7 Fakta Soekarno yang Jarang Diketahui, Pernah Ganti Nama Hingga Lulusan ITB
Fakta Soekarno yang perlu diketahui, ternyata pernah ganti karena alasan kesehatan.
Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno (Soekarno) memiliki cerita besar bagi sejarah Bangsa Indonesia. Sosoknya dikenal sebagai pemimpin sekaligus tokoh nasional di balik kemerdekaan Indonesia.
Tak mengherankan jika Soekarno dianggap berjasa bagi bangsa karena karya dan gagasan berpikirnya bagi kemerdekaan.
-
Kenapa Soekarno ganti nama? Nama asli Soekarno, Kusno, diberikan oleh orang tuanya saat ia lahir pada tahun 1901. Namun, ketika ia masih kecil, Kusno sering jatuh sakit. Akibatnya, orang tua Kusno memutuskan untuk mengganti namanya menjadi 'Soekarno.'
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
-
Apa pekerjaan pertama Soekarno? Kota Surabaya jadi saksi di mana Soekarno pertama kali bekerja untuk menghasilkan uang. Pekerjaan pertamanya yakni sebagai petugas kereta api di Stasiun Semut.
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Apa nama sekolah dasar tempat Soekarno belajar? Bung Karno dulu menempuh pendidikan SD di Sekolah Ongko Loro (kini SDN Purwotengah) dan SMP di Europesche Lagere School (ELS) yang kini SMPN 2 Kota Mojokerto.
Namun tak banyak yang tahu siapa dan bagaimana asal usul dari Soekarno. Beberapa fakta Soekarno berikut ini bisa memberikan informasi terkait sang proklamator.
Melansir dari berbagai sumber, Rabu (2/10) simak informasi selengkapnya berikut ini.
1. Asal-usul Keluarga
Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur dari keluarga keturunan Jawa-Bali.
Sang Ayah adalah seorang cendekia Jawa yang cukup terpandang yaitu Raden Soekemi Sosrodihardjo. Sedangkan sang Ibu adalah Ida Ayu Nyoman Rai, wanita yang berasal dari Bali.
Sejak kecil, Soekarno menghabiskan waktunya bersama orang tuanya di Blitar. Namun usai lulus SD, ia tinggal di Surabaya atau tepatnya di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, salah satu pemimpin Sarekat Islam.
2. Pernah Berganti Nama
Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno. Kemudian sang ayah merubah namanya menjadi Soekarno lantaran sering sakit pada usia 11 tahun.
Selain itu ia memiliki banyak sebutan nama. Beberapa negara Timur Tengah dan Barat, kadang nama Soekarno ditulis Achmed Soekarno.
Penambahan pada nama Soekarno kemungkinan dilakukan wartawan barat lantaran masih merasa asing dengan kebiasaan orang Indonesia yang hanya memakai satu nama tanpa menyematkan nama keluarga.
3. Lulusan ITB dan Perguruan Tinggi Eropa
Soekarno terbilang cukup aktif dalam menempuh pendidikan tinggi. Tercatat ia adalah lulusan dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) pada 1926.
Kemudian ia juga pernah menempuh pendidikan di berbagai sekolah di Indonesia, Belanda, dan Swiss.
Soekarno juga sempat belajar hukum di Universitas Leiden di Belanda, namun ia justru lebih dikenal sebagai seorang orator ulung dan pemimpin mahasiswa yang bersemangat.
Usai kenyang mencari ilmu di luar negeri, ia kembali ke Indonesia dan mulai aktif di berbagai pergerakan nasional.
4. Tokoh Paling Berpengaruh di Indonesia
Sosok Soekarno dikenal sangat kharismatik sekaligus berwibawa. Ia memegang peran di berbagai pergerakan nasional mengawal kemerdekaan Indonesia.
Sejak muda ia dikenal sebagai seorang orator yang cakap dalam memberikan motivasi lewat pidatonya. Bahkan tak sedikit pejuang kemerdekaan yang terinspirasi darinya.
Selain itu ia juga kerap menyumbang gagasan berpikirnya lewat tulisan terkait nasionalisme, politik hingga perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Karena perannya dalam kemerdekaan, ia pun diangkat menjadi presiden pertama Indonesia pasca kemerdekaan pada tahun 1945 hingga 1967.
5. Penggagas Ideologi Pancasila
Soekarno merupakan salah satu tokoh penggagas lahirnya ideologi Bangsa Indonesia, Pancasila. Ia mengusulkan Pancasila bersama dengan Muhammad Yamin dan Soepomo.
Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul Lahirnya Pancasila.
Gagasan tersebut di antaranya: kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, kemanusiaan atau internasionalisme, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, serta ketuhanan yang berkebudayaan.
Pancasila Soekarno pun diterima secara resmi sebagai dasar negara dengan beberapa dokumen penetapan, di antaranya:
- Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945
- Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 -–tanggal 18 Agustus 1945
- Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember 1949
- Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus 1950
- Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai - Rumusan Kedua dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
6. Pernah Membangun Bangunan Bersejarah di Indonesia
Statusnya sebagai seorang insinyur Teknik Sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB) membuat Soekarno tertarik membangun sejumlah bangunan.
Tercatat ia pernah membangun beberapa gedung bersama arsitek Frederich Silaban dan sejumlah arsitek muda lain. Bangunan tersebut terdiri dari rumah ibadah, monumen hingga museum.
Beberapa gedung yang pernah ia bangun dan masih digunakan hingga saat ini adalah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Sarinah, Wisma Nusantara, Tugu Selamat Datang dan beberapa gedung lain yang tersebar di Indonesia.
7. Memiliki Sembilan Istri Selama Hidup
Semasa hidup, Soekarno pernah menikah dengan beberapa wanita. Setidaknya ia memiliki sembilan orang istri yaitu Oetari, Inggit Garnasih, Hartini, Fatmawati, Ratna Sari Dewi, Haryati, Kartini Manoppo, Heldy Djafar, dan Yurike Sanger.
Soekarno menikah pertama kali dengan Oetari Tjokroaminoto pada 1921 di Surabaya. Oetari merupakan putri guru Soekarno yaitu HOS Tjokroaminoto. Pernikahan mereka hanya berlangsung singkat dan resmi berpisah tak lama setelah Soekarno kuliah di Bandung.
Istri keduanya adalah Inggit Garnasih, ibu kosnya sendiri saat berkuliah di Bandung. Mereka menikah pada 1923 dan cukup lama pernikahannya selama 20 tahun. Keduanya tak memiliki anak semasa menikah hingga Soekarno meminta untuk menikah lagi. Namun karena tak ingin dimadu Soekarno, Inggit pun meminta untuk diceraikan.
Istri ketiganya adalah gadis asal Bengkulu, Fatmawati. Soekarno menikahi Fatmawati pada 1 Juni 1943 sekaligus menjadi ibu negara pertama saat Soekarno menjabat presiden. Dari pernikahan itu, Soekarno mendapat lima orang anak yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Wanita keempat adalah Hartini, seorang janda lima anak. Mereka menikah pada tahun 1953 usai menjalin kasih cukup singkat. Hartini menjadi istri yang setia karena menemani Soekarno hingga ajal datang. Soekarno pun menggembuskan napas terakhir di pangkuan Hartini pada 21 Juni 1970.
Istri kelima adalah Ratna Sari Dewi, seorang wanita berdarah Jepang yang lahir dengan nama asli Naoko Nemoto. Kala itu Soekarno menikahinya saat berusia 19 tahun, atau berbeda 38 tahun dengan Soekarno. Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai seorang putri bernama Kartika Sari Dewi Soekarno.
Istri selanjutnya adalah Haryati, seorang Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian yang dinikahi Soekarno pada 1963. Pada saat itu Haryati masih berusia 23 tahun. Keduanya tak lama bersama usai Soekarno menceraikan Haryati setelah tiga tahun menikah.
Selanjutnya adalah Yurike Sanger, seorang gadis yang tergabung di Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan. Pada 6 Agustus 1964, keduanya menikah. Namun karena alasan pribadi usai dimakzulkan sebagai presiden, ia meminta Yurike untuk bercerai meski keduanya masih saling cinta.
Istri kedelapan Soekarno adalah Kartini Manoppo yang dinikahi pada 1959. Dari pernikahan mereka, lahirlah putra Soekarno, Totok Suryawan Soekarno pada 1967.
Istri kesembilan Soekarno adalah Heldy Djafar yang dinikahi pada tahun 1966 di usia ke-65 tahun. Pada saat itu Heldy masih sangat muda yaitu berusia 18 tahun. Keduanya sempat diambang cerai meski Soekarno menolak. Perpisahan mereka terjadi pada 1968 usai Heldy menikah lagi dengan seorang pria bernama Gusti Suriansyah Noor.