Arsitek Asal Belanda Ini Berjasa Bikin Bandung Jadi Indah, Terinspirasi dari Taman Hijau
Dari tangan sosok arsitek Belanda ini, Kota Bandung disulap bak taman yang indah.
Pernah dengar julukan Bandung sebagai kota kembang? Ternyata kiasan ini benar-benar menggambarkan wilayah tersebut di masa silam.
Pada awal abad ke-20, Kota Bandung mengalami perombakan yang cukup besar, sehingga menjadi wilayah tujuan wisata. Pemandangan alamnya yang indah, dengan deretan gedung-gedung khas abad pertengahan menjadi daya tariknya.
-
Bagaimana 'Kota Kembang' menggambarkan Bandung? Gambarkan Bandung sebagai Kota yang Sejuk dan Damai Merujuk bandung.go.id, dalam liriknya disampaikan tentang keindahan Bandung sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali. Ini karena topografinya berada di kawasan dataran tinggi dan dekat dengan perbukitan.
-
Apa yang digambarkan 'Kota Kembang' tentang Bandung? Lagu ini memikat banyak penikmat musik dengan melodi dan lirik yang menggambarkan keindahan Kota Bandung yang membawa nostalgia.
-
Kenapa Taman Balai Kota Bandung disebut sebagai taman tertua di Kota Bandung? Merujuk bandung.go.id, Taman Balai Kota Bandung sendiri sering dianggap sebagai taman tertua di Kota Bandung. Bahkan, kehadirannya sudah lebih dulu ada sebelum Bandung menjadi gemeente alias Kotapraja.
-
Apa yang membuat Taman Balai Kota Bandung istimewa? Taman ini sering menjadi tempat berkumpul bagi komunitas lokal, pelajar, dan keluarga yang ingin menikmati waktu bersama. Jika ingin mencari tempat yang syahdu di tengah-tengah Kota Bandung, Taman Balai kota Bandung rasanya jadi pilihan tepat.
-
Siapa yang pertama kali sebut Bandung Kota Kembang? Dari para jutawan gula inilah muncul sebutan De Bloem der Indische Bergsteden alias Bunganya Kota Pegunungan di Hindia Belanda.
-
Bagaimana Bandung dikenal sebagai Kota Kembang? Tak cuma gadis Indo, untuk menyukseskan kongres, panitia sampai mendatangkan penyanyi dari Paris. Lucunya, mereka baru sadar, tak ada yang punya piano di Kota Bandung. Saat kalang-kabut, untunglah ketua seksi hiburan Jan Fabricius teringat piano tua yang belum laku di rumah lelang. Piano itu pun langsung dibeli dan dibawa untuk menghibur tamu kongres.
Tak hanya itu, karena banyak taman yang didirikan di sana, dengan daya tarik tumbuhan hijau juga bunga yang berwarna warni. Wilayah tersebut lambat laun menjadi sebuah metropolitan besar, dengan tetap menonjolkan identias kelokalan Sunda.
Kabarnya ada seorang arsitek Belanda yang mendesain Bandung dengan sangat indah bernama Thomas Karsten. Ia disebut membuat Bandung lebih asri, mirip taman hijau. Berikut kisahnya.
Besar di Tengah Kondisi Perang
Mengutip Wikipedia, Thomas Karsten lahir dan dibesarkan di Amsterdam, Belanda, dengan kondisi sosial dan politik yang kacau. Ketika itu, negaranya mengalami kondisi yang porak poranda setelah dihantam industrialisasi.
Ketika duduk di bangku kuliah, dirinya banyak melihat kemiskinan ekstrim, serta lingkungan perkotaan dengan segregasi dan diskriminasi etnis.
Dari sana, dirinya pindah ke Hindia Belanda dan memiliki mentap di Jawa atas undangan temannya Henri Maclaine Pont. Lewat Henry ini, kemampuan arsitekturalnya dilatih dengan maksimal, hingga dipercaya menjadi konsultan perancangan kota.
Merancang Banyak Kota di Jawa dari Nol
Tak pernah terpikirkan bagi Karsten untuk mendesain banyak kota di Jawa. Namun visi sosial yang tertanam sejak remaja, membuatnya ingin membangun kota tersebut berbeda dari Eropa.
Alih-alih membuat desain yang modern dan megah, ia justru membuat desain dengan unsur kearifan lokal yang kuat. Gaya ini, ia terapkan di 12 dari 19 rancangan di pulau Jawa, 3 dari 9 kota di Sumatra, dan 1 kota di Kalimantan.
Kota-kota tersebut yakni Semarang, Buitenzorg (Bogor), Madiun, Malang, Batavia, Magelang, Bandung, Cirebon, Meester Cornelis (Jatinegara), Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Padang, Medan, dan Banjarmasin
Terapkan Konsep Garden City di Bandung
Mengutip bandung.go.id, pola yang dibuat Karsten di tiap kota berbeda-beda, namun memiliki sedikit kemiripan. Di sana, Karsten biasanya membuat beberapa taman sebagai area terbuka hijau.
Mulai dari Taman Ganesha, Taman Merdeka, Taman Maluku, Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, atau Taman Gasibu. Taman-taman tersebut memiliki ciri khas seperti didominasi rumput dan tanaman hijau, lalu adanya pedestrian yang mengelilingi area taman sampai adanya kolam dengan air mancur di tengah sebagai penghias.
Garden City Bandung
Mulanya, konsep garden city diperkenalkan oleh Ebenezer Howard dalam bukunya “To-Morrow: A Peaceful Path to Realm Reform” (1898) sebagai solusi untuk peradaban perkotaan yang lebih baik. Howard mengembangkan ide ini untuk mengatasi turunnya kualitas hidup di kota-kota Eropa akibat industrialisasi massal.
Garden city memiliki tiga elemen utama: desentralisasi, taman, dan kota. Desentralisasi mengacu pada pemindahan populasi dan industri dari pusat kota yang padat ke daerah yang lebih terpencil, sehingga aktivitas kota tidak terpusat di satu tempat.
Elemen taman mencakup sabuk pertanian di tepi kota yang berfungsi sebagai penghalang perluasan kota dan memberikan area pedesaan bagi penduduk. Sementara itu, konsep kota menekankan kepemilikan tanah yang harus dikelola bersama oleh masyarakat atau pemerintah kota untuk kepentingan umum, bukan oleh individu atau perusahaan.
Jadi Tujuan Wisata Sejak Zaman Belanda
Konsep garden city yang dikembangkan oleh Karsten semakin menegaskan bahwa kota tersebut merupakan tujuan wisata sejak zaman Hindia Belanda.
Di masa itu, Bandung sudah memiliki wisata populer berupa Gunung Tangkuban Perahu, Pemandian Cihampelas, serta beberapa curug (Curug Dago, Curug Halimun dan Curug Panganten).
Bandung mulai dikenal sebagai pusat elit pada tahun 1930-an, dengan keberadaan deretan bangunan toko dan kedai makanan di Jalan Braga dan sekitarnya. Tempat ini kemudian menjadi tempat nongkrong elit warga Eropa di Bandung.