Menguak Fakta Penemuan Botol Kuno di Kota Lama Semarang, Diduga Sudah Ada pada Pertengahan Abad 17
Botol berbahan stoneware sendiri diduga digunakan untuk wadah minuman bersoda
Botol berbahan stoneware sendiri diduga digunakan untuk wadah minuman bersoda
Menguak Fakta Penemuan Botol Kuno di Kota Lama Semarang, Diduga Sudah Ada pada Pertengahan Abad 17
Kota Lama Semarang merupakan pusat perdagangan yang sangat sibuk pada abad ke-19 hingga 20. Kawasan ini mendapat julukan “Little Netherland” karena dahulu terdapat banyak kanal-kanal air yang desainnya mirip seperti yang ada di Negeri Belanda.
Di Kota Lama Semarang, masih terdapat banyak peninggalan bangunan tua ciri khas tempo dulu. Bangunan-bangunan itu masih berdiri kokoh melintasi arus zaman. Bahkan beberapa masih digunakan baik sebagai kantor, rumah pribadi, maupun tempat usaha.
-
Dimana letak Kota Lama Semarang? Lokasinya tak lain berada di pusat kota.
-
Di mana sedotan tertua ditemukan? Arkeolog menemukan tabung logam dengan panjang 3 kaki atau hampir 1 meter pada 1897 saat melakukan penggalian gundukan kuburan dari kebudayaan Maikop kuno di Kaukasus barat laut, yang utamanya saat ini mencakup kawasan Armenia, Azerbaijan, Georgia, dan Rusia selatan.
-
Kapan kota kuno ini ditemukan? Proses penggalian dimulai pada 2020 di bulan September, di lokasi antara kuil Ramses III dan Amenhotep III.
-
Kapan sedotan tertua ditemukan? Arkeolog menemukan tabung logam dengan panjang 3 kaki atau hampir 1 meter pada 1897 saat melakukan penggalian gundukan kuburan dari kebudayaan Maikop kuno di Kaukasus barat laut, yang utamanya saat ini mencakup kawasan Armenia, Azerbaijan, Georgia, dan Rusia selatan.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno? Sejauh ini, telah digali sekitar 2.000 artefak dari kota kuno berusia 3.000 tahun ini. Dilansir Greek Reporter, Kamis (12/9), kota kuno ini masih dalam kondisi sangat baik.
Tak hanya kemegahan bangunannya, di kawasan Kota Lama Semarang masih banyak terpendam peninggalan bersejarah. Salah satunya adalah artefak zaman dulu.
Cerita ini berawal dari kegiatan ekskavasi benteng Kota Lama Semarang yang dilakukan tahun 2016. Saat itu, kegiatan ekskavasi dilakukan di sebuah lahan kosong milik PT Gas Indonesia dan lahan parkir milik Perum Damri.
Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
Sepuluh fragmen di antaranya merupakan botol air mineral berkarbonasi berbahan stoneware. Setelah dilakukan rekonstruksi, fragmen-fragmen tersebut kebanyakan merupakan pecahan alat rumah tangga yang digunakan pada masa kolonial Belanda.
Dikutip dari kanal YouTube Balar Jogja, artefak berbahan stoneware berbeda dengan gerabah pada umumnya. Artefak ini dibakar dengan suhu di atas 1.000 derajat celcius sehingga menghasilkan tingkat kerapatan pori-pori yang tinggi. Proses pembakaran dengan suhu tinggi menyebabkan pori-pori tertutup, sehingga produk yang dihasilkan kedap air.
Botol jenis stoneware sangat mudah dikenali dari bagian luarnya yang berwarna cokelat dan bagian dalamnya yang berwarna putih keabuan. Identifikasi botol seperti itu sering kali terbantu oleh adanya stemple logo pada bagian bawah botol.
Botol berbahan stoneware yang ditemukan di Kotalama Semarang memiliki bentuk silinder dengan permukaan dasar yang rata. Pada bagian depan terdapat cap logo produksi. Dari cap tersebut, diduga botol tersebut dibuat di negeri Rusia.
Berdasarkan identifikasi, botol-botol tersebut kemungkinan sudah ada sejak abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18, masa di mana Kota Lama Semarang masih dikelilingi benteng. Pada masa itu, orang-orang yang tinggal di dalam benteng memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan menyimpan barang dari negara asal mereka.
Botol berbahan stoneware sendiri diduga digunakan untuk wadah minuman bersoda. Air mineral bersoda dianggap memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan mineral air tersebut dipercaya mampu menurunkan demam.
Namun minuman bersoda itu hanya bisa dikonsumsi kalangan tertentu, seperti orang-orang Eropa dan Pribumi.