Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo
Mbah Kiai Jangkrik merupakan seorang pendekar yang sakti. Kesaktiannya antara lain suara siulannya yang mirip suara jangkrik sehingga bisa mengecoh lawan
Alkisah pada sebuah desa di pelosok Wonosobo, pernah hidup seorang pendekar yang sakti mandraguna. Orang-orang mengenalnya dengan nama Mbah Kiai Jangkrik.
Konon semasa hidupnya, Kiai Jangkrik memiliki kelebihan di antaranya, mampu menghilang dan mengecoh lawan dengan kepiawiannya dalam bersiul yang suaranya mirip suara jangkrik. Karena suara siulannya mirip suara jangkrik inilah ia dijuluki Mbah Jangkrik.
-
Apa itu Jenang Krasikan? Di daerah Purworejo, Jawa Tengah, ada sebuah kuliner unik bernama Jenang Krasikan. Makanan ini terbuat dari beras ketan dan gula merah. Selain dua bahan utama tersebut, jenang krasikan juga dibuat dengan menambahkan santan dan sedikit garam. Hasilnya kudapan itu menjadi agak bertekstur di bagian luar. Sementara di bagian dalam terasa lembut dan lumer di mulut.
-
Apa ciri khas Jalak Kebo jantan? Jantan biasanya memiliki ukuran kepala yang lebih besar, bulu kepala yang lebih rapat, dan jambul di dekat paruh depan. Mereka juga memiliki variasi suara yang lebih banyak dan warna bulu yang lebih hitam mengkilap dibandingkan betina.
-
Apa cerita rakyat mitos di Sumatera Utara? Legenda Danau Toba adalah salah satu cerita rakyat yang paling terkenal dari Sumatera Utara. Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda yatim piatu bernama Toba yang suatu hari menangkap ikan mas raksasa di sungai.
-
Bagaimana mitos 'kretek pegat' di Grojogan Sewu? Mitos ini menjelaskan tentang sebuah jembatan pemisah yang diyakini dapat membuat hubungan sepasang kekasih hancur dan putus.
-
Apa yang dilakukan pendekar? 'Sekitar jam 3 dini hari ini, di saat warga beristirahat, Kota Surakarta dikejutkan oleh kehadiran ratusan orang yang melakukan konvoi memenuhi jalan kota Solo,' demikian dikutip dari keterangan unggahan.
-
Mengapa Jalak Kebo dianggap membawa keberuntungan? Banyak orang percaya bahwa memelihara burung Jalak Kebo akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Mitos ini berakar dari kepercayaan bahwa burung Jalak Kebo adalah simbol keberanian, kecerdasan, dan kemakmuran.
Pada masanya Mbah Jangkring merupakan salah satu pejuang yang melawan penjajah Belanda. Ia lari ke lahan perbukitan setelah dikejar oleh Belanda dari wilayah Kaliwungu. Setelah tinggal di sana selama bertahun-tahun, ia bisa menyatu dengan warga sekitar. Lama-kelamaan, desa tempat tinggal Mbah Jangkrik dikenal dengan nama Desa Jangkrikan.
Tak Ada Seorangpun yang Tahu Nama Aslinya
Mbah Salamun, selaku sesepuh Desa Jangkrikan, mengatakan, tak ada seorangpun yang tahu nama asli dari Mbah Jangkrik. Kini makamnya berada di Desa Jangkrikan.
Makam ini menjadi pusat ziarah bagi pemeluk agama Islam, baik dari wilayah sekitar maupun dari luar daerah.
Masyarakat setempat merawat makam itu dengan baik. Bahkan di makam itu dibangun sebuah pondok kecil untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung yang berziarah.
“Dulunya makam itu hanya batu. Bahkan tak ada yang tahu kalau di sana itu ada makam Mbah Jangkrik. Yang tahu pertama kali malah dari kesenian kuda kepang. Salah satu anggota ada yang ‘mendem’ sampai lama tidak sembuh. Sampai dia lari ke situ dan mengatakan kalau di sanalah makam Mbah Kiai Jangkrik,” kata Mbah Salamun dikutip dari kanal YouTube Official WEB TV Wonosobo.
Warga Tahlilan Bersama Tiap Malam Jumat
Setiap malam Jumat, warga setempat melakukan tahlilan bersama di makam Mbah Kiai Jangkrik. Tak hanya itu, warga dari luar desa pun juga ikut mendoakan pemuka agama tersebut.
Dikutip dari kanal YouTube Official WEB TV Wonosobo, keberadaan makam tersebut tak hanya sebagai tempat bersemayam jasad seorang pendekar sakti, namun juga menjadi simbol keberlanjutan ajaran dan nilai-nilai agama Islam.
Makam inipun menjadi tempat spiritual bagi masyarakat setempat dan menjadi bagian penting dalam warisan budaya dan sejarah di Wonosobo.
Jadi Inspirasi Nama Desa
Nama tempat Mbah Kiai Jangkrik pernah tinggal kini dinamai Desa Jangkrikan. Dikutip dari Jangkrikan-kepil.wonosobokab.go.id, Desa Jangkrikan didirikan pada tanggal 20 September 1853 dan memiliki 20 dukuh.
Pada zaman dulu, Desa Jangkrikan terkenal karena hasil pertaniannya mulai dari padi, ketela, sayur-sayuran, hingga palawija. Konon tanah di desa itu sangat subur sehingga kehidupan masyarakat desapun bisa dikatakan makmur.
Dalam perjalanannya, Desa Jangkrikan tak luput dari beberapa peristiwa sejarah. Pada peristiwa G30S PKI, desa itu pernah menjadi tempat persembunyian gembong PKI.
Pada tahun 1970-an, terjadi gagal panen selama empat musim tanam karena hama tikus menyerang persawahan di kawasan Desa Jangkrikan dan sekitarnya.