Kisah Cinta Kiai Bisri Syansuri, Menikah karena Dijodohkan hingga Bangun Pesantren di Desa Rawan Kekerasan
Kakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Kakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Haul ke-45 Kiai Bisri Syansuri bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1445 Hijriah, Jumat (12/1/2024). Sejumlah tokoh ternama hadir dalam acara yang digelar di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang.
(Foto: Liputan6.com)
Bisri Syansuri lahir di Kabupaten Pati pada 18 September 1886. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara buah hati Syansuri dan Mariah.
Pendidikan dasar keagamaannya diperoleh dari pesantren lokal, antara lain dari Kiai Abdul Salam di Kajen, Kiai Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, dan Hasyim Asy'ari di Tebu Ireng, Jombang.
Bisri Syansuri belajar di Makkah bersama rekan santrinya yang bernama Abdul Wahab Chasbullah. Pada satu waktu, ibu dan adik perempuan Wahab Chasbullah yang bernama Nur Khodijah menunaikan ibadah haji di Makkah.
Saat berada di Makkah, Abdul Wahab berupaya menjodohkan adiknya dengan Bisri Syansuri. Niat baik Wahab direspons baik sehingga perjodohan antara Nur Khodijah dengan Bisri Syansuri berjalan dengan lancar.
Setelah menikah Bisri Syansuri pulang ke Indonesia. Awalnya, Bisri ingin pulang ke tanah kelahirannya di Tayu, Kabupaten Pati. Namun, keluarga sang istri memintanya menetap di Tambak Beras, Jombang. Saat itu, Bisri sangat dibutuhkan di Tambak Beras untuk melakukan dakwah Islam.
Selama dua tahun di Tambak Beras, Bisri Syansuri membantu mertuanya di bidang pendidikan dan pertanian.
Selain belajar menghidupi keluarga dengan cara bertani, Bisri juga belajar mendidik dan mengelola pesantren sebagai basis perjuangan.
Setelah dipandang cukup mapan oleh mertuanya, ia diberi sebidang tanah di desa Denanyar, tak jauh dari Tambak Beras untuk dikelola. Lokasi ini menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.
Pada tahun 1917, Kiai Bisri Syansuri dan istrinya mendirikan pesantren di atas tanah milik pribadi di Denanyar Jombang. Pesantren bernama Mamba'ul Ma'arif berdiri atas dorongan mertuanya, Hasbullah, dan sang guru yakni Hasyim Asy'ari.
Saat itu, Desa Denanyar adalah lokasi paling rawan di Jombang. Letaknya di pinggiran kota dekat sebuah pabrik gula dan di tepi jalan yang menghubungkan Surabaya-Madiun.
Desa ini terkenal penuh kekerasan karena terkikisnya nilai-nilai moral luhur dan peranan modal pada tingkah laku masyarakat. Bromocorah merajalela, dan pembunuhan terjadi setiap hari.
Nyaris setiap hari ada pejalan kaki yang jadi sasaran perampokan. Di balik semua permasalahan tersebut, Kiai Bisri Syansuri merasa tertantang melakukan dakwah Islam.
Ia sangat fokus menjalani perannya sebagai ulama dan seniman sehingga tidak sempat menikah hingga wafat
Baca SelengkapnyaPria ini mengungkapkan daripada mencari ibu baru, anaknya lebih butuh sosok ayah. Ia pun bertekad tak ingin menikah lagi.
Baca SelengkapnyaSuami meninggal dunia di usia pernikahan belum genap 1 bulan. Kisahnya bikin haru.
Baca SelengkapnyaSalah satu hal yang biasanya paling menonjol tampak setelah pernikahan adalah perut yang kian membuncit.
Baca SelengkapnyaSimak kisah perjalanan cinta Wulan Guritno, dari pernikahan pertama di usia 17 tahun hingga gugatan ratusan juta kepada mantan pacar.
Baca SelengkapnyaKini mereka sudah memiliki empat anak, Satu perempuan dan tiga laki-laki.
Baca SelengkapnyaPria tersebut tak kuasa menahan tangis hingga terduduk di pangkuan sang ibunda saat menerima kenyataan yang ada.
Baca SelengkapnyaDN gelap mata mengetahui mantan istrinya AG (24) akan menikah lagi. Dia menikami wanita itu hingga terluka parah sedangkan calon suaminya FR (30) tewas.
Baca SelengkapnyaNamun rencana Tyas untuk menikah dengan Tengku Tezi di depan sang ibunda tidak terlaksana. Sebab, sang ibunda sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Baca Selengkapnya