Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Pada suatu hari di bulan Desember 1947, tentara Belanda sedang berlatih di Pos Jaga Salatiga. Mereka tergabung dalam kesatuan Resimen 5-5 RI. Selain berlatih, mereka juga patroli ke pelosok Salatiga.
-
Apa yang dilakukan tentara Belanda di Tegal? Potret lawas selanjutnya adalah tentara Belanda sedang menikmati alunan musik keroncong yang diamkan oleh orang-orang Pribumi. Nampak 3 orang tentara sedang duduk di sebidang tanah di Kota Tegal kurang lebih tahun 1947. Seakan-akan foto itu berbicara, ketiga tentara itu begitu sumringah dan senang mendengarkan musik keroncong yang dibawakan oleh warga pribumi.
-
Dimana Agresi Militer Belanda I terjadi? Di Sumatera, Belanda ingin menguasai pertambangan dan perkebunan. Sementara di Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan tujuan menguasai pabrik, pelabuhan, dan perkebunan.
-
Kenapa Belanda melancarkan Agresi Militer I? Serangan ini dilakukan dengan dalih bahwa Indonesia merupakan Negara Federal yang masih di bawah kekuasaan Belanda.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I terjadi? Mengutip dari beberapa sumber, berlangsungnya Agresi Militer Belanda I ini tepat di hari ketiga puasa.
-
Kapan pasukan Belanda menyerang Tuban? Agresi Militer II Salah satu operasi militer yang terkenal pasca kemerdekaan Indonesia adalah Agresi Militer Belanda ke-II yang dimulai pada 19 Desember 1948.
Bagi mereka, Salatiga merupakan kota yang strategis. Selain menjadi titik pertemuan jalur antara Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta, kota itu juga memiliki lahan yang subur dengan hasil pertanian yang melimpah.
Ketika Operasi Pelikan, yaitu operasi penyerbuan tentara ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Resimen 5-5 RI bukanlah termasuk bala tentara yang diterbangkan dari Lapangan Udara Kalibanteng, Semarang, ke Yogyakarta.
Mengutip YouTube Hendri Teja, mereka bergerak menuju Yogyakarta melalui jalur darat. Konvoi mereka menuju Yogyakarta dibantu oleh Resimen Infanteri 1 Brigade V KNIL yang dipimpin oleh Letkol KNIL F.O.B Musch.
Pada 19 Desember 1948 pagi, kesatuan itu menembus garis demarkasi antara Ampel, Boyolali, dan Salatiga yang dijaga oleh Divisi II TNI.
Mengutip YouTube Hendri Teja, pasukan KNIL itu kemudian bergerak menuju Surakarta, sementara Koloni Tempur I bergerak menuju Kartasura, Klaten, dan selanjutnya Yogyakarta.
Dalam perjalanan itu, pasukan Belanda tersebut merekam sebuah pasar yang tampak ramai. Tampak masyarakat setempat bersikap wajar atas konvoi tersebut.
Mereka sepertinya belum paham bahwa ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta baru saja diserang hebat beberapa hari sebelumnya.
Mengutip YouTube Hendri Teja, perjalanan konvoi itu tidaklah lancar. Mereka harus menembus garis demarkasi yang dipertahankan oleh Divisi II TNI.
Mereka juga harus melewati jalan yang telah dipasang rintangan berat atau mencari akal untuk melintasi jembatan yang dihancurkan pihak TNI.
Walhasil, mereka baru bisa bergabung dengan tentara lainnya pada 21 Desember malam di Yogyakarta.