Mengenal Sosok Djuanda Kartawidjaja, Pahlawan Nasional Pencetus Deklarasi Djuanda Asal Jawa Barat
Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Mengenal Sosok Djuanda Kartawidjaja, Pahlawan Nasional Pencetus Deklarasi Djuanda Asal Jawa Barat
Biografi Singkat
Djuanda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 Januari 1911 dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat. Ayahnya merupakan mantri Guru di Hollandsch Inlansdsch School (HIS). Djuanda pun menempuh pendidikan Sekolah Dasarnya di sana dan sempat pindah ke sekolah anak orang Eropa yaitu Europesche Lagere School (ELS) hingga tahun 1924.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Apa nama asli KH Ahmad Dahlan? KH Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis, dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta.
-
Mengapa KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah? Latar belakang pendirian Muhammadiyah tidak terlepas dari keprihatinan KH Ahmad Dahlan terhadap kondisi umat Islam di Indonesia pada masa itu. Banyak praktik keagamaan yang sudah bercampur dengan adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni, dan tingkat pendidikan umat Islam pun relatif rendah.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
Setelah menamatkan sekolah di ELS, ayahnya memasukkan Djuanda ke sekolah menengah khusus orang Eropa yaitu Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS) sampai lulus tahun 1929. Kemudian pada tahun yang sama, Djuanda memutuskan untuk melanjutkan studi perguruan tinggi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) yang sekarang kita kenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia mengambil jurusan teknik sipil dan lulus Sarjana pada tahun 1933.
Aktif Organisasi Sejak Muda
Melansir dari beberapa sumber, Djuanda sudah sering ikut organisasi nonpolitik pada masa mudanya, di antaranya Paguyuban Pasundan hingga Muhammadiyah. Kemudian ia juga meniti kariernya sebagai pegawai Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat masa Hindia Belanda sejak tahun 1939.
Suka Mengajar
Sosok Djuanda tak lepas dari peran seorang abdi negara dan abdi masyarakat. Pasalnya, sejak lulus kuliah ia sering mengajar di tengah masyarakat. Ia memilih untuk mengajar di SMA Muhammadiyah ketimbang menjadi asisten dosen yang upahnya jauh lebih besar. Ia sempat mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta selama 4 tahun lamanya.
Menjabat di Kursi Kementerian
Melansir dari Liputan6.com, Djuanda juga sempat menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertahanan hingga Menteri Keuangan. Ia juga pernah menjadi Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir.
Deklarasi Djuanda
Selama menjabat sebagai Perdana Menteri, Djuanda membuat perubahan bagi kedaulatan laut Indonesia yaitu lahirnya Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Dalam deklarasinya, ia menegaskan bahwa laut Indonesia adalah laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia. Wilayah laut tersebut menjadi satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelumnya, kondisi perairan Indonesia berdasarkan Peta Kolonial Belanda yaitu Territoriale Zeen en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO). Berdasarkan peta tersebut luas laut Indonesia hanya 3 mil saja, sehingga beberapa wilayah laut di Indonesia menjadi laut bebas atau perairan internasional. Kondisi perairan itu dinilai bahaya karena menjadi zona bebas kapal-kapal asing lewat perairan Indonesia tanpa izin pemerintah. Akhirnya, dari situlah muncul yang namanya Deklarasi Djuanda.
Nama Selalu Dikenang
Djuanda meninggal dunia pada 7 November 1963 dikarenakan terkena serangan jantung dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Berkat jasanya, namanya pun tersemat di berbagai tempat seperti Bandara Djuanda, Hutan Raya di Bandung, serta nama perguruan tinggi di Bogor.