Sosok Kiai Hasyim Pendiri NU Bojonegoro, Perintahkan Anaknya Menikahi Perempuan Kota demi Syiarkan Ajaran Aswaja
Keilmuannya diakui banyak orang, banyak murid-muridnya jadi kiai besar, salah satunya Mustofa Bisri atau Gus Mus
Keilmuannya diakui banyak orang, banyak murid-muridnya jadi kiai besar, salah satunya Mustofa Bisri atau Gus Mus
Nahdlatul Ulama (NU) Bojonegoro lahir di Padangan pada tahun 1938 Masehi. Pemrakarsanya Kiai Hasyim Padangan. Demi memperluas pengaruh NU di Bojonegoro, Kiai Hasyim punya strategi unik, yakni menyuruh anaknya menikah.
Kiai Hasyim meminta putranya Kiai Sholeh untuk menikahi perempuan kota. Tujuannya agar putranya bisa mengepakkan sayap NU di pusat Kota Bojonegoro. Pada tahun 1940, Kiai Sholeh mengawali syiar NU di kawasan kota Bojonegoro. Namun, hingga ia meninggal dunia pada 1948, NU Bojonegoro belum resmi lahir.
Sepeninggal Kiai Sholeh, dakwah NU di pusat kota Bojonegoro diteruskan oleh Kiai Rachmat Zuber dari Tulungagung. Selama tinggal di Bojonegoro, Kiai Rachmat bertamu kepada para kiai di Bojonegoro sebagai bentuk strategi membesarkan embrio NU dan nilai ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah (Aswaja). Usaha ini berhasil. Mengutip Instagram @bojonegorohistory, pada tahun 1953, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bojonegoro resmi berdiri.
Kiai Hasyim tinggal dan membangun masjid di sebuah dusun kecil bernama Jalakan, Padangan, Bojonegoro. Sosoknya dikenal ulama spesialis nahfu sharaf. Kepandaiannya tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga dikenal hingga Singapura dan Malaysia.
Kiai Hasyim terkenal sebagai ulama yang menjadi rujukan banyak santri di tanah Jawa antara tahun 1852 hingga 1942. Kitab ilmu sharaff karangannya sangat fenomenal, hingga dikenal umat Islam dari generasi ke generasi.
Mengutip Liputan6.com, banyak ulama Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dahulu menjadi santri Kiai Hasyim. Salah satunya Kiai Mustofa Bisri alias Gus Mus, pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang.
Kiai Hasyim tercatat pernah menjadi santri pada sejumlah kiai. Mulai dari Sayyid Abdurrahman Hasyim Basyaiban di Padangan, Mbah Kholil Bangkalan, hingga menuntut ilmu di tanah Haramain pada ulama-ulama besar pada zamannya.
Mengutip NU Online, karya Kiai Hasyim antara lain Tasrifan Padangan, terjemah Imrithi, terjemah Alfiyah Ibnu Malik, hingga terjemah Nadham Maqsud. Sayangnya, saat ini hanya Tasrifan Padangan yang masih bisa dijumpai.
Kiai Hasyim meninggal saat tentara Jepang masuk Indonesia sekitar 1942. Saat ia meninggal, banyak masyarakat berdatangan. Bahkan saat prosesi pemakaman, keranda jenazah Kiai Hasyim terlihat seperti berjalan sendiri karena banyaknya orang yang ingin memikul keranda.
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaKakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Baca SelengkapnyaBeberapa bukti interaksi manis orang tua dan kekasihnya ini jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaSosok kakak-beradik lansia yang jadi sorotan karena perlakuan gemasnya.
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaLetkol Marinir TNI Edy Efendy ternyata memiliki seorang putri cantik yang tengah menjalani pendidikan sebagai Taruni AAU.
Baca SelengkapnyaBerlangsung cukup meriah hingga dihadiri oleh sederet pejabat penting, pangkat suami TNI jadi sorotan warganet.
Baca SelengkapnyaSemangkuk kelezatan itu bernama soto mi. Wajib dicicpi saat berkunjung ke Bogor
Baca Selengkapnya