Mengenang Aksi Heroik Mohammad Toha Lindungi Bandung, Gugur usai Ledakkan Gudang Mesiu Belanda
Betapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Monumen Mohammad Toha di kawasan Dayeuhkolot di Bandung, menggambarkan dahsyatnya peristiwa Bandung Lautan Api pada Maret 1946 silam. Ketika itu, sosoknya memegang peranan penting untuk membuat ibu kota Priangan itu hangus tak bersisa.
Bukan tanpa alasan Mohammad Toha melakukannya. Ini merupakan strategi pejuang kemerdekaan agar pasukan militer Belanda dan sekutu tidak menduduki Bandung. Di samping jumlah pleton yang sangat besar, para penjajah kala itu juga sudah memakai teknologi yang mumpuni untuk merebut kembali Kota Kembang.
-
Dimana Muhammad Toha ditemukan? Kabar soal keberadaan Muhammad Toha diperoleh dari salah satu panti di Jakarta.
-
Apa yang terjadi saat Muhammad Toha ditemukan? Kepulangan Muhammad Toha disambut haru keluarga.
-
Kapan Muhammad Toha ditemukan? Setelah hilang selama delapan tahun, Muhammad Toha (54), warga Desa Bonangrejo, Demak, akhirnya ditemukan. Ia ditemukan setelah ada laporan soal orang hilang dari Dinas Sosial.
-
Siapa yang menemukan Muhammad Toha? Ia ditemukan setelah ada laporan soal orang hilang dari Dinas Sosial.
-
Kenapa Muhammad Toha bisa ditemukan? Ia ditemukan setelah ada laporan soal orang hilang dari Dinas Sosial.
-
Siapa pahlawan nasional yang berjuang di Masjid Tuo Ampang Gadang? Masjid ini sudah menjadi saksi bisu masuknya peradaban Islam di Sumatera Barat hingga perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.
Pejuang Bandung kala itu masih menggunakan persenjataan yang ala kadarnya. Itupun hasil rampasan. Toha bersama pahlawan lainnya kemudian mengambil tindakan untuk membakar habis sebagian besar wilayah Bandung saat musuh mulai berdatangan.
Betapa seramnya peristiwa itu, sekaligus memunculkan duka lantaran sosok heroik Toha berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan setempat didapati gugur dalam peristiwa itu. Begini kisahnya.
Bermula dari Belanda dan Sekutu yang Menyamar
Sebelum Mohammad Toha gugur, ia sempat mendengar bahwa Bandung akan didatangi pasukan khusus yang dinamai AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) pada 1 Oktober 1945. Ketika itu banyak yang belum sadar bahwa pleton tersebut ternyata dibonceng Belanda (NICA).
Dalam laman esi.kemdikbud.go.id disebutkan bahwa pasukan militer barat tersebut sempat melakukan tipu muslihat. Melalui, sang komendan Jenderal Sir Philip Christison, ia sempat mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto.
Saat itu, rakyat masih terbawa suasana terbebas dari cengkraman penjajah dan tidak langsung bersiap. Masyarakat belum mengetahui bahwa ini merupakan tipu muslihat agar kedatangan mereka bisa diterima.
Mulanya, tipu muslihat ini berhasil lantaran AFNEI datang menggunakan kereta eksekutif dan dikawal oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kemudian, mereka juga disambut oleh pejabar daerah dan masyarakat yang membawa bendera merah putih, seolah kedatangannya ingin mengucapkan selamat.
Ingin Jadikan Bandung sebagai Markas
Namun penyamaran Belanda ini kemudian disanksikan Mohammad Toha dan para pejuang lainnya. Rasa skeptis muncul, sebab pasukan AFNEI datang bersama mantan pasukan KNIL yang telah dipersenjatai. Ketika itu, pejuang memancingnya dengan berbahasa Belanda dan mengaku pasukan KNIL diminta berpatroli.
Selanjutnya, maksud dari kedatangan tersebut juga terbongkar bahwa AFNEI bersama NICA ingin mendirikan markas di Bandung. Sejak informasi ini menyebar, para pejuang justru bersiap melakukan serangan melalui strategi, salah satunya dengan menghanguskan Kota Bandung.
Strategi ini kemudian dirasa tepat, lantaran semakin hari, pasukan AFNEI datang bersama NICA dan KNIL yang jumlahnya kian banyak. Dari yang mengaku ingin berpatroli membantu kemanan, justru mereka banyak membuat kerusuhan dan membuat warga Bandung ketakutan.
Bandung Dibakar Agar Tak Bisa Digunakan Belanda
Keyakinan Mohammad Toha bersama pasukannya semakin kuat untuk membakar Bandung setelah A.H Nasution selaku Komandan Divisi Siliwangi diperintahkan untuk membagi Bandung sisi selatan dan utara oleh komandan sekutu.
Setelahnya, ultimatum datang terus menerus, yang berisi perintah agar warga di seluruh Bandung dievakuasi dan diminta untuk meninggalkan kota. Dari sana, penjuang dan rakyat kemudian bersatu.
Para pejuang lantas mendirikan pos-pos gerilya yang tersembunyi, untuk mleawan pasukan Belanda, AFNEI, NICA hingga KNIL menggunakan senjata apapun, termasuk bambu runcing. Di samping itu, warga kota tetap diungsikan, namun pejuang turut membakar seisi kota agar aset tidak ada yang bisa digunakan.
Rumah-rumah dihanguskan, fasilitas umum dihancurkan dan gedung-gedung penting dibakar hingga seluruh Bandung terlihat seperti lautan api.
Mohammad Toha Gugur saat Lindungi Bandung
Aksi Bandung Lautan Api menjadi salah satu peristiwa paling bersejarah di Bandung. Ketika itu Mohammad Toha menjadi kunci aksi pembakaran dan penghancuran. Setelah pasukan Belanda kembali masuk, para pejuang menghancurkan apapun termasuk aset-aset perang sekutu.
Adapun yang menjadi sasaran utama dari pembakaran tersebut adalah gudang mesiu yang menjadi tempat penyimpanan persenjataan Belanda. Alasan utama gudang dihancurkan karena Belanda dan sekutu akan kewalahan saat merebut Bandung karena tidak ada kebutuhan penunjang.
Merujuk bandung.go.id, hari itu, 11 Juli 1946, Toha berencana melakukan penyerangan besar ke Dayeuhkolot. Namun ia bersama tentara Hizbullah justru tertembak musuh. Karena lokasi berada di dekat gudang mesiu, ia kemudian memilih meledakkan diri di sana agar persenjataan Belanda hilang dan dirinya tidak membebani rekannya.