Ibnu Hadjar, Mantan Prajurit TNI yang Balik Badan Jadi Pembelot
Ibnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan DI/TII.
Ibnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Pembelotan yang dilakukannya ini lantaran bersimpati pada kawan-kawan seperjuangannya yang tertolak masuk TNI. Nama asli Ibnu Hadjar adalah Haderi atau Angli. Ia lahir di Ambutun, Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan pada April 19 1920.
-
Apa yang diceritakan Hadi Tjahjanto? Hadi juga memberikan imbauan agar para orang tua membantu mempersiapkan anak dengan baik. Ia juga mengimbau untuk tidak memberikan handphone dengan mudahnya kepada anak. Takutnya, kalau sudah terbiasa sejak kecil nantinya saat dewasa bisa mencoba bermain judi online. Mengingat judi online belakangan semakin marak terjadi di masyarakat.
-
Bagaimana TNI menghukum desertir? 'Disersi adalah tindak pidana militer. Jika dilakukan di medan pertempuran hukumannya sangat berat. Bila dilakukan di basis lebih dari 30 hari hukumannya dipecat. Itu yang saya masih ingat,' terang Kiki.
-
Siapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Aceh? Sosok Teungku Muhammad Daud Beureueh, Gubernur Militer yang Jadi Pemimpin Pemberontakan DI/TII di Aceh
-
Apa yang dilakukan Hadi Tjahjanto terhadap prajurit marinir? 'Marinir? Coba saya cek marinir beneran apa enggak,' kata Hadi Tjahjanto.
-
Mengapa Hadi Tjahjanto mengetes prajurit? Ketika bertemu Prajurit, saya suka menyapa mereka. Kemarin saya berjumpa dengan Prajurit Marinir, tentunya tak lupa saya menyapa dan cek apakah ini Prajurit Marinir betul,' tulis Hadi Tjahjanto dalam keterangan videonya.
-
Siapa yang menerobos iring-iringan TNI? Tampak emak-emak ini menerobos iring-ringan TNI yang hendak mengantar Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar yang akan purna tugas dari Makodam ke Mapolda Aceh.
Sejak kecil, Ibnu Hadjar dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani. Selain itu, ia juga dianggap sebagai seorang yang taat dalam beragama. Revolusi Indonesia yang berlangsung pada tahun 1945-1949, menjadi tempat untuk Haderi bertarung untuk menyalurkan kepribadiannya yang bermental pemberani dan jagoan.
Mengutip dari Darul Islam: Sebuah Pemberontakan, Cornelis Van Dijk mengatakan, Haderi mulai memakai nama Ibnu Hadjar ketika ia ikut dalam revolusi Indonesia berperang melawan Belanda.
Pada masa itu, mengganti nama asli dengan nama panggilan adalah tindakan yang lumrah.Awalnya, Ibnu Hadjar adalah seorang petani dan pencari madu sebelum akhirnya terjun di bidang militer dengan bergabung ke dalam pasukan ALRI Divisi IV.
Ibnu Hadjar di ALRI Divisi IV berpangkat sebagai letnan dua dan ia bertugas memimpin satuan gerilya di Kalimantan.Perjuangannya dan pasukannya layak dikenang berkat Proklamasi 17 Mei 1949 yang menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian dari Republik Indonesia.
Pada saat itu, Kalimantan masih berada di bawah pendudukan Belanda, namun para pendukung Republik Indonesia terus bergerak dalam gerakan bawah tanah.
Setelah pengakuan kedaulatan, ALRI Divisi IV dibubarkan dan para anggota pasukannya bergabung dengan Angkatan Darat, tak terkecuali Ibnu Hadjar. Ibnu Hadjar kemudian ditugaskan ke Kalimantan Barat.
Pada akhir tahun 1949, pemerintah melakukan program reorganisasi ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah RIS dibubarkan pada 17 Agustus 1950.
Kenapa Ibnu Hadjar Membelot?
Dalam kebijakan baru tersebut, anggota yang masuk TNI tidak boleh buta huruf dan harus memiliki fisik yang sehat. Oleh karena itu, banyak pejuang yang dulunya berjuang pada masa revolusi tidak bisa bergabung ke dalam TNI karena tidak memenuhi syarat.
Hal ini menimbulkan kekecewaan dalam diri Ibnu Hadjar. Ia melihat banyak rekan seperjuangannya yang tidak bisa bergabung ke dalam TNI lantaran buta huruf dan tidak sehat secara fisik tanpa mempertimbangkan kesetiaan dalam perjuangan revolusi.
Tak hanya itu, ia juga merasa kecewa karena pemerintah cenderung lebih pilih kasih. Pasalnya, mantan anggota Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), yang dulunya musuh para pejuang malah dengan mudah bergabung ke dalam TNI.
Mereka bahkan menerima kenaikan pangkat beberapa tingkat lebih tinggi saat bergabung, seperti seorang prajurit yang diangkat menjadi kopral atau sersan.Padahal banyak eks gerilya yang tidak masuk ke dalam TNI dan Ibnu Hadjar termasuk salah satu mantan pejuang yang beruntung.
Taufik Abdullah dalam Sejarah Ummat Islam Indonesia mengatakan Ibnu Hadjar sebenarnya tidak termasuk golongan yang dikeluarkan atau di kembalikan dari TNI.
Sempat Menyerah, Tapi Berkhianat Lagi
Namun, rasa solidaritasnya begitu tinggi, ia menyaksikan kesedihan rekan-rekannya yang dulu berjuang bersamanya. Akhirnya, Ibnu Hadjar memilih untuk mencari massa dan membuat organisasi gerilya baru yang dipimpinnya, yakni Kesatuan Rakyat Yang Tertindas.
Pengikutnya sebanyak 60 anggota.Pada 1957, Ibnu Hadjar dan pasukannya menyatakan diri menjadi bagian DI/TII di mana Ibnu Hadjar diangkat menjadi panglima angkatan Perang Tentara Islam (APTI) wilayah Kalimantan. Ibnu Hadjar dan pasukannya melakukan berbagai perlawanan.
Ibnu Hadjar sempat menghentikan perlawanannya dan setuju untuk bergabung dengan TNI. Namun, setelah memperoleh persenjataan lengkap, ia kembali membelot, melarikan diri, dan melanjutkan pemberontakannya.
Akhirnya, pemerintah mengambil langkah tegas dengan menyerang pasukan Ibnu Hadjar. Baru pada tahun 1963, perlawanan Ibnu Hadjar dan pasukannya berhasil dipadamkan.
Tragedi ini berakhir ketika pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hadjar pada 23 Maret 1965.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti