Menilik Sejarah Gunungkidul, Dulunya Tempat Pelarian Manusia Purba dari Banjir
Gunungkidul konon dulu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia purba
Gunungkidul konon dulu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia purba
Menilik Sejarah Gunungkidul, Dulunya Tempat Pelarian Manusia Purba dari Banjir
Angin sepoi-sepoi berhembus tenang di tengah siang Kabupaten Gunungkidul. Lalu lalang kendaraan tak terhitung jumlahnya, dari arah Kota Yogyakarta untuk berwisata.
Wilayah ini telah lama menjadi magnet karena menawarkan keragaman destinasi wisata pantai, alam, budaya dan kuliner ikoniknya.
-
Dimana lokasi penemuan di Gunungkidul? Lokasi ini terletak di jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Gunungkidul.
-
Bagaimana Gunungkidul terbentuk? Mengutip YouTube Cerita Bumi, terbentuknya kawasan pegunungan di bagian selatan Gunungkidul dipengaruhi oleh proses pengangkatan. Prosesnya diawali dari pergerakan lempeng Indo-Australia di selatan Pulau Jawa. Lempeng ini bergerak ke arah utara dan menabrak selatan Pulau Jawa.
-
Dimana letak Gunungkidul? Gunungkidul merupakan sebuah wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
-
Dimana manusia purba bermigrasi? Migrasi manusia purba ke Eropa dan Asia dari Afrika pada masa itu sulit direkonstruksi, namun, bukti menunjukkan berbagai gelombang nenek moyang manusia melakukan perjalanan jauh ke lingkungan baru.
-
Apa yang ditemukan di Gunungkidul? Warga Planjan, Saptosari, Gunungkidul, dikejutkan dengan fenomena alam berupa penemuan goa bawah tanah pada proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Melihat Gunungkidul yang ramai dan berkembang seperti sekarang rasanya tak afdol jika tidak napak tilas ke masa lampau. Ada sepenggal kisah yang tak boleh dilewatkan dari kawasan yang beribu kotakan Wonosari ini.
Di ratusan ribu tahun lalu, konon daratan ini pernah menjadi tempat pelarian manusia purba dari bencana banjir besar.
Lalu wilayah ini juga pernah menjadi lokasi yang aman bagi prajurit Majapahit dalam melakukan pelariannya.
Berikut kisah Gunungkidul di masa silam.
Jadi Tempat Hidup Manusia Purba 700.000 Tahun Silam
Laman Wikipedia menyebut jika daratan Kabupaten Gunungkidul dahulu adalah wilayah yang aman untuk ditinggali manusia purba.
Ini karena wilayah tersebut berada di dataran tinggi, kaya akan flora dan fauna, termasuk letaknya berbatasan dengan Samudera Hindia.
Pembuktian sejarah ini makin kuat, dengan banyaknya sisa fosil tulang belulang hewan purba berusia 3.000 sampai 7.000 tahun lalu, di Gua Breholo, Desa Semugih, Dusun Semugih, Kecamatan Rongkop pada 2017 lalu.
Belum lagi adanya petunjuk-petunjuk kehadiran homo sapiens (manusia purba) di gua-gua dan ceruk-ceruk kawasan Ponjong, yang diprediksi jadi tempat tinggal mereka sekitar 700 ribu tahun silam.
Gunungkidul jadi Pelarian Manusia Purba dari Banjir
Adapun 700.000 tahun lalu kawasan Yogyakarta belum sepenuhnya menjadi daratan. Wilayah dataran rendah masih digenangi air, sehingga belum bisa ditinggali oleh manusia.
Namun di daerah lain, daratan sudah terbentuk tak terkecuali Kabupaten Gunungkidul yang sejak terbentuknya merupakan dataran berbukit karst Sewu yang banyak ditumbuhi pepohonan namun sedikit gersang.
Dari sana, manusia purba memilih menetap di Gunungkidul karena aman, termasuk saat itu memiliki sungai yang besar dan panjang bernama Bengawan Solo Purba.
Diberitakan Liputan6, manusia purba kala itu mengkonsumsi hewan-hewan liar untuk bertahan hidup. Ini terungkap berdasarkan temuan fosil oleh tim peneliti Gua Braholo dari Pusat Arkelologi Nasional.
Dalam eskavasi di kedalaman 3 sampai 7 meter ditemukan tulang belikat rusa, tulang belulang kera, babi, anjing, tikus, dan kerbau. Sisa fosil banyak ditemukan di dalam gua, yang dahulu hewan ini dijadikan makanan.
Jadi Tempat Pelarian Pasukan Majapahit
Mengutip Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Yogyakarta, di masa silam, Gunungkidul pernah turut menjadi tempat pelarian dari beberapa pasukan Majapahit.
Mereka kemudian menempati lokasi yang saat ini menjadi Pongangan, dengan pemimpinnya R. Dewa Katong saudara Raja Brawijaya dari Jawa Timur.
Kemudian, sang putera yang bernama R. Suromejono membangun desa tersebut lalu mendirikan perkampungan baru bernama Karangmojo.
Sejak saat itu, Gunungkidul menjadi daerah permukiman ramai walau sebelumnya sempat diperingatkan oleh utusan Kerajaan Mataram bernama Ki Tumenggung Prawiropekso karena pendirian permukiman tidak meminta izin kepada Raja Mataram Sunan Amangkurat Amral di Kartasura.
Jadi Daerah Wisata
Lambat laun, Gunungkidul bertransformasi menjadi kawasan wisata yang memiliki destinasi alam lengkap. Beberapa di antaranya Nglanggeran, pantai Baron, Kukup, Drini, Sepanjang, Krakal, Slili, Sundak, Ngandong dan lainnya.
Setelah hari jadinya pada 27 Mei 1931, wisata modern seperti hotel dan view pemandangan juga hadir, dengan menangkap lanskap Kota Yogyakarta yang gemerlap saat malam hari.
Tak lupa, kuliner khas banyak tersedia di sini mulai dari gathot, tiwul, nasi merah dan dari jenis yang ekstrem seperti belalang goreng, puthul, ulat goreng dan lain sebagainya.