Kisah Soekarno yang Pernah Mendapat Gelar Waliyul Amri, Sempat Kontroversial
Pemberian gelar ini sempat dianggap kontroversial karena Soekarno dijadikan imam yang harus dipatuhi umat Islam di Indonesia.
Pemberian gelar ini sempat dianggap kontroversial karena Soekarno dijadikan imam yang harus dipatuhi umat Islam di Indonesia.
Kisah Soekarno yang Pernah Mendapat Gelar Waliyul Amri, Sempat Kontroversial
Para pemuka agama Islam dari Nahdlatul Ulama (NU) pernah menganugerahi sosok Presiden Soekarno
dengan gelar Waliyul Amri.
Penyematan ini juga disepakati oleh sejumlah ulama dari seluruh Indonesia, melalui
konferensi Islam yang digelar di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Dimana Soekarno dipenjara? Di tahun 1929, orator ulung itu sempat ditawan Belanda karena gerakan pemberontakannya terhadap kolonialisme di Partai Nasional Indonesia (PNI).Ia diculik pasukan kolonial dan dijebloskan ke sebuah penjara kuno di Jalan Banceuy, bersama tiga tokoh lain, yakni R. Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris II PNI Bandung), dan Soepriadinata (Anggota PNI Bandung).
-
Apa pekerjaan pertama Soekarno? Kota Surabaya jadi saksi di mana Soekarno pertama kali bekerja untuk menghasilkan uang. Pekerjaan pertamanya yakni sebagai petugas kereta api di Stasiun Semut.
-
Bagaimana Soekarno dikenal di negara lain? Beberapa negara Timur Tengah dan Barat, kadang nama Soekarno ditulis Achmed Soekarno. Penambahan pada nama Soekarno kemungkinan dilakukan wartawan barat lantaran masih merasa asing dengan kebiasaan orang Indonesia yang hanya memakai satu nama tanpa menyematkan nama keluarga.
Ada misi khusus yang dibawa para ulama. Namun secara umum, konferensi dan pemberian gelar
tersebut berdasarkan keresahan atas kondisi negara yang kala itu dianggap darurat.
Akhirnya pada tanggal 2 hingga 7 Maret 1954, Soekarno resmi menyandang gelar Waliyul Amri Ad-
dharuri Bi Al-syaukah yang sempat dianggap kontroversial.
Banyak yang menentang kebijakan ini, termasuk dari kalangan ulama sendiri. Ini karena Presiden Soekarno ditetapkan sebagai sosok yang wajib ditaati oleh seluruh umat islam di Indonesia tanpa terkecuali. Berikut selengkapnya.
Gambar: Liputan6
Arti Gelar Waliyy al Amr al Daruri bi al Syaukah
Dilansir dari indonesia.go.id, Waliyy al amr artinya pemegang otoritas. Kata al daruri bisa diartikan darurat, sementara, atau terpaksa.
Sedangkan kata syaukah memiliki arti duri atau senjata. Sehingga Waliyy al Amr al Daruri bi al Syaukah bisa diartikan sebagai “pemegang otoritas yang bersifat sementara dengan kekuasaan penuh.”
Berangkat dari Kondisi Darurat
Merujuk jurnal berjudul “Analisis Terhadap Pemberian Gelar Waliyyul Amri Addharuri Bi As-Syaukah oleh Nahdlatul Ulama Kepada Soekarno” salah satu alasan penetapan ini berdasarkan kondisi negara
Indonesia yang ketika itu masih darurat.
Pasca kemerdekaan, masih marak pemberontakan dan lemahnya pemerintahan oleh kalangan
warganya sendiri. Hal ini membuat para pemuka agama khawatir adanya kondisi umat yang
terpecah belah di Indonesia.
Sebut saja pemberotakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia, yang memiliki misi membentuk
negara Islam.
Gerakan yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ini menginginkan agar Indonesia bisa menerapkan hukum-hukum Islam sebagai basis peraturan negaranya.
Dengan ditetapkannya hal ini, segala upaya yang dilakukan di luar peraturan dari Presiden Soekarno
dianggap sebagai pemberontak yang harus dimusnahkan.
Gambar: Liputan6
Memudahkan Perempuan yang Tidak Memiliki Wali Nikah
Selain soal keamanan negara, penetapan Soekarno sebagai Waliyul Amri Ad-dharuri Bi Al-syaukah juga terkait munculnya banyak masalah pernikahan yang dialami kaum perempuan. Mereka kala itu kesulitan menikah, ketika tidak memiliki wali dari keturunannya.
Dengan adanya ini, Soekarno yang disahkan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam bisa menjadi wali hakim pengganti bagi perempuan yang tidak memiliki wali nasab.
Mengutip Jejak Islam Bangsa, pengesahan ini juga diperkuat oleh pernyataan dari K.H.A. Wahab Chasbullah yang merupakan salah satu ulama pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang memiliki
pedoman modern dan diplomatis. Penetapan ini memiliki implikasi terhadap fiqih pernikahan
yang sah secara agama.
Menghindari Perpecahan Umat Islam
Penetapan rupanya juga merupakan upaya untuk menyatukan umat Islam. Ketika
pemberontakan DI/TII masif, Kartosoewirjo mengukuhkan diri sebagai pemimpin tertinggi umat
Islam di Indonesia.
Pengklaiman sepihak ini membuat kedaulatan Indonesia terancam. Terlebih mayoritas masyarakat
Indonesia beragama Islam. Jika pemberontakan ini dibiarkan, maka umat Islam akan goyah.
Penetapan juga merujuk Al Quran, di mana umat Islam harus menaati Ulil Amri atau pemimpin tertinggi di sebuah negara dalam hal ini Presiden Soekarno. Ini juga mencegah terjadinya kekerasan secara fisik maupun verbal yang digencarkan Kartosoewirjo dan gerombolannya kepada masyarakat yang tak sepaham.
Sempat Kontroversial
Penetapan gelar imam tertinggi umat Islam di Indonesia ini juga tak luput dari para ulama yang kontra.
Gambar: Instagram Jejak Islam Bangsa
Mereka beranggapan jika penetapan Soekarno sebagai Waliyul Amri Ad-dharuri Bi Al-
syaukah akan bertentangan dengan negara Indonesia yang multikultural.
Sebagian ulama, terutama dari kalangan Masyumi beranggapan bahwa penetapan gelar Soekarno
akan membuka peluang Indonesia menjadi negara Islam.
Menurut berbagai sumber, penetapan gelar ini masih melekat di sosok Soekarno dan masih terus
diimplementasikan.