Berusia 4 Abad, Ini Sejarah Pondok Pesantren Luhur Dondong Tertua di Jawa Tengah
Pondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Pondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah
Berusia 4 Abad, Ini Sejarah Pondok Pesantren Luhur Dondong Tertua di Jawa Tengah
Pesantren Luhur Dondong atau Pesantren Salafi Luhur Dondong merupakan salah satu pondok pesantren yang berada di Kota Semarang. Jumlah santrinya memang tidak banyak, hanya puluhan orang. Namun pondok pesantren itu sudah ada sejak 400 tahun lebih lamanya!
-
Kapan pondok pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Siapa pendiri pondok pesantren Langitan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Apa nama asli daerah tempat pondok pesantren Langitan berdiri? Nama Pesantren Langitan berasal dari nama lama daerah tempat pesantren itu berdiri, Plang Wetan atau Plangitan yang kemudian dibaca Langitan.
-
Dimana pondok pesantren Langitan berada? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Dimana Ponpes Lirboyo berdiri? Dulu Hutan Belantara Desa Lirboyo di Kecamatan Mojoroto Kabupaten Kediri dulunya terkenal angker.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Dengan usianya yang mencapai 4 abad, Luhur Dondong menjadi pondok pesantren tertua di Jawa Tengah. Lokasinya berada di Kampung Dondong, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Pendiri pesantren ini ialah Kiai Syafii Pijoro Negoro.
Kiai Syafii Pijoro Negoro sendiri merupakan keturunan dari Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten. Sebelum menetap di Kampung Dondong, Ki Syafii merupakan salah satu komandan pasukan Sultan Agung yang ikut menyerbu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Batavia pada tahun 1629.
Setelah penyerbuan itu, Ki Syafii singgah dan bermukim di Kampung Dondong. Di sana ia mendirikan sebuah padepokan. Namun yang datang untuk belajar justru santri yang ingin belajar ilmu agama.
Maka padepokan itupun bertransformasi menjadi pesantren ditandai dengan dibangunnya sebuah musala yang kini dikenal dengan nama Musala Abu Darda.
Setelah Kiai Syafii wafat pada tahun 1711, pengurus pesantren diteruskan oleh menantunya, Kiai Abu Darda. Menurut sejumlah sumber, Kiai Abu Darda ini masih keturunan Sunan Kudus. Setelah Abu Darda, pengurus pesantren digantikan oleh menantunya, Kiai Abdullah Buiqin bin Umar dari penanggulan Santren Kendal.
Dalam sejarahnya, Pondok Pesantren Luhur Dondong beberapa kali menjadi basis perjuangan melawan penjajah.
Pada Perang Diponegoro misalnya, pondok pesantren ini menjadi markas gerilyawan.
Lalu pada tahun 1949, ponpes ini pernah dijadikan markas tentara BKR/TKR yang dikenal sebagai Markas Medan Barat dengan pimpinan pasukan Letkol Iskandar Idris.
Dengan mempertahankan tradisi yang dibangunnya, Pondok Pesantren Luhur Dondong tetap bertahan diterpa arus zaman. Santrinya yang hanya berjumlah puluhan itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Sulawesi, Sumatra, dan Lampung.
Sejarah mencatat, beberapa ulama besar pernah menjadi santri di Ponpes Luhur Dondong seperti Kiai Soleh Darat, Kiai Hadlor Ikhsan, dan Kiai Mas’ud.