Menguak Fakta Artefak Kuno di Situs Kerto Bantul, Diduga Peninggalan Majapahit
Artefak serupa juga ditemukan di Situs Trowulan, Mojokerto
Artefak serupa juga ditemukan di Situs Trowulan, Mojokerto
Menguak Fakta Artefak Kuno di Situs Kerto Bantul, Diduga Peninggalan Majapahit
Pada Selasa (7/9), Tim eskavasi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan sebuah artefak fragmen gerabah di Situs Keputren, Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret, Bantul. Artefak itu diduga merupakan wadah air era Kerajaan Majapahit.
-
Di mana artefak kuno itu ditemukan? Artefak kuno milik ahli bedah tersebut ditemukan pada sebuah kuil persembahyangan di utara, seperti yang dilaporkan para peneliti.
-
Dimana artefak kuno itu ditemukan? Para arkeolog maritim dari Universitas Bournemouth Inggris menemukan dua lempengan berukir salib dari abad pertengahan di dasar Teluk Studland, telah ada disana selama hampir 800 tahun.
-
Dimana artefak batu itu ditemukan? Senior menemukan batu pasir berwarna abu tua ketika sedang menyabit rumput di kebunnya.
-
Dimana artefak kuno ditemukan? Seorang peternak di Trebry, Prancis, menyadari seekor sapinya hilang saat sedang menghitung hewan ternaknya pada Juni lalu. Setelah mencari kesana kemarin, Adeline Yon-Berthelot menyadari sapinya jatuh ke dalam lubang selama 3 meter.
-
Dimana lokasi penemuan artefak kuno? Saat menggali di permukiman prasejaran berusia 6200 tahun di Solnitsa, Provinsi Varna, Bulgaria, para arkeolog menemukan liang lahat khusus berisi benda-benda persembahan untuk ritual.
-
Apa artefak yang ditemukan? Peneliti menemukan sisa-sisa ramuan halusinogen Mesir kuno di dalam sebuah vas bunga berusia 2.200 tahun.
Koordinator Lapangan (Korlap) Tim Ekskavasi Situs Keputren, Hery Priswanto, mengatakan bahwa ekskavasi di Situs Keputren merupakan rangkaian akhir dari penelitian yang dilakukan Disbud DIY pada tahun 2023.
“Selama saya melakukan penelitian di Pleret sejak tahun 2007 lalu, temuan ini baru pertama kali dan ornamen serupa juga ditemukan di Trowulan Mojokerto sehingga ada kemiripan dengan era Majapahit,” kata Hery dikutip dari ANTARA.
Hery mengatakan, wadah air terbuka dengan motif hias dan ciri khas era Kerajaan Majapahit itu ditemukan saat ekskavasi Situs Keputren yang dilakukan di lahan pribadi milik warga setempat sejak 10 Agustus 2023 hingga 7 September 2023.
Usai ekskavasi, tim menutup kembali situs dan artefak fragmen yang ditemukan. Tim kemudian menyerahkan tugas ke Disbud DIY untuk kegiatan pelestarian dan pengamanan.
Menurut Hery, fragmen gerabah wadah air tanpa tutup berukir peninggalan Majapahit abad 13 itu ditemukan pada salah satu kotak area ekskavasi yang diduga merupakan saluran air kuno berasal dari abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam dalam kondisi tidak utuh berbentuk kepingan.
Menariknya meski telah hancur, karakter motif hias yang bercirikan era Majapahit kuno masih tampak jelas dan menonjol ukirannya. Wadah air terbuka itu diperkirakan memiliki diameter sekitar 50 cm yang biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu.
"Keberadaan artefak ini dimiliki bukan orang sembarangan. Keputren sendiri merupakan sebuah pemukiman Pleret yang digunakan para putri raja dan selirnya. Dengan temuan artefak berupa wadah-wadah air kemudian struktur ini bisa menjawab bahwa Keputren ini punya peran dan nilai penting serta bagian dari Keraton Pleret yang pernah ada pada abad 17"
Ujar Koordinator Lapangan (Korlap) Tim Ekskavasi Situs Keputren, Hery Priswanto,
Herry mengatakan bahwa di saluran air kuno tersebut banyak ditemukan artefak fragmen kuno atau wadah tempat air yang sudah tidak utuh. Wadah air ini bentuknya sangat bervariasi, ada yang tertutup ada pula yang terbuka. Wadah air yang tertutup banyak ditemukan berupa pecahan dari kendi, kemudian wadah air yang terbuka berupa ukiran yang ditempel.
Dengan demikian, keberadaan benda itu sudah ada dan dimanfaatkan oleh orang yang tidak sembarangan di Situs Keputren tersebut mengingat artefak wadah air yang dimiliki masyarakat pada umumnya polos tanpa ukiran. Temuan artefak fragmen kuno itu selanjutnya di data dan diserahkan kepada Disbud DIY untuk dilakukan kegiatan pelestarian dan pengamanan serta disimpan di Museum Pleret.
Kerabat pemilik lahan Situs Keputren sekaligus Koordinator Pengelola KCB Kerto-Pleret Supriyanto menyampaikan lokasi situs itu memang masih lahan pribadi milik bibinya yang kini bermukim di Malang sehingga yang mengurus tanahnya diserahkan kepada ayahnya.
Sebelum dimiliki sang bibi, kebun ini dulunya merupakan hutan bambu dan permakaman sinden. Warga pun banyak yang mengambil bata dan batu andesit di lokasi ini hingga digunakan sebagai kandang ternak warga setempat.
"Awal digali memang ada batu bata di atas batu andesit yang membujur sehingga kita presentasikan di Disbud DIY dan akhirnya dibuka. Ini pertama kali ekskavasi yang status tanahnya belum dibebaskan, hal ini berkaitan dengan tugas saya di KCB Kerto-Pleret. Harapannya lahan ini bisa dibebaskan agar menjadi pengayaan dan kelengkapan cerita sejarah KCB Kerto - Pleret,"
Ungkap Koordinator Pengelola KCB Kerto-Pleret Supriyanto