Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja
Ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya.
Kata Surabaya diambil dari nama dua muridnya
Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja
Ki Ageng Pengging lahir dengan nama Raden Kebo Kenanga. Ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya. Murid Syekh Siti Jenar ini sengaja diutus sang guru untuk babat alas di wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Surabaya.
-
Di mana Ki Bagus Rangin dihukum mati? Pada 12 Juli 1812 Bagus Rangin dijatuhi hukuman mati dengan cara dipancung di daerah Karanggulung, tepatnya di tepian Sungai Cimanuk.
-
Apa yang terjadi pada Keraton Surabaya? Sayangnya, pada tahun 1625, Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram.
-
Siapa pemimpin Keraton Surabaya? Kadipaten Kasepuhan dipimpin Bupati Raden Tumenggung Panji Condronegoro.
-
Siapa yang terbunuh dalam Pertempuran Surabaya? Kematian Jendral Mallaby membuat pasukan Inggris geram dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.
-
Kenapa Surabaya disebut Kota Pahlawan? Banyaknya pejuang dan rakyat yang menjadi korban pertempuran serta perlawanan yang tak kenal menyerah, membuat tentara Inggris serasa terpanggang di neraka. Hal ini yang kemudian Surabaya dikenang sebagai Kota Pahlawan.
-
Kapan tepatnya peristiwa di Surabaya? 10 November tahun 1945 silam, sebuah peristiwa penting terjadi di tanah Surabaya.
Latar Belakang
Ki Ageng Pengging merupakan putra dari pasangan Andayaningrat alias Jaka Sengara dan Retno Pembayun.
Mengutip situs Bappeda Litbang Surabaya, sang ayah diangkat menjadi bupati Pengging berkat jasanya menemukan Retno Pembayun, putri dari Raja Majapahit, Brawijaya.
Kelak, sang ayah tidak hanya diangkat menjadi bupati Pengging, tetepi juga berhasil menikahi Retno Pembayun, gadis yang ditolongnya.
Profil
Ki Ageng Pengging merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Raden Kebo Kanigara dan adiknya bernama Raden Kebo Amiluhur. Sang adik meninggal di usia muda. Sementara Ki Ageng Pengging dan kakaknya tercatat sebagai murid Syekh Siti Jenar.
Ki Ageng PenggingPemimpin
Sang ayah yang dijuluki Ki Ageng Pengging sepuh meninggal dunia saat melawan Sunan Ngudung, panglima pasukan Demak Bintara. Sepeninggal sang ayah, Raden Kebo Kenanga diangkat menjadi bupati Pengging yang baru.
Selama berkuasa, Ki Ageng Pengging menjalani hidup sederhana. Ia bertani dan membaur dengan rakyatnya.Sosoknya dikenal sebagai pemimpin yang tekun dalam mengelola pertanian, tekun bertapa maupun olah kanuragan dengan sifat yang sederhana, arif bijaksana, suka membantu rakyatnya serta gemar sedekah.
Sempat Tak Ingin Menikah
Ki Ageng Pengging sempat ingin hidup melajang. Namun, keinginannya buyar usai ia dapat petunjuk menikah saat sedang bertapa.
Pentunjuk tersebut menyatakan bahwa Ki Ageng Pengging sebaiknya menikah Rara Alit, putri Raden Harya Gugur. Pernikahan tersebut akan membuka jalan lahirnya raja besar di Jawa. Rupanya, petunjuk yang sama juga didapatkan Raden Harya Gugur. Ia kemudian menikahkan putrinya, Rara Alit dengan Ki Ageng Pengging. Beberapa saat usai menikah, Rara Alit hamil. Kelak, ia melahirkan bayi laki-laki berparas tampan yang diberi nama Mas Karebet. Benar saja, Mas Kerebet yang kemudian dikenal dengan nama Raden Jaka Tingkir berhasil menjadi raja besar di Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Akhir Hayat
Ada dua sumber berbeda yang mengisahkan akhir hayat Ki Ageng Pengging. Mengutip Babad Tanah Jawi, Ki Ageng Pengging meninggal akibat dihukum mati karena tak mau menghadap penguasa Demak Bintara. Titik kelemahannya, ujung siku ditusuk keris oleh Sunan Kudus. Sementara itu, menurut Serat Siti Jenar, Ki Ageng Pengging meninggal atas kemauannya sendiri. Kematiannya merupakan sikap konsisten menolak pemerintahan Demak Bintara.
Sejarah SurabayaBabat Alas Surabaya
Sebelum meninggal, Syekh Siti Jenar menugaskan Ki Ageng Pengging untuk babat alas. Wilayah itu kemudian ia beri nama Surabaya. Mengutip Liputan6.com, nama Surabaya diambil dari nama dua pengikut setianya yakni Ki Boyo dan Ki Suro Kuning.