bung Karno diasingkan ke Bengkulu? Provinsi Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno selama era sebelum kemerdekaan dalam rentang tahun 1938-1942.
-
Dimana lokasi rumah pengasingan Bung Karno? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Siapa ibu dari Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai.
-
Kapan Tino Karno meninggal? Sang ayah kembali ke pangkuan Tuhan saat dirinya masih berusia 8 tahun.
-
Apa yang dilakukan Bung Karno saat pulang ke Blitar? Beberapa foto yang menggambarkan hubungan harmonis anak dan ibu adalah saat di mana sang proklamator itu tengah sungkem pada ibunda tercinta.
Setidaknya ada dua teman baik Bung Karno di Surabaya yang setelah kemerdekaan RI memiliki ideologi berbeda dan menyerang sang proklamator. Salah satunya dengan lantang memerintahkan para anak buahnya untuk membunuh Bung Karno.
Upaya Pembunuhan
Mengutip YouTube Liputan6, Bung Karno menerima ancaman pembunuhan hingga 26 kali. Dari total tersebut, hanya empat ancaman yang ditindaklanjuti menjadi upaya percobaan pembunuhan. Keempat percobaan pembunuhan itu pun gagal.
Kartosoewirjo, pendiri Negara Islam Indonesia (NII) yang dulunya teman indekos Soekarno di rumah HOS Tjokroaminoto meminta para pengikutnya untuk membunuh Bung Karno.
“Setelah memproklamasikan NII, Kartosoewirjo dengan lantang menyatakan Soekarno harus dibunuh,” ungkap Roso Daras, penulis buku Kartosoewirjo, seperti dikutip dari YouTube Liputan6.
Perbedaan Ideologi
Upaya pembunuhan yang dilakukan Kartosoewirjo kepada Bung Karno karena adanya perbedaan ideologi. Bagi Kartosoewirjo, Indonesia harus menjadi negara berasaskan Islam, sementara bagi Bung Karno Islam adalah salah satu inspirasi tata kehidupan bernegara dan bukan satu-satunya.
“Bagi Bung Karno, Islam itu diambil apinya bukan abunya, artinya bukan yang kolot-kolotnya seperti orang dahinya harus hitam karena rajin sujud, tetapi semangat juangnya,” ungkap sejarawan Bonnie Triyana, dikutip dari YouTube Liputan6.
Perseteruan Bung Karno dengan Musso dan Kartosoewirjo membuktikan bahwa dalam urusan politik, kawan bisa jadi lawan. Apa yang terjadi dengan ketiganya sebelum dan sesudah kemerdekaan berbalik 180 derajat. Dulu mereka kerap berdialog maupun bercanda selayaknya teman akrab, namun usai kemerdekaan persahabatan itu berubah menjadi perseteruan.
Sang Orator
Salah satu kemampuan Soekarno yang membuat sosoknya sulit ditandingi, termasuk oleh Musso dan Kartosoewirjo yang ingin mengubah ideologi NKRI ialah kemampuannya berpidato.
Mengutip YouTube Liputan6, Syahrir pernah mengungkapkan jika Musso memiliki tingkat kepopuleran 10% saja dari Soekarno, maka ia akan dipertimbangkan menjadi presiden. Ungkapan ini menunjukkan betapa populernya Bung Karno karena kemampuan orasinya.
Usut punya usut, kemampuan orasi Soekarno tidak datang begitu saja. Sejak indekos di rumah HOS Tjokroaminoto, ia kerap belajar dari pemimpin organisasi Sarekat Islam itu tentang pemilihan kata dan cara berbicara.
Di kamar indekosnya, Soekarno kerap belajar orasi sendirian dan tak jarang digoda teman-temannya seperti Kartosoewirjo. Selanjutnya, setiap kali pulang ke rumah orang tuanya di Blitar, Soekarno memiliki hobi unik belajar orasi di pohon asam yang berlubang. Di sana, ia kerap berteriak-teriak untuk berpidato.