Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah
Tangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Tangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah
Sejarah G30S PKI menjadi salah satu sejarah panjang nan kelam yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia.
Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI merupakan peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
PKI sendiri adalah sebuah partai yang didirikan oleh seorang tokoh Belanda, Josephus Franciscus Marie Sneevliet.
G30S PKI bahkan menjadi salah satu peristiwa yang masih dan terus membekas hingga saat ini.
Bagaimana tidak, G30S PKI dikenal sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia. Peristiwa G30S PKI juga melibatkan pasukan PKI dan Pasukan Cakrabirawa.
Gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu, pada awalnya hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa serta disekap di Lubang Buaya.
Akan tetapi dalam pelaksanaanya, 3 orang langsung dibunuh di tempat.
Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal yang menjadi korban G30S PKI meliputi Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo.
Jenderal AH Nasution berhasil lolos dari usaha penculikan G30S PKI. Nasution berhasil melompati tembol yang tingginya sekitar 2 meter untuk menyelamatkan diri.
Meski berhasil lolos, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani berusia 5 tahun menjadi korban keganasan G30S PKI.
Bukan hanya sang putri, ajudan Jenderal AH Nasution yaitu Lettu Pierre Andreas Tendean meninggal dunia dalam peristiwa kelam ini.
Pada saat terjadi kerusuhan G30S, Tendean pun tak luput dari kejaran para anggota PKI.
Pada 1 Oktober 1965 pagi hari, Pierre yang sedang tidur di ruang belakang rumah Jenderal Nasution mendengar suara tembakan dan ribut-ribut.
Hal itu lantas membuatnya terbangun dan berlari ke bagian depan rumah.Gerombolan PKI dan pasukan Cakrabirawa sudah kelabakan karena tidak menemukan Nasution yang sudah sempat melarikan diri.
Mereka kemudian bertemu dengan Pierre Tendean. Di mana, Ia mengaku bahwa dirinya adalah Nasution yang bertujuan untuk melindungi atasannya.
Ia pun langsung dibawa oleh PKI dan Pasukan Cakrabirawa ke tempat penyekapan di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Siapa sangka, itu merupakan hari terakhir Tendean bisa menghirup udara dengan bebas.
Tendean bersama 6 perwira lainnya ditemukan telah menjadi mayat di satu sumur tua di daerah Lubang Buaya.
Melansir dari akun TikTok faizal.editor_3, pemakaman pun dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 1965 atau tepat di hari HUT ABRI ke-20.
Jenderal AH Nasution yang lolos dari peristiwa G30S PKI bertindak sebagai pemimpin upacara pemakaman para Pahlawan Revolusi di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Dengan kaki yang pincang karena mengalami patah tulang akibat melompati tembok, Nasution terlihat dalam kondisi berduka dan bersedih. Terlebih ajudannya yaitu Lettu Czi. Pierre Andries Tendean gugur saat menjadi tameng dirinya.
Terlihat Nasution tak kuasa menahan air mata kesedihan selama upacara pemakaman sang ajudan.
Bukan hanya Nasution dan sang istri saja, keluarga Tendean juga merasa sangat terpukul.
Khususnya orang tua dan saudara kandung Tendean yang tampak menangis dan tidak percaya bahwa Pierre menjadi korban keganasan peristiwa G30S PKI.