Lebih Dekat dengan Kiai Baidlowi Kediri, Dirikan Pesantren Tanpa Nama hingga Curi Perhatian Gus Dur
Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
Lebih Dekat dengan Kiai Baidlowi Kediri, Dirikan Pesantren Tanpa Nama hingga Curi Perhatian Gus Dur
Desa Gedangsewu di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri dikenal luas karena dulunya ada lokalisasi. Tak jauh dari bekas lokalisasi, Kiai Baidlowi mendirikan sebuah pondok pesantren yang tidak diberi nama hingga sekarang.
-
Dimana Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Kenapa Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Mengapa Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren? Awalnya, Kiai Nur hanya mengajari perihal agama Islam kepada keluarga dan para tetangganya. Ia mengajarkan mereka untuk meneruskan perjuanganmengusir para penjajah dari tanah Jawa pada tahun 1852, tiba-tiba datanglah 25 santri yang ingin ikut mengaji padanya.
-
Kenapa Kiai Subkhan mendirikan pesantren di gua? Sejarah Kisah ini bermula saat Kiai Subkhan Al Mubarok mendapatkan wangsit dari sesepuh agar mencari guanya wali. Tak hanya mencari gua, ia bahkan diperintahkan mendirikan pesantren di dalamnya.
-
Kenapa Cak Diqin mendirikan Pesantren? Inisiatif mendirikan ponpes muncul karena pengajian rutin di rumah makan milik Cak Diqin banyak peminatnya.
-
Apa yang terkenal di Kediri? Kediri adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kota ini memiliki banyak macam destinasi yang tersedia, seperti pantai, gua, hingga pegunungan. Tak heran jika Kediri menjadi pilihan yang tepat untuk dijadikan tujuan liburan bagi Anda dan keluarga.
Kiprah Sang Kiai
Mengutip situs saa.iainkediri.ac.id, belum ada keterangan jelas sejak kapan Kiai Baidlowi mendirikan pesantren secara formal. Sementara itu, dia sendiri sudah menerima banyak santri sejak puluhan tahun silam. Kiai Baidlowi menganggap nama tidak penting, siapapun yang ingin mengaji bisa langsung datang ke pesantren yang ia asuh.
Sosok Sederhana
Kiai Baidlowi dikenal sangat sederhana. Ia juga punya hubungan akrab dengan seluruh santrinya.
Kiai Baidlowi sering makan bersama para santri dalam satu nampan. Sosoknya memiliki hobi memancing dan setiap kali mendapatkan ikan, hasil pancingannya itu akan dimakan ramai-ramai dengan para santri. Kiai Baidlowi juga sering dicurhati oleh para santrinya. Ia selalu menyimak dan antusias memberikan pandangan bijak kepada santri yang menceritakan masalahnya. Ketika dalam proses pembelajaran ada hal yang membingungkan santri, Kiai Baidlowi akan membahas dengan tuntas baik selama ngaji berlangsung maupun di luar jam tersebut.
Curi Perhatian Gus Dur
Mukhammad Zamzami, salah satu santri Kiai Baidlowi mengatakan, pada tahun 2010 saat ia belajar di sana ada tiga nama untuk menyebut pondok pesantren di Jalan Teuku Umar Desa Gedangsewu tersebut. Pertama, al-Asasyah yang hanya digunakan untuk pengurusan wesel dan memudahkan santri mendapatkan kiriman uang dari orang tua pada alamat tertentu.
Kedua, al-Ishlah, yang merupakan nama pemberian Gus Dur saat ia menjabat sebagai Presiden RI pada tahun 2000-an. Ketiga, Alabama yang merupakan akronim dari Alfiyah, Balaghah, dan Mantiq. Nama terakhir merujuk pada konsentrasi pondok pesantrenpada kajian tiga ilmu ini untuk memahami kesusastraan Arab. Nama Alabama dipopulerkan oleh salah satu putra Kiai Baidlowi, yakni Agus Yazid. Meski demikian, dari ketiga nama itu tidak ada nama yang secara resmi dipakai dan diformalkan oleh Kiai Baidlowi.
Ciri Khas
Tempat ngaji di pesantren ini berbentuk rumah panggung tanpa tembok. Saat mengaji, santri sering kali mendengar suara aliran sungai yang terletak di sebelah utara pesantren.
Mengutip arrahim.id, pondok pesantren ini menawarkan program ngaji yang cepat dibanding pondok pesantren lain. Guna mempelajari komponen penting memahami bahasa dan sastra Arab, baik Alfiyah Ibnu Mālik, Balaghah (Jawhar al-Maknūn), dan Mantiq hanya dibutuhkan waktu sekitar 40 hari/satu putaran. Ngaji di pesantren ini hanya difokuskan pada ketiga bidang tersebut, tidak ada materi lain. Pondok pesantren ini termasuk kategori pondok kilatan. Pasalnya, dalam sehari sang kiai bisa memberi materi (ngaji) hingga empat kali.