Potret Pondok Tegalsari Pesantren Tertua di Jawa, Ronggowarsito hingga HOS Tjokroaminoto Pernah Jadi Santri di Sini
Tempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.
Tempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.
Potret Pondok Tegalsari Pesantren Tertua di Jawa, Ronggowarsito hingga HOS Tjokroaminoto Pernah Jadi Santri di Sini
Pondok Tegalsari di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo disebut sebagai cikal bakal berdirinya pondok pesantren di Pulau Jawa. Banyak tokoh besar yang pernah menimba ilmu agama maupun pengetahuan umum di pondok ini.
-
Siapa yang mendirikan pesantren di Situ Wanayasa? Dahulu, sosok ini memiliki peran untuk mengislamkan wilayah Purwakarta, terutama di kaki Gunung Burangrang. Bukan sosok sembarangan, ia merupakan keturunan Banten. Dahulu, Kiai Ageung pernah mendirikan pondok pesantren yang berada di sekitar Situ Wanayasa.
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Siapa pendiri pondok pesantren Langitan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Siapa pendiri Pondok Pesantren Tremas? Pondok yang kini telah berusia lebih dari dua abad ini didirikan oleh santri Indonesia pertama yang belajar di Al Azhar Mesin yakni Kiai Abdul Manan.
Sejarah
Pada tahun 1669, Kiai Ageng Muhammad Besari melakukan babat alas di wilayah timur sungai Jetis untuk mendirikan masjid. Selanjutnya, pada tahun 1680, ia mendirikan Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari. Tahun 1724, ia mendirikan masjid kedua untuk memperluas dakwah keislamannya. Selepas meninggalnya Kiai Ageng Muhammad Besari pada tahun 1747, kepemimpinan pondok diteruskan ke putra dan cucunya. Setiap tahun, jumlah santrinya mencapai 3.000 orang.
Mengutip laman resmi Ponpes Modern Gontor, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, karisma, dan kepiawaian para kiai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Pondokan-pondokan santri didirikan di beberapa desa sekitar untuk menampung jumlah santri yang membludak. Alumni Pondok ini banyak yang menjadi tokoh besar dan berjasa bagi bangsa Indonesia. Ada yang menjadi kiai, tokoh masyarakat, pejabat pemerintahan, pengusaha, dan lain sebagainya.
Para Santri
Salah satu sosok yang pernah jadi santri di Pondok Tegalsari adalah pujangga Ronggowarsito. Hingga kini, pondokan tempatnya tinggal selama menimba ilmu di Tegalsari masih berdiri kokoh.
(Foto: Google Maps)
Selain Ronggowarsito, Pakubuwono II dan HOS Tjokroaminoto juga pernah menjadi santri di sini. Tak hanya itu, sejumlah pendiri pondok pesantren besar di Jawa dulu juga menimba ilmu di Pondok Tegalsari.
(Foto: Google Maps)
Tanah yang Merdeka
Kebesaran hati Kiai Ageng Besari menerima Pakubuwono II sebagai santrinya diganjar kemerdekaan. Sekitar tahun 1742, Tegalsari diangkat sebagai desa perdikan (bebas pajak) oleh Pakubuwono II. Kiai Ageng kemudian mendirikan sebuah masjid dan tempat tinggal.
Pondok TegalsariPasang Surut
Selepas meninggalnya Kiai Ageng Muhammad Besari, Pondok Tegalsari mengalami masa pasang surut di bawah kepemimpinan anak dan cucunya.
(Foto: Google Maps)
Berikut kondisi Pondok Tegalsari usai meninggalnya Kiai Ageng Muhammad Besari:
1. Kepemimpinan Kiai Ilyas (1773 – 1800)
Putra Kiai Ageng Muhammad Besari ini meneladani sang ayah. Ia bekerja keras mengembangkan pesantren hingga meninggal dunia pada 1800. Ia kemudian digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Kiai Yahya.
2. Kepemimpinan Kiai Yahya
Kondisi Pondok Tegalsari merosot dengan tajam. Pendidikan diabaikan dan para santri dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi kiai.
Kiai Yahya memerintah para santri menanam kedelai atau memotong padi. Tindakannya kemudian diketahui pihak Keraton Solo dan ia pun diberhentikan pada 1820.
3. Kepemimpinan Kiai Kasan Besari
Sosoknya dikenal sebagai salah satu kiai yang berhasil memimpin Pondok Tegalsari.
Setelah Kiai Kasan Besari, kepemimpinan diteruskan secara berturut-turut oleh Kiai Kasan Anom, Kiai Hasan Kalipah, Kiai Kasan Anom II (1883–1903), Kiai Kasan Anom III (1903–1909), Kiai Moh. Ismangil (1909–1926), Kiai Iksan Ngalim (1926–1931), Kiai Ahmad Amin (1931–1960), dan Kiai Al Yunani (1960–1964).