Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Penampakannya
Seorang ulama pernah diutus untuk berdakwah pada para penganut ilmu hitam di kampung itu
Seorang ulama pernah diutus untuk berdakwah pada para penganut ilmu hitam di kampung itu
Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Sejarahnya
Di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, ada sebuah desa yang menyimpan begitu banyak misteri. Namanya Desa Lemahireng. Dikutip dari Wikipedia, pada tahun 2012 jumlah penduduknya sekitar 7.500 orang.
-
Di mana letak Kampung Melayu Semarang? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Apa saja bangunan tua yang ada di Kampung Melayu Semarang? Bangunan-bangunan tuanya, seperti Masjid Menara, gedung tua tak bernama, dan Menara Syahbandar, menyimpan cerita menarik dari masa lampau.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Dimana letak Kota Lama Semarang? Lokasinya tak lain berada di pusat kota.
-
Bagaimana budaya Semarang? Keindahan Semarang tercermin dalam keberagaman budayanya.
Berdasarkan cerita turun-temurun, pada zaman dulu Desa Lemahireng dihuni oleh para penganut ilmu hitam.
Hingga pada akhirnya sekitar abad ke-17 seorang ulama bernama Syekh Basyaruddin dari Alas Turonggo Surakarta mendapat tugas dari Pangeran Benowo untuk berdakwah di daerah itu.
Syekh Basyaruddin kemudian mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa. Namun usaha dakwah Syekh Basyaruddin selalu gagal karena penganut ilmu hitam di daerah itu cukup banyak.
Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa. Namun usaha dakwah Syekh Basyaruddin selalu gagal karena penganut ilmu hitam di daerah itu cukup banyak.
Maka dari itu dia menugaskan istrinya sendiri yaitu Nyai Basyaruddin untuk berdakwah di daerah itu, dengan alasan sosok perempuan biasanya lebih memahami emosional masyarakat ketimbang sosok laki-laki.
Pada akhirnya, Nyai Basyaruddin berhasil meluluhkan hati para penganut ilmu hitam. Mereka bersedia meninggalkan kebiasaan yang melanggar norma sosial dan norma agama.
Daerah yang sebelumnya merupakan hutan belantara kemudian dibakar untuk dijadikan lahan pemukiman warga.
Sejak saat itu, pemukiman warga tersebut dinamai Lemahireng. Penamaannya berasal dari tanah yang dibakar sehingga berwarna hitam.
Namun secara filosofis nama itu dapat dimaknai dibakarnya ilmu hitam beserta para penganutnya dengan ayat suci Al Qur’an atau ajaran Islam.
Dibanding Nyai Basyaruddin, masyarakat setempat lebih mengenal Mbah Nyai Ireng. Keduanya merupakan sosok yang berbeda. Makam Mbah Nyai Ireng berada di punden desa.
Setahun sekali warga desa menggelar acara nyadran di tempat itu.
Namun hingga saat ini tak ada yang tahu nama asli Mbah Nyai Ireng. Tapi menurut beberapa warga ia memiliki nama asli Nyai Wigati.
Di dekat makam Mbah Nyai Ireng, ada sebuah kolam atau sendang kuno. Hingga kini kolam tersebut masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, keberadaan kolam itu sudah ada sejak zaman dulu. Namun kemudian kolam itu direnovasi kembali pada tahun 1988.
“Namanya Mbah Lurah Muriat. Dia pernah bersumpah kalau jadi lurah, aku akan membangun sendang. Setiap malam dia mandi di sini,” kata Pak Tamir, salah seorang warga Desa Lemahireng.