Mengenal Sosok Achmad Bastari, Pernah Mengabdi Kapolda Jateng hingga Gubernur Sumatra Selatan
Pria asal Ogan Komering Ulu Timur ini pernah terjun ke dunia politik maupun kepolisian Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Era pemerintahan Presiden Soekarno banyak lahir tokoh-tokoh pengabdi yang patut kita kenang sosoknya. Bukan hanya di Pulau Jawa, rupanya di Pulau Sumatera banyak sosok penting yang mungkin jarang didengar dan dikenal namanya.
Achmad Bastari, mungkin sebagian orang tidak mengenal namanya dan jarang sekali berada di buku-buku sejarah. Ia adalah Gubernur Sumatera Selatan periode 1959-1963 yang berpangkat Mayor Jenderal (Inspektur Jenderal) Polisi.
-
Siapa yang menghormati Presiden Soekarno dengan nama Jembatan Soekarno? Dulunya Jembatan Soekarno Sebelum berubah nama menjadi Jembatan Ampera yang dikenal sekarang, nama jembatan ini awalnya bernama 'Jembatan Soekarno'. Mengapa? hal ini karena sebagai bentuk penghormatan kepada presiden pertama Indonesia dari masyarakat Suamtera Selatan.
-
Siapa Gubernur Jawa Barat pertama? Dr. Soetardjo Kertohadikusumo, Anggota Volksraad yang Menjabat Gubernur Jawa Barat Pertama
-
Siapa Polwan inspiratif dari Sumatra Utara? Natalia Bangun adalah seorang anggota polisi yang sudah mengabdi selama 31 tahun.
-
Siapa Gubernur Sumatera pertama? PPKI pun menunjuk Teuku Muhammad Hasan, putra asal Sigli ini ditetapkan menjadi gubernur untuk memimpin wilayah Provinsi Sumatera yang ber-ibukota di Medan.
-
Siapa Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
-
Siapa yang pimpin Pemprov Kaltim? Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kaltim, Yusliando menuturkan, kinerja pelaksanaan pembangunan daerah sesuai denganRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2018 - 2023 berjalan cukup baik.
Sebelum menjadi Gubernur, Bastari menjabat sebagai Kapolda Jawa Tengah dan Yogyakarta dan bertugas menumpas pemberontakan komunis yang berada di Merapi-Merbabu Complex dan juga gerakan Karosuwiryo dan Umat Islam yang fanatik.
Lantas, seperti apa perjalanan hidup dan pengabdian Achmad Bastari selama hidupnya? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Profil Singkat
Achmad Bastari lahir pada 8 Oktober 1910 di Campang Tiga, Ogan Komering Ulu Timur. Ia lahir dari golongan pimpinan adat dan pemerintahan di tanah kelahirannya. Ayahnya seorang guru yang dikenal dengan panggilan guru Daud.
Ia menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School atau HIS pada 1920 berkat bantuan Ki Agus Mohammad Husein. Pada masa inilah Bastari sudah mengenal politik lalu mendirikan Partai Kelas Tujuh dalam rangka melawan orang keturunan Ambon di sekolahnya.
Kemudian Bastari daftar ke MULO di Palembang selama dua tahun lalu pindah ke MULO Jakarta. Selama sekolah di sana ia kerap hadir ke rapat-rapat politik di gang dan tempat lainnya. Ia juga bergabung bersama Pandu Pemuda Sumatara (PPS) dan berbagai organisasi lainnya.
Pegawai Negeri hingga Daftar Polisi
Karier Bastari dimulai dari kantor Asisten Residen Baturaja pada tahun 1935. Ketika Jepang datang ke Palembang, ia dipindahkan ke Muara Enim. Kemudian Bastari mendaftar sebagai polisi lalu mendapat pangkat Keibu dan menjadi Kepala Polisi di Lahat.
Setelah Jepang kalah, Bastari menjadi Kepala Polisi seluruh Palembang Hulu sampai Lubuklinggau sampai periode sebelum perjanjian Linggarjati. Ia kemudian ditunjuk menjadi Kepala Polisi Negara di Sumatara Utara dan Timur guna mempersiapkan acara perjanjian Linggarjati.
Akibat didudukinya Palembang dan Desa Campang Tiga oleh NICA, Bastari terpaksa bergabung dengan perjuangan republik di Lampung dan menjalankan fungsi sebagai Kepala Polisi Negara di Lampung dan turut berjuang dengan kesatuan tentara di bagian depan untuk berjuang menghadapi NICA.
Dari Lampung, Bastari kemudian ditunjuk sebagai Kepala Polisi Karesidenan Jambi. Sampai pada tahun 1950, ia mendapat jabatan sebagai Kepala Polisi Provinsi Sumatra Tengah.
Kapolda Jateng
Setelah malang melintang di badan kepolosian, Bastari diminta untuk mengisi jabatan Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selama menjabat ia bertugas menumpas pemberontakan komunis yang berpusat di Merapi-Merbabu Complex (MMC), kemudian juga gerakan Kartosuwiryo dan Angkatan Umat Islam (AUI) yang fanatik, serta gerakan pengacauan oleh eks Tentara Pelajar (Ex TP).
Dengan latihan intensif, di bawah pimpinannya berhasil membentuk kesatuan Mobile Brigade yang cekatan dan didesain untuk menumpas kekacauan. Selain itu, ia juga mendorong prestasi kepolisian di bidang sepak bola nasional.
Terpilih DPRD Sumatra Selatan
Pada tahun 1959, Achmad Bastari terpilih secara mutlak menjadi gubernur Sumatra Selatan. Hasil program kerjanya selama menjabat adalah memfasilitasi pembangunan pupuk Sriwijaya serta menyediakan infrastruktur untuk membangun Universitas Sriwijaya.
Lalu ia juga memperjuangkan dana untuk membangun jembatan di Sungai Musi dengan mendesak Presiden Soekarno. Sang proklamator kemudian memberikan uang 25 juta dollar dari hasil rampasan untuk membangun jembatan yang kita kenal sekarang dengan Jembatan Ampera.
Bastari meninggal dunia di Jakarta pada 13 Oktober 1992. Sesuai pesan dia, jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Puncak Sekuning, Palembang.