Ada di Mana Soeharto Saat Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?
Ini kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?
Ini kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?
Ada di Mana Soeharto Saat Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?
Bung Karno dan Bung Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
Berita kemerdekaan itu tidak lantas diketahui seluruh rakyat Indonesia di pelosok daerah. Jepang membatasi akses informasi. Penyebaran berita pun sangat terbatas kala itu.
-
Bagaimana Soekarno memproklamasikan kemerdekaan? Bendera itulah yang dikibarkan pertama setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
-
Apa yang dilakukan Soekarno saat proklamasi? Bung Karno menggambarkan upacara itu sangat sederhana. Bendera pertama yang dikibarkan adalah jahitan tangan Ibu Fatmawati. Tiangnya dari batang bambu yang ditancapkan beberapa saat sebelumnya ke tanah. Tidak ada musik, tidak ada orkestra, hanya lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama. “Alhamdulillah, Bendera Republik Sekarang Telah Berkibar.“ “Kalau pun ia diturunkan lagi, itu harus melalui mayat dari 72 juta bangsaku. Kami tak akan melupakan semboyan revolusi: Sekali Merdeka tetap Merdeka!“ tegas Bung Karno.
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Siapa yang Soeharto katakan sebagai patriot Indonesia? “Saya ini tentara. Tentara itu pedoman hidupnya Sapta Marga. Kami patriot Indonesia, pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah.“
-
Mengapa Soekarno memilih tanggal 17 Agustus? “Aku sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini dikerjakan pada tanggal 17,“ kata Bung Karno. Kenapa Tanggal 17 Agustus 1945? “17 Adalah angka yang suci. Kita sedang berada di Bulan Ramadan, dan Hari Jumat adalah tanggal 17. Jumat Legi, Jumat yang manis, Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17 dan Orang Islam Salat 17 rakaat dalam sehari,“ kata Sukarno. “Aku menyadari, adalah takdir Tuhan peristiwa ini akan jatuh di hari keramat-Nya. Proklamasi akan berlangsung tanggal 17. Revolusi akan mengikuti setelah itu,“ tambah Bung Karno.
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
Soeharto pun tak tahu jika pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah merdeka. Saat itu dia adalah seorang perwira Pembela Tanah Air (PETA) berpangkat Chudancho, atau setingkat komandan kompi.
Saat Proklamasi Terjadi, Soeharto Tengah Melatih Calon Bintara (Bundancho) di Brebeg, Nganjuk.
"Pada saat Bung Karno mengumandangkan kemerdekaan kita itu, saya masih di Brebeg. Sedang melatih para prajurit," kata Soeharto. Pada tanggal 18 Agustus 1945, keanehan terjadi. Mereka dibubarkan oleh Jepang usai latihan. Jepang meminta senjata mereka. Mobil pun dirampas oleh tentara Jeoang.
Soeharto yang kebingungan meninggalkan Brebeg ke Madiun, lalu ke Yogyakarta. Di Yogyakarta dia mulai mendengar secara samar-samar tentang berita kemerdekaan Indonesia.
Dari Koran Matahari yang Terbit di Yogyakarta 19 Agustus 1945, Soeharto Memperoleh Informasi Lengkap Soal Kemerdekaan RI.
Sebagai perwira militer, Soeharto mengaku seolah mendapat panggilan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Apalagi saat itu militer Jepang masih berkuasa.
Soeharto Kemudian mengumpulkan Kawan-Kawannya, Eks Perwira PETA di Yogyakarta
Mereka membentuk Badan Keamanan Rakyat. Soeharto terpilih sebagai wakil ketua. Anggota BKR tediri dari mantan tentara PETA, Heiho, dan pemuda-pemuda lainnya. Mereka mulai melucuti senjata-senjata milik tentara Jepang di Yogyakarta.
Peristiwa itu terjadi 7 Oktober 1945. Mereka berhasil merebut banyak senjata Jepang, tapi 21 pemuda gugur dalam pertempuran.
Saat itu Usia Soeharto Baru 24 Tahun. Dia Memimpin Aksi Penyerbuan Markas Jepang di Kotabaru
Soeharto dan Pasukannya Juga Menyerang Lapangan Terbang Maguwo
Mereka berhasil merebut beberapa pesawat terbang milik Jepang. Pesawat itu diserahkan pada Adisutjipto dan digunakan kembali untuk membentuk Angkatan Udara RI. Soeharto kemudian diangkat menjadi Mayor Batalyon X dengan pangkat Mayor. Dia meneruskan karirnya di militer, kelak menjadi Presiden Republik Indonesia.