Kisah Cinta Kiai Bisri Syansuri, Menikah karena Dijodohkan hingga Bangun Pesantren di Desa Rawan Kekerasan
Kakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Kakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Kisah Cinta Kiai Bisri Syansuri, Menikah karena Dijodohkan hingga Bangun Pesantren di Desa Rawan Kekerasan
Haul ke-45 Kiai Bisri Syansuri bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1445 Hijriah, Jumat (12/1/2024). Sejumlah tokoh ternama hadir dalam acara yang digelar di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang.
(Foto: Liputan6.com)
-
Kenapa Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Arti 'Gus' di lingkungan pesantren? Dalam konteks pesantren, gelar Gus tidak hanya diberikan kepada anak kiai, melainkan juga mencerminkan tanggung jawab besar yang harus mereka jalankan. Anak kiai yang memiliki gelar ini biasanya dipandang sebagai penerus tradisi keilmuan dan kepemimpinan di lingkungan pesantren.
-
Siapa pendiri Pesantren Sam'an Darushudur? Adalah Ridwan Effendi yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Netra Sam’an Darushudur.
-
Siapa yang menikahi Kiai Mahrus Aly? Pada 1938, Kiai Mahrus dijodohkan dengan putri Kiai Abdul Karim yang bernama Zaenab.
-
Dimana Kiai Ageng Besari mendirikan pesantren? Untuk mendukung misi penyebaran agama Islam yang ia lakukan, Kiai Ageng Besari mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.
-
Dimana Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren? Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa.
Profil
Bisri Syansuri lahir di Kabupaten Pati pada 18 September 1886. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara buah hati Syansuri dan Mariah.
Pendidikan dasar keagamaannya diperoleh dari pesantren lokal, antara lain dari Kiai Abdul Salam di Kajen, Kiai Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, dan Hasyim Asy'ari di Tebu Ireng, Jombang.
Jodoh
Bisri Syansuri belajar di Makkah bersama rekan santrinya yang bernama Abdul Wahab Chasbullah. Pada satu waktu, ibu dan adik perempuan Wahab Chasbullah yang bernama Nur Khodijah menunaikan ibadah haji di Makkah.
Saat berada di Makkah, Abdul Wahab berupaya menjodohkan adiknya dengan Bisri Syansuri. Niat baik Wahab direspons baik sehingga perjodohan antara Nur Khodijah dengan Bisri Syansuri berjalan dengan lancar.Setelah menikah Bisri Syansuri pulang ke Indonesia. Awalnya, Bisri ingin pulang ke tanah kelahirannya di Tayu, Kabupaten Pati. Namun, keluarga sang istri memintanya menetap di Tambak Beras, Jombang. Saat itu, Bisri sangat dibutuhkan di Tambak Beras untuk melakukan dakwah Islam.
Hidup di Tambak Beras
Selama dua tahun di Tambak Beras, Bisri Syansuri membantu mertuanya di bidang pendidikan dan pertanian.
Selain belajar menghidupi keluarga dengan cara bertani, Bisri juga belajar mendidik dan mengelola pesantren sebagai basis perjuangan.Setelah dipandang cukup mapan oleh mertuanya, ia diberi sebidang tanah di desa Denanyar, tak jauh dari Tambak Beras untuk dikelola. Lokasi ini menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Kiai Bisri Syansuri
Dirikan Pesantren
Pada tahun 1917, Kiai Bisri Syansuri dan istrinya mendirikan pesantren di atas tanah milik pribadi di Denanyar Jombang. Pesantren bernama Mamba'ul Ma'arif berdiri atas dorongan mertuanya, Hasbullah, dan sang guru yakni Hasyim Asy'ari.
Saat itu, Desa Denanyar adalah lokasi paling rawan di Jombang. Letaknya di pinggiran kota dekat sebuah pabrik gula dan di tepi jalan yang menghubungkan Surabaya-Madiun.
Desa ini terkenal penuh kekerasan karena terkikisnya nilai-nilai moral luhur dan peranan modal pada tingkah laku masyarakat. Bromocorah merajalela, dan pembunuhan terjadi setiap hari.
Nyaris setiap hari ada pejalan kaki yang jadi sasaran perampokan. Di balik semua permasalahan tersebut, Kiai Bisri Syansuri merasa tertantang melakukan dakwah Islam.