Arkeolog Tentukan Usia Tiga Kerangka Manusia di Kompleks Istana Majapahit dengan Metode Uji Karbon
Temuan tiga kerangka manusia di area situs Kumitir, kompleks istana Majapahit, menyedot perhatian para peneliti.
Temuan tiga kerangka manusia di area situs Kumitir, kompleks istana Majapahit, di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto, Jawa Timur menyedot perhatian para peneliti, untuk memastikan apakah tiga kerangka tersebut berasal dari manusia modern atau manusia di era kerajaan Majapahit.
Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jatim hingga kini masih melakukan proses penelitian atas temuan tiga kerangka manusia di area situs Kumitir. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui usia maupun identitas lain dari kerangka manusia yang ditemukan baru-baru ini.
Pakar Antropologi dari Fisip Unair Surabaya Toetik Koesbardiati dan asistennya, Delta Bayu Murti mengatakan, penelitian terkait temuan kerangka manusia tersebut akan dilakukan dengan proses uji karbon. Uji karbon sangat diperlukan untuk mengetahui usia temuan kerngka.
"Üji karbon sering kali tak berjalan lancar meski kerangka terlihat masih bagus. Kendalanya yaitu tak ditemukan kolagen di dalam sampel kerangka tersebut," kata Delta, Minggu (6/10).
Delta mencontohkan proses uji karbon temuan kerangka manusia di Sumur Jobong, Jalan Pendean, Kelurahan Peneleh, Surabaya. Dia mengirimkan sampel ke laboratorium Australian National University (ANU).
Di sana, peneliti melihat kandungan kolagen lebih dulu sebelum melakukan uji karbon. "Ada batas minimal kandungan kolagennya, kalau mencapai itu bisa dilanjutkan," ujarnya.
Hasilnya, fragmen tulang yang ditemukan di Sumur Jobong diperkirakan hidup pada tahun 1400-an Masehi. Delta menyampaikan, model uji korban seperti ini nantinya bisa diterapkan untuk temuan kerangka manusia di Situs Kumitir.
Selain ANU, uji karbon bisa juga bekerja sama dengan peneliti di Tokyo Nasional University, Jepang dan Jerman. "Karena kebetulan Sumur Upas di Desa Setenorejo untuk dating di Jerman," ujarnya.
Ekskavasi situs Kumitir tahun 2024 ini digelar 20 September hingga 9 Oktober 2024. Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional juga diterjunkan ke lokasi. Tujannya untuk meneliti lapisan tanah dan temuan struktur Situs Kumitir.
Tim ekskavasi kali ini menggali di empat area situs. Pertama, di bagian utara Situs Kumitir untuk menemukan talud yang mengarah ke timur.
Titik kedua dan ketiga berada di bagian talud sisi barat. Penggalian ini untuk menampakkan kelanjutan talud ke arat selatan. Kemudian titik keempat berada di depan area makam Mbah Musthofa.
Situs Kumitir ditemukan pada 20 Juni 2019, kemudian mulai diekskavasi (digali) pada Oktober 2019. Ekskavasi berhasil menyingkap adanya struktur talud.
Lalu pada Agustus-September 2020, Situs Kumitir kembali diekskavasi, berangkat dari hipotesis keberadaan tempat pendharmaan untuk Mahesa Cempaka.
Dari hasil ekskavasi tahap kedua, muncul interpretasi bahwa Situs Kumitir merupakan bekas bangunan istana Bhre Wengker. Interpretasi itu berdasarkan hasil ekskavasi tahap kedua yang dipadukan dengan keterangan naskah kuno, peta dan legenda zaman Belanda.
Ekskavasi tahap ketiga pada Maret 2021, kian memperkuat interpretasi sebelumnya, di mana Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker.
Interpretasi Situs Kumitir sebagai jejak istana Bhre Wengker bukan hanya menambah deretan peninggalan Majapahit yang berhasil ditemukan. Selain koleksi arkeologis, penemuan istana bangsawan Majapahit di Kumitir juga membangkitkan gairah penelitian tentang sistem tata kota Kerajaan Majapahit.
Hasil analisis data empiris Situs Kumitir yang dipadukan dengan naskah Negarakertagama, bisa membantu merumuskan ulang interpretasi terkait Kotaraja Majapahit. Nama Kumitir tersebut ada dalam naskah kuno Negarakertagama.
Lalu kitab Pararaton juga menyebutkan Kumeper sebagai nama daerah di Majapahit. Dalam Negarakertagama Pupuh 12 dijelaskan ada istana menjulang ajaib di sisi timur Kotaraja Majapahit, berjejer dengan beberapa Puri atau istana bangsawan lainnya.
Istana yang dimaksud adalah bangunan yang ditemukan di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Situs Kumitir layak disebut sebagai kompleks istana karena dikelilingi dinding kokoh yang memiliki pintu gerbang, serta berada di lahan seluas 6 hektare.
Dari perpaduan data empiris hasil ekskavasi dengan keterangan Negarakertagama, Situs Kumitir kemudian diinterpretasikan sebagai jejak istana Bhre Wengker.