Kisah Soekarno di Bandung, Rela Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga
Sokearno pernah memenangkan hati warga Bandung dan Jawa Barat lewat pemikirannya
“Hanya ke Bandunglah aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya,” kata Soekarno.
Kisah Soekarno di Bandung, Belajar Bahasa Sunda untuk Serap Aspirasi Warga
Soekarno memang pernah tinggal cukup lama di Kota Bandung. Dia berproses di kota 'lautan api' itu untuk menjadi pemimpin dan menyerap aspirasi masyarakat. Tak tanggung-tanggung, Soekarno muda rela belajar Bahasa Sunda agar bisa berkomunikasi dan diterima oleh masyarakat tatar Priangan.
-
Bagaimana Soekarno menggambarkan semangat juang bangsa Indonesia? Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad, 'Merdeka, merdeka atau mati'!
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Apa nama sekolah dasar tempat Soekarno belajar? Bung Karno dulu menempuh pendidikan SD di Sekolah Ongko Loro (kini SDN Purwotengah) dan SMP di Europesche Lagere School (ELS) yang kini SMPN 2 Kota Mojokerto.
-
Bagaimana cara Soekarno meningkatkan bahasa Belanda nya? Meski demikian, semangat Soekarno tidak reda. Ia mempu beradaptasi bahkan memiliki sejumlah sahabat yang kemudian membantunya meningkatkan kemampuan bahasa Belandanya.
-
Bagaimana Soekarno menanamkan jiwa nasionalisme? Salah satu cara Soekarno untuk menanamkan jiwa nasionalisme yang membara adalah dengan melontarkan kata-kata.
Semuanya bermula saat Bung Karno melanjutkan pendidikan di Bandung. Di sela-sela menimba ilmu, Soekarno mengikuti banyak kelompok diskusi, sampai terjun ke dunia politik. Di sana juga, Soekarno mempersunting Inggit Garnasih yang membantunya untuk mewujudkan kedaulatan negara Indonesia.
Soekarno Berhijrah ke Bandung
Akhir Juni 1921, Soekarno muda datang dari Surabaya dan ingin membangun mimpinya. Dia tidak terpikir untuk menjadi seorang politisi. Di kepalanya hanya ada bayangan untuk memperdalam ilmu keinsinyuran konstruksi.
Gambaran ini membuat dia bersemangat ke Bandung. Apalagi di kota itu terdapat sekolah populer bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng disingkat TH Bandung.
Di kampus yang kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, pemikirannya seketika berubah saat bertemu banyak tokoh, dan mengikuti berbagai kelompok diskusi. Soekarno mulai berambisi membangun Indonesia yang tidak terikat kepada penjajah.
Tertarik ke Politik
Kecakapan Soekarno terhadap kondisi sosial, memantiknya aktif di masyarakat. Dia banyak berdiskusi dengan tokoh yang ada di Bandung. Soekarno kepincut ke sebuah kongsi bernama Algemene Studie Club.
Usai enam tahun menimba ilmu, darah mudanya semakin menggebu. Dia ingin membantu masyarakat yang terdampak penjajah. Soekarno semakin aktif blusukan, terlebih saat bergabung di Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Setelah dipercaya untuk menjadi ketua organisasi, jalan untuk mengenal warga Priangan terbuka. Soekarno rajin keliling dari pintu ke pintu untuk mencari apa yang dibutuhkan masyarakat agar sejahtera.
Soekarno dan Bahasa Sunda
Hari itu tanggal 27 Juli 1927. Menyandang gelar baru sebagai pemimpin partai dia mulai bergerilya, menjadwalkan mencari aspirasi dari kampung ke kampung. Ada peran penting sang istri di sini yang menjadi guru Bahasa Sundanya Soekarno dengan sungguh-sungguh dapat menyelami kondisi masyarakat.
Dalam sebuah literatur disampaikan bahwa Soekarno kerap membawa istrinya saat pertemuan penting. Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda. Soekarno melirik Inggit, ketika tak paham maksud yang disampaikan warga Jawa Barat dan memberi tahu artinya.
Menaklukan Hati Warga Jawa Barat
Kemapuan Bahasa Sundanya memang tak sebagus warga lokal, namun Soekarno mampu menarik simpati warga setempat. Ini dibuktikan saat Soekarno blusukan ke sebuah kampung dan bertemu petani bernama Ki Marhaen atau Mang Aeng.
Kemampuannya berdiskusi dan memakai Bahasa Sunda mampu mendekatkannya keduanya. Dari sana muncul gagasan Marhaenisme.
"Founding Father kita ini luar biasa, di usia muda sudah turun door to door, menampung aspirasi. Jurus jitu beliau lakukan dengan menguasai bahasa Sunda sehingga mudah di terima masyarakat," kata politisi Anggota DPR TB Hasanuddin, dalam Liputan6.com.
Ditahan di Bandung dan Lahirnya Indonesia Menggugat
Masifnya gerilya polisi kelas bawah menghantarkan Soekarno sebagai sosok yang diwaspadai Belanda. Para elit kolonial menganggap Soekarno mengancam kepentingan jajahan, hingga dia dibui di penjara Banceuy.
Ruang sempit seluas 1,5 x 2,5 meter tak menghalangi niat Soekarno memberontak. Dia lantas menelurkan gagasannya tentang konsep kemerdekaan melalui pledoi Indonesia Menggugat yang menggemparkan.
"Pledoi itu disampaikan di depan pengadilan dengan judul Indonesia Menggugat," katanya.