Kisah Unik Desa Tempuran Blora, Banyak Warganya yang Jadi Polisi dan Tentara
Di Desa Tempuran, Kabupaten Blora, ada sebuah makam keramat milik Mbah Lembu Peteng. Konon dulunya ia adalah seorang prajurit.
Di Desa Tempuran, Kabupaten Blora, ada sebuah makam yang dikeramatkan. Menurut masyarakat setempat, yang disemayamkan di makam keramat itu adalah sesepuh desa bernama Mbah Lembu Peteng.
Melalui sebuah video yang diunggah pada 23 Desember 2023, pemilik kanal YouTube Sahabat Al Arif Blora menyempatkan diri untuk mengunjungi makam keramat itu. Dalam kesempatan tersebut ia bertemu langsung dengan Lurah Desa Tempuran, Pak Keman.
-
Bagaimana Desa Trawas jadi Desa BRILian? Penghargaan Program Desa BRILian 2022 untuk Desa Trawas diperoleh berkat inovasi yang terus dihadirkan masyarakat desa.
-
Siapa yang bantu Desa Trawas jadi Desa BRILian? Amiludin menyebut, dengan menjadi Desa BRILian maka Desa Trawas akan lebih maju di masa depan.
-
Kenapa Desa Polengan ikut Desa BRIlian? Dua aspek itu lah yang menjadikan alasan BRI mengajak Desa Polengan untuk bergabung dengan Desa BRIlian.
-
Kenapa Desa Kemudo jadi Desa BRILian? Di tahun itu pula, BRI menetapkan Desa Kemudo sebagai Desa BRILian dan masuk kategori juara satu batch pertama.
-
Apa itu Desa BRILian? Keberhasilan dan inovasi Desa Trawas membuat wilayah ini meraih penghargaan Desa BRILian dari BRI.
-
Apa yang diangkat Desa BRILian di Tunjungan? Desa BRILian angkat prospek kuliner buah durian Desa BRILian Desa BRILian yang mengangkat prospek kuliner komoditas hortikultura yakni buah durian di Desa Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Saat itu Pak Keman sedang mencari rumput di sekitar makam. Di sela-sela kesibukannya, ia bercerita tentang makam keramat itu kepada pemilik kanal YouTube Sahabat Al Arif Blora. Berikut selengkapnya:
Mbah Lembu Peteng
Dalam kesempatan itu, Pak Keman menceritakan sosok Mbah Lembu Peteng. Ia merupakan orang pertama yang membuka permukiman di Desa Tempuran.
Pak Keman melanjutkan, Mbah Lembu Peteng mempunyai dua orang murid yaitu Jaelani dan dan Bimo Kroyo. Bimo Kroyo kemudian dipilih Mbah Lembu Peteng untuk menjadi pemimpin di desa tersebut karena sikap dewasanya.
Pak Keman sendiri tidak tahu persis kapan pertama kali Mbah Lembu Peteng menempati Desa Tempuran.
“Pokoknya tahun 1817 itu sudah Mbah Lurah Salekan. Itu sudah lurah keempat di desa ini,” kata Pak Keman.
Lurah Samin
Pak Keman mengatakan, Mbah Lurah Salekan cukup terkenal sebagai kepala desa Tempuran dengan sebutan Mbah Lurah Samin. Waktu itu ia cukup berani melawan penjajah Belanda. Selain itu kisah Mbah Lurah Salekan hingga kini masih tercatat di Keraton Surakarta.
“Waktu itu Mbah Lurah Salekan tidak mau berkomunikasi dengan pihak Belanda. Bahkan membayar pajak pun dia tidak mau. Makanya ia kemudian dikenal dengan nama Lurah Samin,” kata Pak Keman.
Lebih lanjut, Pak Keman bercerita, berdasarkan runtutan sejarahnya, Mbah Lembu Peteng masih keturunan Kerajaan Majapahit. Tak hanya di Desa Tempuran, nama-nama Lembu Peteng juga terdapat di beberapa tempat seperti Gresik dan Madura sebagai penanda bahwa orang itu masih keturunan Majapahit. Ciri khas makam Lembu Peteng ditandai dengan pohon asem yang tumbuh di atasnya.
Keturunan Prajurit
Pak Keman mengatakan, dulunya Mbah Lembu Peteng yang dimakamkan di Desa Tempuran Blora merupakan seorang prajurit. Bakat prajurit itu kemudian ditularkan secara turun-temurun pada keturunan berikutnya. Bahkan hingga sekarang, bakat prajurit dari Mbah Lembu Peteng masih ditularkan pada warga yang tinggal di sana.
“Makanya setiap tahun itu pasti ada anak sini yang daftar polisi atau tentara pasti jadi. Bahkan Tempuran adalah desa kecil yang tentara dan polisinya banyak sekali. Setiap tahun pasti ada. Karena dulu cikal bakal orang sini adalah prajurit,” pungkas Pak Keman.