Kisah di Balik Keberadaan Batu Punden Keramat di Sukoharjo, Dipercaya sebagai Tempat Bertapa Sunan Kalijaga
Batu itu sempat tidak bisa dipindahkan dari tempat asalnya.
Batu itu sempat tidak bisa dipindahkan dari tempat asalnya.
Kisah di Balik Keberadaan Batu Punden Keramat di Sukoharjo, Dipercaya sebagai Tempat Bertapa Sunan Kalijaga
Di Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, terdapat sebuah batu besar mirip kubus. Masyarakat setempat percaya, batu itu dulunya digunakan sebagai pertapaan Sunan Kalijaga.
Mbah Priyono (81), seorang sesepuh desa setempat, mengatakan bahwa batu itu dulunya berada di pinggir aliran Sungai Bengawan Solo yang letaknya tak jauh dari desa. Bahkan ia menuturkan bahwa batu punden itu tidak bisa terangkat saat hendak dipindahkan.
-
Di mana lokasi makam kuno di Sukoharjo? Di Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, terdapat sebuah makam kuno.
-
Mengapa makam kuno di Sukoharjo penting? 'Kita letakkan saja, kalau makam paling tua di sini adalah makam tahun 1500, berarti orang-orang yang dimakamkan sudah membangun peradaban di sini sejak tahun 1400,' kata Yaser.
-
Dimana letak batu keramat di Geopark Kebumen? Di Kecamatan Karangsambung, ada sebuah batu besar sepanjang 100 meter yang dikeramatkan masyarakat sekitar.
-
Dimana makam kuno tersebut berada? 1. Tempat Empat Kelompok Makam Kerajaan Makedonia Penelitian terbaru membawa kita ke dalam misteri pemimpin ini, dengan fokus pada sisa-sisa kerangka yang ditemukan di 'Tumulus Besar' di pekuburan Aegae di Yunani utara.
-
Kapan makam kuno di Sukoharjo dibangun? banyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.
-
Kenapa Batu Quran dianggap keramat? Tempat ini selalu ramai dikunjungi karena terkenal keramat.
“Punden itu dulunya berada di tepi Sungai Bengawan Solo. Sesepuh yang menemukan mengajak warga musyawarah dan bicara gimana kalau batu ini kita rawat. Warga setuju dan berusaha memindahkannya,”
kata Mbah Priyono, mengutip Liputan6.com pada Selasa (5/9).
merdeka.com
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, konon batu itu sempat berbicara kepada salah satu sesepuh desa minta syarat agar bisa terangkat saat akan dipindahkan ke tengah Desa Tambakboyo. Batu itu meminta syarat agar didatangkan penari ledek.
Permintaan sang batu kemudian didengarkan oleh sesepuh desa melalui ilham yang kemudian disampaikan kepada seluruh masyarakat Desa Tambakboyo.
Tak hanya meminta seorang penari ledek, batu itu meminta agar sang penari menari di depan batu tersebut.
“Batu itu tidak bisa terangkat, tetapi sesepuh mendapatkan wisik batu bisa diangkat dan dilestarikan dengan syarat bisa diangkat pada hari Jumat Kliwon,” kata Priyono.
Pada masanya, kawasan Solo, Sukoharjo, dan sekitarnya memiliki banyak penari ledek. Namun sang batu mensyaratkan seorang penari ledek bernama Nyai Sandung.
Konon apabila berhasil dipindahkan, punden tersebut bakal memberikan keamanan dan kesejahteraan untuk semua warga. Hal ini sesuai dengan ucapan ilham yang didengar sesepuh desa waktu itu.
“Nek gelem ngopeni aku, ngerawat aku, aku sanggup gawe aman lan sejahtera warga,” begitulah suara bisikan itu.
Batu itu kemudian difungsikan sebagai pepunden.
Setelah ritual yang disyaratkan berhasil dijalankan, batu itu bisa dipindah.
Sejak saat itu pula setiap tahunnya pada Jumat Kliwon, masyarakat mengadakan malam tasyakuran. Waktu itu dinilai pas untuk meminta permohonan kepada sang batu untuk kemudian diteruskan pada Sang Pencipta.
Maka tak sedikit warga yang berbondong-bondong hadir di tempat punden berada untuk menyampaikan keinginannya dengan membawa dua sisir pisang raja atau jenis apapun.
“Doa diminta kepada Tuhan apa yang dibawa (pisang) tadi ditinggal separo kalau dibawa dua lirang yang ditinggal satu lirang, yang satu lirang dibawa lagi. Ini orang Jawa berkahnya dari Tuhan melalui batu ini sangat besar, dan siapa saja boleh ke sini,”
pungkas Priyono terkait fungsi batu keramat itu.
merdeka.com