Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama
Di Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Cirebon di masa silam merupakan pusat penyebaran Islam di wilayah barat Pulau Jawa. Melalui As Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, masyarakat setempat bisa dengan mudah menerima dan mengenal Islam secara mendalam tanpa intimidasi.
Ketika itu, Islam dikenalkan secara perlahan dengan mengadopsi budaya serta kesenian setempat agar menyentuh semua kalangan. Sampai sekarang, jejak kejayaannya masih bisa ditemukan di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
-
Di mana petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon? Di masa silam Sunan Kalijaga pernah aktif berdakwah di Cirebon dan meninggalkan petilasan sekitar 1 kilometer dari terminal Harjamukti.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
-
Dimana letak Keraton Kasepuhan Cirebon? Keraton Kasepuhan Ini adalah keraton tertua dan terluas di Cirebon, yang dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II, cicit dari Sunan Gunung Jati.
-
Kapan Sunan Gunung Jati diangkat jadi raja Cirebon? Ketika itu dirinya masih berusia 22 tahun pada 1470 Masehi. Penobatan ini dilakukan di sebuah bukit Amparan Jati, Kabupaten Cirebon.
-
Siapa Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi di Makkah Al-Mukarramah. Ibunya, Nyai Rara Santang, adalah putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Padjajaran yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
-
Siapa yang membangun Keraton Kasepuhan di Cirebon? Setelah menikah, Sunan Gunung Jati ditetapkan sebagai Sultan Cirebon 1 dan resmi menentap di Keraton Pakungwati yang kemudian hari berubah nama menjadi Keraton Kasepuhan.
Di Desa Astana, peninggalan tokoh penyebar Islam masih bisa dapat dikunjungi seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Pakungwati yang merupakan keraton pertama di Cirebon.
Kemudian, terdapat sejumlah kuliner tradisional yang bisa dicicipi di lokasi ataupun dibawa pulang sebagai buah tangan.
Berziarah di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati
Desa Astana menjadi salah satu wisata religi dengan daya tarik kompleks makam Sunan Gunung Jati. Di waktu-waktu tertentu, tempat ini dipadati pengunjung untuk mendoakan dan berziarah.
Di sana juga terdapat deretan makam dari keturunan Sunan Gunung Jati yang juga sering didatangi. Tempatnya juga nyaman, karena sudah ditutupi atap dan diberi lantai keramik.
Sebagai ulama yang moderat, Sunan Gunung Jati merangkul seluruh agama dan budaya yang ada di Cirebon. Menariknya, di kompleks makam tersebut juga terdapat area untuk berziarah bagi kalangan nonmuslim yang ingin mengenang kepemimpinan salah satu dari 9 wali sanga itu.
Ada Masjid Berusia 500 Tahun
Di Astana, juga terdapat sebuah masjid unik dengan desain kuno. Mengutip Youtube Kemenparekraf, masjid ini bernama Dog Jumeneng dengan cat yang serba putih. Masjid juga dipenuhi piring kemarik peninggalan zaman penjajahan.
Menurut Novi Hermanto selaku DKM setempat, masjid saat ini sudah memasuki usia lebih dari 500 tahun. Kabarnya, pendiriannya juga tidak melalui proses konstruksi karena merupakan masjid tiban atau berdiri sendiri.
Selain itu, daya tarik masjid ini juga memiliki koleksi menarik berupa mushaf lawas peninggalan abad ke-19.
Kompleks Makam Syekh Datul Kahfi dan Keraton Pakungwati
Dalam penyebaran agama Islam di Cirebon, terdapat sosok penting lainnya yakni Syekh Datul Kahfi yang merupakan guru dari Sunan Gunung Jati. Syekh Datul Kahfi juga merupakan sosok pertama yang mengenalkan ajaran Islam di Cirebon.
Di Astana terdapat kompleks makamnya yang juga nyaman dikunjungi. Tempat ini juga selalu dipadati pengunjung, terutama menjelang hari raya besar Islam yakni Maulid Nabi.
Kemudian, di sana juga terdapat Keraton Pakungwati yang merupakan keraton pertama di Cirebon. Dahulu, tempat ini merupakan surau kecil sekaligus bangunan dengan tumpukan bata untuk pemerintahan. Pendirinya adalah Ki Somadullah, Haji Abdullah Iman atau Pangeran Walangsungsang.
Sosok ini masih keturunan langsung dari Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi yang menikahi Nyai Subang Larang. Pangeran Walangsungsang kemudian melakukan perjalanan spiritual ke Cirebon untuk mendirikan Keraton Pakungwati.
Mencicipi Kuliner Intip yang Melegenda di Astana
Selain melakukan wisata religi, di sana juga terdapat aneka poduk oleh-oleh salah satunya intip yang legendaris. Makanan ini terbuat dari beras yang dikeringkan dan digoreng mirip rangginang, namun diberi cairan gula merah manis.
Kemudian, ada juga kerupuk kulit dan gepit yang memiliki cita rasa asin gurih. Di tempat oleh-oleh sekitar juga tersedia berbagai kerajinan kayu dan pernak pernik khas budaya Cirebon.
Karena daya tariknya ini, pengunjung diketahui turut datang dari luar negeri.
Raih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023
Mengutip laman Pemprov Jabar, Desa Astana telah berhasil menembus peringkat 75 besar dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf RI) Sandiaga Uno, Desa Astana berhasil mengalahkan sebanyak 4.573 desa dari seluruh wilayah Indonesia dengan potensi khasnya yakni destinasi religi dan sejarah.
“Desa-desa wisata religi ini akan kita persiapkan melalui travel pattern atau pola perjalanan wisata yang dilengkapi dengan beberapa produk wisata serta event-event berkelas dunia. Tujuannya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, serta peningkatan ekonomi,” kata Sandiaga Uno beberapa waktu lalu.