Ilmuwan Temukan Bukti Migrasi Manusia Pertama ke Indonesia
Penelitian ini mengisi kesenjangan signifikan dalam sejarah genetik Kepulauan Wallacea dan wilayah Papua Barat di Indonesia.
Ilmuwan dari Universitas Adelaide dan The Australian National University (ANU) menemukan bukti genomik pertama migrasi manusia purba dari Nugini ke Wallacea—sebuah kepulauan yang meliputi Timor-Leste dan ratusan pulau berpenghuni di Indonesia bagian timur.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PNAS dan disebut mengisi kesenjangan signifikan dalam sejarah genetik Kepulauan Wallacea dan wilayah Papua Barat di Indonesia. Wilayah ini, yang dikenal karena keragaman genetik dan linguistiknya yang kaya yang sebanding dengan benua Eurasia, dianalisis melalui 254 genom yang baru diurutkan, seperti dikutip dari laman SciTech Daily, Selasa (14/1).
-
Dimana manusia purba bermigrasi? Migrasi manusia purba ke Eropa dan Asia dari Afrika pada masa itu sulit direkonstruksi, namun, bukti menunjukkan berbagai gelombang nenek moyang manusia melakukan perjalanan jauh ke lingkungan baru.
-
Siapa paleoantropolog pertama di Indonesia? Selama hidupnya, ada banyak penelitan yang ia lakukan khususnya di bidang antropologi. Namun, nama besar ketika dirinya menyandang predikat sebagai Paleantropolog pertama di Indonesia. Namanya kondang di kalangan para ilmuwan antropolog internasional.
-
Bagaimana cara peneliti menemukan bukti kunjungan manusia purba? Presisi tinggi ini dimungkinkan berkat penggunaan teknik terkini untuk penanggalan arang dan fosil sisa jelaga pada stalagmit Gua Nerja.
-
Siapa yang mengkonfirmasi rute migrasi manusia purba? Tim penelitian dari University of Southampton, bekerja sama dengan ilmuwan dari seluruh dunia, mengklaim mereka telah mengkonfirmasi teori sebelumnya yang menyatakan jalur darat ini digunakan oleh beberapa migran pertama dari Asia.
-
Siapa yang menemukan penemuan manusia purba ini? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
Dalam studi ini, ilmuwan menggabungkan bukti linguistik dan arkeologi. Menurut para ilmuwan, masyarakat Wallacea telah mengalami transformasi akibat penyebaran gen dan bahasa dari Papua Barat dalam 3.500 tahun terakhir – periode yang sama ketika para pelaut Austronesia secara aktif berbaur dengan kelompok Wallacea dan Papua.
“Rekan-rekan saya di Proyek Keragaman Genom Indonesia telah mempelajari struktur genetika Indonesia yang kompleks selama lebih dari satu dekade, tetapi studi komprehensif ini memberikan konfirmasi bahwa leluhur Papua tersebar luas di seluruh Wallacea, yang menunjukkan migrasi historis dari Nugini,” kata penulis utama studi, Dr Gludhug Ariyo Purnomo, dari Fakultas Ilmu Biologi Universitas Adelaide.
“Dengan menghubungkan titik-titik antara genetika, linguistik, dan arkeologi, kini kita mengakui Papua Barat sebagai pusat bio-budaya yang penting dan tempat peluncuran pelaut Papua historis yang kini menyumbang hingga 60 persen leluhur Wallacea modern.”
Terisolasi 45.000 Tahun
Penelitian genomik juga menjadi semakin penting untuk mengembangkan obat-obatan baru yang disesuaikan dengan latar belakang genetik tertentu.
“Di era pengobatan presisi, memahami struktur genetik kelompok manusia sangat penting untuk mengembangkan pengobatan yang bermanfaat daripada yang berbahaya, dengan Wallacea dan Nugini yang kurang terwakili dalam survei genomik sebelumnya,” papar Dr Gludhug.
Associate Professor Ray Tobler, dari ANU, mengatakan Wallacea telah terisolasi selama lebih dari 45.000 tahun sejak kedatangan kelompok manusia pertama, dan para migran Papua dan Austronesia yang baru-baru ini datang menata ulang budaya Wallacea dengan memperkenalkan bahasa-bahasa baru yang beragam dan bercampur untuk menciptakan lanskap linguistiknya yang kaya.
“Temuan kami menunjukkan bahwa migrasi Papua dan Austronesia begitu luas sehingga sebagian besar telah menimpa leluhur para migran pertama, sehingga pemulihan migrasi kuno ini dari data genetik menjadi tantangan,” kata Profesor Tobler, yang juga merupakan Adjunct Fellow di Pusat DNA Kuno Australia Universitas Adelaide.
Tantangan Rekonstruksi
Menurut para peneliti, ada tantangan dalam merekonstruksi pergerakan manusia di masa lalu menggunakan data genetik modern karena migrasi dan pergerakan historis.
“Ada juga begitu banyak pergerakan di Wallacea dalam beberapa ribu tahun terakhir, karena perdagangan rempah-rempah dan perbudakan, sehingga mengaburkan hubungan antara geografi dan genetika,” kata Tobler.
“Apa yang kita ketahui tentang Wallacea dan Nugini hanyalah puncak gunung es, tetapi penggunaan DNA purba dapat membantu mengatasi sebagian tantangan ini dan membantu kita memahami asal-usul dan warisan perjalanan manusia ke wilayah tersebut yang telah berlangsung puluhan ribu tahun.”