Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen
Bangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Bangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen
Ketika peristiwa Agresi Militer Belanda II tahun 1948 pihak kolonial pun sempat merembut kembali wilayah Indonesia tepatnya Kota Yogyakarta. Hal ini menyebabkan keadaan menjadi keruh kembali dan pemerintah pusat menjadi terancam. Tepat tanggal 22 Desember 1948, Ir. Soekarno, Haji Agus Salim, dan Sutan Syharir dibawa ke Berastagi dan diamankan di Parapat.
Sementara itu, Dr. Moh. Hatta, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Moh. Roem dan beberapa tokoh lainnya diamankan di Pesanggrahan Menumbing. Ketika mereka diamankan dan diasingkan menjadi momen penting untuk menentukan arah Bangsa Indonesia setelah ini.
Di Pesanggrahan Menumbing inilah banyak saksi bisu pengasingan para tokoh nasional sampai lahirnya perjanjian Roem-Royen.
Seperti apa kisah dan tempat Pesanggrahan Menumbing di Bangka Belitung? Simak ulasan informasinya berikut ini.
Penginapan Pegawai Timah
Pesanggrahan Menumbing terletak di Bukit Menumbing, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.
Tempat ini dulunya dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927 silam.
Tujuan didirikannya bangunan ini sebagai tempat istirahat para penambang Timah.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Mengapa Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok? Dalam peristiwa ini, tokoh utama, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, diculik dan dibawa ke Rengasdengklok oleh sejumlah tokoh muda.
-
Dimana Soekarno dipenjara? Di tahun 1929, orator ulung itu sempat ditawan Belanda karena gerakan pemberontakannya terhadap kolonialisme di Partai Nasional Indonesia (PNI).Ia diculik pasukan kolonial dan dijebloskan ke sebuah penjara kuno di Jalan Banceuy, bersama tiga tokoh lain, yakni R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris II PNI Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI Bandung).
-
Apa yang terjadi saat Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok? Para pemuda juga merencanakan aksi bumi hangus dan revolusi melawan Jepang di Jakarta.
-
Mengapa Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok? Para pemuda memutuskan untuk membawa SUkarno agar tidak dipengaruhi Jepang.
-
Kapan Soekarno diasingkan di Bengkulu? Masa pengasingan Soekarno mulai tahun 1938 sampai 1942 ini telah muncul jalinan asmara dengan Fatmawati setelah sang presiden aktif dalam kegiatan kepemudaan Bengkulu.
Adapun beberapa tokoh yang tinggal di bangunan seperti villa mewah pada zamannya itu, di antaranya Mohammad Hatta, Abdoel Gaffar Pringgodigdo, Soerjadi Soerjadarma, Assaat, Ali Sastroamidjojo, dan Mohamad Roem.
Pengasingan Tokoh Nasional
Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
Selama di tempat ini, mereka hidup dengan kamar terpisah, Soekarno menempati kamar 12, Mohammad Roem di kamar 12-A, sedangkan Agus Salim berada di kamar 11.
Meski dipisahkan, para tokoh juga memikirkan nasib negara Indonesia pada saat itu. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Pesanggrahan Menumbing sendiri berada di ketinggian sekitar 445 meter di atas permukaan laut.
Di sekitar lokasi pun masih banyak ditumbuhi tanaman kayu dan juga hutan konservasi.
Tak heran di tempat ini memiliki hawa yang cenderung sejuk layaknya villa yang berada di pegunungan.
Pindah Tempat
Soekarno merasa tidak nyaman dan tidak betah dengan suasana dingin puncak Bukit Menumbing. Ia bersama Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun dipindahkan ke Pesanggrahan Muntok.
Meski mereka terpisahkan semakin jauh, para tokoh pun tak henti-henti berjuang melalui jalur diplomasi. Mereka terus memikirkan konsep strategi perundingan agar bisa mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Perjanjian Roem-Royen
Setelah menyiapkan strategi perundingan, akhirnya waktu yang dinanti pun tiba. Tepat 17 April 1949, delegasi Indonesia bersama Belanda memulai perundingan untuk merampungkan kembalinya mereka ke Tanah Air.
Perjanjian ini diwakili oleh Mohammad Roem dan Herman van Roijen yang sampai sekarang dikenal sebagai Perjanjian Roem-Roijen atau Royen.
Usai perjanjian itu disepakati, Ir. Soekarno pada 6 Juli 1949 bisa bebas dari pengasingan dan kembali ke Yogyakarta sebagai ibu kota sementara Indonesia. (Foto: wisatamentok.ubb.ac.id)