Soekarno Habiskan Masa SD dan SMP di Mojokerto, Ini Potret Gedung Sekolahnya Masih Kokoh hingga Sekarang
Ruang kelasnya dihiasi lampu-lampu kuno yang estetik
Ruang kelasnya dihiasi lampu-lampu kuno yang estetik
Mengutip cerita Soekarno pada Cindy Adams, penulis buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang proklamator kemerdekaan RI itu menghabiskan masa kecil dan awal remajanya di Kota Mojokerto. Ia berada di kota ini selama sembilan tahun.
Bung Karno dulu menempuh pendidikan SD di Sekolah Ongko Loro (kini SDN Purwotengah) dan SMP di Europesche Lagere School (ELS) yang kini SMPN 2 Kota Mojokerto.
Sekolah dasar milik pemkot ini dulunya bernama Tweede Inlandsche School atau Sekolah Ongko Loro, sebuah sekolah tingkat dasar bagi warga pribumi. Di sinilah Soekarno mengenyam pendidikan dasar.
Pada tahun 1907, Soekarno dan keluarganya pindah ke Kota Mojokerto. Sang ayah, Raden Soekemi mendapatkan tugas baru menjadi mantri guru (kepala sekolah) di Sekolah Ongko Loro.
Di tempat sang ayah bertugas, Soekarno belajar dari kelas satu hingga kelas empat. Sementara itu,
secara umum, siswa di sekolah ini belajar hingga kelas lima.
Soekarno belajar dengan pengantar bahasa Jawa dan Melayu. Meskipun sekolah ini berbayar, tapi sarana prasaranya sangat sederhana. Tidak ada buku tulis dan pena tinta, melainkan sabak dan alat tulis yang dinamakan grip.
Saat ini, di SDN Purwotengah masih bisa dijumpai sejumlah bangunan tua yang masih berdiri kokoh. Mengutip situs resmi Pemkot Surabaya, ada pula bangku-bangku dan alat tulis-menulis yang digunakan pada zaman sekolah Seokarno.
Demi mengenang sang presiden, sebuah patung berbahan logam cor yang mengilustrasikan Soekarno kecil membawa buku dibangun di halaman depan SDN Purwotengah.
Empat tahun belajar di Sekolah Ongko Loro, sang ayah memindahkan Soekarno ke Europesche Lagere School (ELS), sekolah elite bagi kalangan Eropa atau pribumi priyayi saat itu.
Pada tahun 1911, Soekarno mulai melanjutkan pendidikannya di ELS. Meskipun bukan dari kalangan elite, Soekarno dapat bersekolah di sana karena ia sosok cerdas dan statusnya sebagai anak pegawai pemerintah kolonial.
Meskipun dikenal unggul secara akademik, kemampuan berbahasa Belanda Soekarno masih kurang.
Akibatnya, ia harus turun satu tingkat untuk bisa belajar di sekolah dengan pengantar berbahasa Belanda tersebut. Alih-alih melanjutkan kelas empat, Soekarno diterima sebagai siswa kelas tiga.
Meski demikian, semangat Soekarno tidak reda. Ia mempu beradaptasi bahkan memiliki sejumlah sahabat yang kemudian membantunya meningkatkan kemampuan bahasa Belandanya.
Soekarno belajar selama lima tahun di ELS.
Gedung tempat Soekarno menempuh pendidikan SMP masih berdiri kokoh hingga sekarang. Sekolah yang kini menjadi SMPN 2 Kota Mojokerto ini masih mempertahankan bangunan lama sebagaimana era Soekarno bersekolah.
Tidak hanya mempertahankan bangunannya, perabot interior di SMPN 2 Kota Mojokerto juga mempertahankan nilai sejarahnya. Salah satunya penggunaan lampu bergaya klasik pada ruang kelas siswa.
Pj Bupati Bogor Asmawa Tosepu mengungkapkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Bogor masih 8,37 tahun atau setara kelas 2 SMP.
Baca SelengkapnyaBikin miris, sejumlah pasangan yang masih duduk di bangku sekolah digerebek warga dalam kamar kos.
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSaat duduk di bangku SMA, Annisa Pohan bersekolah di SMA Negeri 70 Jakarta.
Baca SelengkapnyaPengangkatannya sebagai putra mahkota sempat mengundang polemik.
Baca SelengkapnyaMahasiswa ITS ini punya kepedulian tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan
Baca SelengkapnyaGerbang sekolah ini tampak berusia jauh lebih tua dibanding bangunan sekolah
Baca SelengkapnyaAnak-anak tampak ceria selama pembelajaran berlangsung
Baca SelengkapnyaSosok pria berpangkat Brigadir Jendera TNI ini memberikan dampak yang besar bagi Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Baca Selengkapnya