Tidak Bisa Diajak Kompromi Warga Desa Gabusan Blora Kompak Saling Tutup Akses Jalan, Begini Masalahnya
Berikut masalah yang terjadi sampai warga Desa Gabusan Blora kompak saling tutup akses jalan.
Berikut masalah yang terjadi sampai warga Desa Gabusan Blora kompak saling tutup akses jalan.
Tidak Bisa Diajak Kompromi Warga Desa Gabusan Blora Kompak Saling Tutup Akses Jalan, Begini Masalahnya
Baru-baru ini beredar sebuah video yang memperlihatkan sejumlah warga menutup akses jalan.
Rupanya ada alasan tersendiri kenapa warga Desa Gabusan kompak menutup akses jalan. Lantas bagaimana masalah yang sebenarnya?
Melansir dari berbagai sumber, Jumat (17/5), simak ulasan informasinya berikut ini.
Tidak tanggung-tanggung, penutupan tersebut dilakukan secara permanen dengan membangun tembok.
Bukan tanpa alasan mereka melakukan penutupan akses jalan tersebut. Salah satu warga yang turut gotong royong menutup akses jalan mengungkapkan alasan sebenarnya.
Pria yang merekam video viral ini mengatakan bahwa telah terjadi penutupan akses jalan di Desa mereka. Ia kemudian mengungkapkan alasan kenapa warga kompak melakukan hal tersebut.
"Telah dilakukan penutupan jalan karena ruwet. Ruwet," ujar pria ini dalam video.
"Ini kronologi karena warga Desa Gabusan pada kompak (nutup jalan)," sambungnya.
Pria ini juga terlihat memberikan pesan kepada masyarakat luas yang melihat videonya.
Melalui videonya, Ia mengatakan bahwa hidup bertetangga itu harus baik dengan tetangga lainnya.
"(Urip mbek manungso kudu ngapiki manungso liane) Hidup sama manusia itu harus baik dengan manusia lainnya," tutupnya.
Instagram lambe_turah
Lebih lanjut, beredar pula isi pesan di grup WhatsApp warga Desa Gabusan. Khususnya terkait dengan masalah yang terjadi.
Permasalahan berawal ketika Suparman dikabarkan mengklaim lahan di depan rumahnya sebagai lahan miliknya. Ia juga dikabarkan mengatakan jika tanah tersebut akan dijual.
Suparman juga membangun plafon rumah yang melewati batas tanahnya. Belum berhenti di sana, Ia dikabarkan sampai melarang warga di sana lewat di tanah yang diklaim olehnya.
Warga pun dengan tegas mengatakan bahwa tanah tersebut bukanlah milik Suparman. Tanah tersebut dikatakan milik sekolahan.
Rupanya, itu bukanlah satu-satunya permasalahan yang berakibat penutupan akses jalan oleh warga Desa Gabusan. Dijelaskan ada masalah lainnya yang juga menjadi faktor atau alasan warga melakukan tindakan tersebut.
Dikabarkan, Suparman pernah melakukan penutupan akses jalan warga sekitar sebelumnya. Suparman melakukan hal tersebut sebanyak dua kali.
Suparman nekat menutup akses jalan terhadap 3 rumah dengan membangun tembok melintang di tengah jalan. Penutupan ini dilakukan pada tanggal 7 Mei lalu. Bahkan, aksi Suparman itu sempat viral di TikTok.
Dilansir dari berbagai sumber, pada tanggal 11 Mei Suparman kembali melakukan aksi penutupan akses jala kedua kalinya. Ia kembali membangun tembok melintang di tengah jalan.
Penutupan yang kedua inilah yang membuat kemarahan warga Desa Gabusan memuncak. Hingga akhirnya kini warga setempat kompak menutup akses jalan yang dilalui oleh Suparman.
Awal Mula Penutupan Akses Jalan Pertama
Camat Jati, Bambang Setiokunanto menjelaskan kejadian ini bermula sekitar 2 tahun lalu. Di mana Suparman berseteru dengan salah seorang warga yang bernama Ngadio.
Saat itu, Suparman dan Ngadio tengah bercanda di warung kopi. Namun candaan yang dilontarkan, terdapat kata-kata yang menyinggung dengan saling mengejek cacat fisik. Keduanya pun setelahnya sering kali berdebat atau cek cok.
Sementara itu, rumah Suparman sendiri berada di pinggir jalan dan ada lorong atau gang di samping rumahnya. Sedangkan, tanah milik Ngadio berada di belakang rumah Suparman.
Gang atau lorong itu ditutup oleh Suparman menggunakan fondasi batu kumbung. Alasannya adalah tanah gang atau lorong tersebut merupakan tanah miliknya.
Pada tanggal 8 Mei, fondasi yang dibangun Suparman sempat dibongkar usai dilakukan komunikasi antara perangkat desa bersama Babin Kamtibmas.
Pada saat itu, didapati hasil pengukuran oleh perangkat desa bahwa tanah gang atau lorong masuk pada tanah desa yang digunakan untuk Sekolah Dasar (SD).
Suparman kemudian diarahkan ke BPN blora untuk bisa diukur ulang.
Akan tetapi pada tanggal 10 Mei, Suparman tidak didapati datang ke BPN.
Ia justru kembali membuat fondasi batu kumbung untuk kedua kalinya.