Kisah Ki Ageng Kiringan, Tokoh Penyebar Agama Islam Asal Pati yang Hidup Sezaman dengan Wali Songo
Semasa hidupnya, Ki Ageng Kiringan punya banyak karomah. Ia juga meninggalkan banyak peninggalan yang masih bisa dijumpai sampai sekarang.
Ki Ageng Kiringan merupakan tokoh penyebar agama Islam dari wilayah Desa Kiringan, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Nama aslinya adalah Syekh Abdullah Asyiq.
Dikutip dari Laduni.id, Ki Ageng Kiringan adalah putra dari Muhammad Abdul Syukur, murid Sunan Muria.
-
Bagaimana Wali Songo menyebarkan Islam? Dalam dakwah mereka, Wali Songo menggunakan strategi yang mengintegrasikan kearifan lokal dan tradisi masyarakat, sehingga ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh berbagai kalangan.
-
Bagaimana cara Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali penyebar agama Islam? Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo, sembilan wali penyebar agama Islam paling berpengaruh di Pulau Jawa.
-
Bagaimana Walisongo menyebarkan Islam di Jawa? Walisongo menggunakan berbagai cara dakwah yang inovatif dan adaptif terhadap budaya lokal. Metode dakwah mereka yang bijaksana dan inklusif memungkinkan Islam diterima dengan baik oleh masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan Hindu, Buddha, dan animisme.
-
Siapa Wali Songo? Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan orang wali yang berperan dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
Ki Ageng Kiringan hidup sezaman dengan Wali Songo. Ia hidup sekitar tahun 1304 masehi yang diketahui dari pintu cungkup makam yang ditulis dalam huruf Arab Pegon.
Semasa hidupnya, Ki Ageng Kiringan punya banyak karomah. Ia juga meninggalkan banyak peninggalan yang masih bisa dijumpai sampai sekarang. Berikut selengkapnya:
Karomah Ki Ageng Kiringan
Ki Ageng Kiringan dikenal sebagai ulama yang memiliki banyak karomah. Tak heran, sosoknya sangat dihormati masyarakat luas. Ia memiliki dua buah tongkat yang selalu dibawa saat sedang menunaikan tugas menjadi khotib Sholat Jumat.
Pada suatu hari, Desa Kiringan diterjang banjir bandang besar. Melihat banjir itu mengancam keberadaan masjid tempat ia dan jamaah lain biasa beribadah, Ki Ageng Kiringan membawa salah satu tongkat itu dan menancapkannya pada tempat yang dilanda banjir.
Anehnya saat tongkat itu tertancap, banjir yang semula akan menerjang masjid Kiringan, tiba-tiba bergeser ke selatan. Lokasi bekas banjir tersebut saat ini dinamakan Kali Tengah.
Peninggalan Ki Ageng Kiringan
Di Desa Kiringan, terdapat beberapa benda yang diduga merupakan peninggalan Ki Ageng Kiringan. Peninggalan yang pertama adalah Masjid Jami’ Kiringan. Sampai sekarang tak ada yang tahu tahun pasti berdirinya masjid. Dari yang diketahui sementara, masjid itu sempat mengalami pemugaran pada tahun 1925.
Dikutip dari Laduni.id, berdirinya Masjid Jami’ Kiringan konon disertai datangnya angin kencang yang tidak diketahui asal usulnya. Pada awalnya masjid itu terbuat dari batu bata dengan ukuran 40x25 cm dan ketebalan 10 cm. Saat ini Masjid Jami’ Kiringan sudah dipugar dengan bentuk yang lebih modern, walau tak mengurangi keasliannya.
Makam Ki Ageng Kiringan
Selain bangunan masjid, di Masjid Jami’ Kiringan juga terdapat kompleks pemakaman tempat dimakamkannya Ki Ageng Kiringan. Sampai saat ini, makam itu ramai dikunjungi para peziarah dan santri. Mereka tak hanya datang dari wilayah Pati, namun juga dari luar kota.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang berziarah bahwa kalau berdoa dan bertawassul di makam Ki Ageng Kiringan, maka hajatnya akan dikabulkan, urusannya akan dimudahkan, serta dimudahkan pula dalam mencari jodoh serta menjalani kehidupan keluarga yang soleh dan solehah.
Selain itu setahun sekali diadakan haul, yaitu pada 7-9 bulan besar. biasanya ribuan peziarah dari berbagai penjuru datang berduyun-duyun ke makam Ki Ageng Kiringan.