Kisah Syekh Mudzakir Ulama Asal Demak, Makamnya di Tengah Laut
Banyak orang berziarah ke makam Syekh Mudzakir yang terapung di kawasan Pantai Sayung, Demak.
Banyak orang berziarah ke makam Syekh Mudzakir yang terapung di kawasan Pantai Sayung, Demak.
Kisah Syekh Mudzakir Ulama Asal Demak, Makamnya di Tengah Laut
Di kawasan Pantai Sayung, Demak, ada sebuah makam terapung. Dari garis pantai, makam itu cukup menjorok ke tengah laut. Ada jembatan penghubung dari pantai untuk wisatawan yang ingin berziarah ke makam itu.Di makam itu jasad seorang ulama besar Demak dikubur. Dia adalah Syekh Abdullah Mudzakir, akrab pula dipanggil Mbah Mudzakir.
Dulunya, ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu disebut-sebut sebagai pencetak kader kiai muda di Demak dan sekitarnya. Lalu siapa sebenarnya itu Syekh Mudzakir?
Pada masa lalu, Kabupaten Demak dikenal dengan Demak Bintoro, sebuah kerajaan Islam di tanah Jawa. Kerajaan Islam ini menjadi barometer makin menguatnya pengaruh Islam di Nusantara. Kala itu, Demak menjadi pusat politik sekaligus dakwah Islam. Tak aneh jika di Demak para wali kerap berkumpul.
Bahkan, Masjid Agung Demak dibangun bersama-sama oleh para wali. Pada masa selanjutnya, Demak juga dikenal sebagai kota wali. Ada pula wali yang dimakamkan di Demak. Paling terkenal adalah Sunan Kalijaga. Lokasinya berada di Kadilangu. Ada pula makam Syekh Jumadil Kubro dan Raden Patah. Di luar itu, masih ada makam sejumlah wali. Salah satunya adalah makam Mbah Abdullah Mudzakir atau Syekh Abdullah Mudzakir ini. Barangkali, nama wali ini kalah popuer dengan Sunan Kalijaga atau sunan lainnya. Namun, makam Mbah Mudzakkir unik karena berada di tengah laut.
Anehnya lagi, meski pesisir utara Jawa berhadapan dengan bahaya 'tenggelam' karena penurunan muka tanah dan naiknya permukaan laut, makam wali ini aman-aman saja. Seperti apa kisah Syekh Mudzakir?
Kisah Syekh Mudzakir
Nama Syekh Abdullah Mudzakkir cukup dikenal di kalangan santri di wilayah Demak dan sekitarnya. Syekh Abdullah Mudzakkir atau akrab dipanggil Mbah Mudzakkir merupakan salah satu ulama besar yang menyiarkan Islam di kawasan Pantai Sayung, Demak. Bahkan ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu disebut sebut sebagai pencetak kader para kiai muda di Demak dan sekitarnya.Sebelum menjadi ulama, Syekh Mudzakir banyak berguru pada para ulama, salah satunya dengan Syekh Soleh Darat. Sekitar tahun 1900, Syekh Mudzakir menetap di Tambaksari, Bedono, Demak.
Di sana dia menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari keempat istrinya, dia dikaruniai 18 orang anak.
Mbah Abdullah Mudzakkir adalah pejuang yang dicintai masyarakat. Selain seorang ulama, Mbah Abdullah Mudzakkir juga dikenal sebagai seorang “pejuang” yang selalu menentang penjajahan Belanda. Dengan ilmu kanuragan yang dimiliki, beliau selalu lolos ketika akan ditangkap oleh Belanda.
Mengutip Demakkab.go.id, ulama yang sehari-hari bekerja sebagai petani Demak itu kebal terhadap berbagai macam senjata. Selain itu dia juga kerap diminta orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Walau begitu ia tidak meminta imbalan atas pertolongannya. Lazimnya wali, Mbah Mudzakkir juga memiliki keistimewaan.
Bila Sunan Kalijaga dikebal membuat pilar kayu tata yang menjadi soko guru Masjid Agung Demak, maka Mbah Mudzakkir dikenal dengan sosoknya yang menguasai ilmu kanuragan.
Syekh Mudzakir meninggal pada tahun 1950 di usia 81 tahun. Usai meninggal pun, Mbah Mbah Abdullah Mudzakkir masih meninggalkan tanda karomah. Makamnya berada di sebuah pekarangan kira-kira seluas 30 meter persegi yang dikelilingi air laut. Berkembang mitos bahwa makam Mbah Abdullah Mudzakkir itu mengapung sehingga tidak akan tenggelam kendati pasang air laut tinggi.
Karomah Syekh Mudzakir
Mengutip Demakkab.go.id, salah satu karomah yang diberikan Allah SWT kepada Syekh Mudzakir adalah makamnya yang tidak terendam air laut walau tanah-tanah di sekelilingnya sudah tenggelam. Ini pula yang terjadi pada makam istri dan anak-anaknya.Tak heran, makam Syekh Mudzakir dan keluarga dianggap keramat karena tidak terkikis diterjang pasang surut air laut. Untuk menuju ke makam Syekh Mudzakir, para peziarah harus berjalan sepanjang 700 meter melalui jembatan yang di kanan kirinya merupakan air laut. Karena keajaiban makam Syekh Mudzakir itu, berkembang mitos bahwa masyarakat percaya makam itu mengapung dan tidak akan pernah tenggelam walau pasang air laut tinggi. Hal itu diyakini masyarakat karena keluhuran budi Syekh Mudzakir yang semasa hidupnya melakukan syiar di wilayah tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak warga setempat, baik dalam ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.
Tak heran bila banyak santri yang datang untuk berziarah. Mereka tidak hanya dari Demak, tetapi juga luar daerah seperti Kudus, Wonosobo, Bogor, Bandung, bahkan Kalimantan.
Namun sebenarnya, dahulunya Dusun Tambaksari tempat di mana makam Mbah Mudzakkir berada adalah daratan. Namun karena terus-menerus terkena banjir rob air laut lama-kelamaan daratan itu mengalami abrasi sehingga keberadaan makam Mbah Mudzakkir berada di tengah laut.