Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'
Foto langka Jenderal A.H Nasution dan D.N Aidit sukses mencuri perhatian. Terlihat dalam foto lawas tersebut keduanya saling tersenyum dan tertawa.
Foto langka Jenderal A.H Nasution dan D.N Aidit sukses mencuri perhatian. Terlihat dalam foto lawas tersebut keduanya saling tersenyum dan tertawa.
Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'
Foto tersebut dijelaskan diambil pada tahun 1964. Di mana saat itu keduanya tengah berada di area Kedutaan Besar Uni Soviet di Jakarta. Seperti diketahui, Nasution merupakan seorang prajurit TNI. Pada tahun 1964, Nasution tengah menjabat sebagai Kepala Staf ABRI. Sedangkan, D.N Aidit adalah pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Sebelum akhirnya DN Aidit berusaha menculik dan membunuhnya,"
tulis akun tulis akun harris_wardana.
Berbagai komentar pun membanjiri unggahan tersebut. Termasuk momen keduanya yang nantinya berujung pada peristiwa kelam bagi masyarakat Indonesia yaitu G30S/PKI.
"Itulah PKI,, ketawa bareng abis itu.....," tulis akun gunawan.tkj.rj.
A.H Nasution
Jenderal Besar AH Nasution merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa G30S/PKI.
Bersyukurnya, pria yang akrab disapa Pak Nas itu selamat dari penculikan dan pembunuhan saat itu.
Akan tetapi, tokoh Pahlawan Nasional ini harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani Nasution beserta ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
Selama kehidupannya, Nasution telah menduduki berbagai macam posisi. Salah satunya sebagai Kasad. Nasution pertama kali menjabat sebagai Kasad saat masih berpangkat Kolonel pada 27 Desember 1949. Saat itu, Ia menggantikan posisi Soedirman yang meninggal dunia sebagai Kepala Staf Angkatan Perang.
Nasution mengambil posisi Kasad dengan T.B. Simatupang.
Akan tetapi, pada bulan Desember 1952, keduanya kehilangan posisi mereka di ABRI. Keduanya lantas diberhentikan dari ikatan dinas. Setelah tiga tahun pengasingan, Nasution kembali diangkat menjadi Kasad pada 1 November 1955.
Pada Desember 1957, Nasution semakin meningkatkan peran tentara dengan memerintahkan para prajuritnya untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda yang baru dinasionalisasi.
Selain itu, langkah tersebut juga dirancang untuk menghentikan pengaruh PKI yang semakin kuat.
Pada tahun 1958, Nasution menyampaikan pidato terkenal yang akan menjadi dasar bagi doktrin Dwifungsi.
Di mana nantinya akan diadopsi pada rezim Soeharto. Pada tahun 1962, Soekarno menunjuk Nasution untuk posisi Kepala Staf ABRI dan menunjuk Ahmad Yani sebagai Panglima Angkatan Darat.
D.N. Aidit
Bagi sebagian besar orang mungkin sudah tidak asing lagi ketika mendengar nama Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit. Ia merupakan pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI).
Saat itu Aidit menjadi tokoh penting karena posisinya sebagai Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia (CC PKI).
Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI kemudian menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRC.
Aidit juga berhasil membawa PKI menjadi partai dengan suara terbanyak keempat pada Pemilu 1955.
Namun sejak menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia, PKI mulai berani mempengaruhi Soekarno dalam setiap kebijakannya. Salah satunya meminta Bung Karno untuk memberangus Partai Masyumi.
Tragedi G30S/PKI
Dan mereka juga disebut menuduh para jenderal TNI AD merencanakan upaya kudeta dengan membentuk Dewan Jenderal. Puncaknya, kemudian terjadi tragedi Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI.
Sekelompok prajurit di bawah kepemimpinan Letkol Untung menyerbu rumah para jenderal yang mereka tuduh akan bertindak makar terhadap Soekarno.
Setidaknya, tujuh jenderal dibunuh termasuk seorang perwira pertama TNI AD. Mayat tujuh jenderal dan perwira TNI AD itu lalu dibuang ke dalam sumur di Lubang Buaya.
D.N Aidit Dieksekusi
Pemberontakan kemudian berhasil diredam di bawah perintah Mayjen Soeharto. Para pemberontak pun diburu, termasuk Aidit yang diduga menjadi otak dibalik Gerakan 30 September. Sempat menghilang, Aidit dikatakan berhasil ditemukan oleh pasukan TNI AD. Namun, ada beberapa versi cerita yang muncul mengungkap soal kematian Aidit.
Versi Pertama
Aidit disebut tertangkap di Jawa Tengah lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali. Sesaat sebelum dieksekusi, Aidit dibawa ke sebuah sumur. Di situ Ia sempat membuat pidato yang berapi-api hingga membangkitkan kemarahan tentara yang mendengarnya. Akibatnya, senjata para tentara menyalak dan menembak Aidit hingga mati.
Versi Kedua
Namun, di versi lain ada yang menyebut bahwa Aidit dieksekusi dengan cara diledakkan bersama-sama dengan rumah tempatnya ditahan.
Sampai sekarang, tidak diketahui pasti di mana lokasi jenazah Aidit dimakamkan.