Arkeolog Temukan Benua yang Hilang di Dekat Wilayah Indonesia, Pernah Ada 59.000 Tahun Lalu
Arkeolog Temukan Benua yang Hilang di Dekat Wilayah Indonesia, Pernah Ada 59.000 Tahun Lalu
Arkeolog Temukan Benua yang Hilang di Dekat Wilayah Indonesia, Pernah Ada 59.000 Tahun Lalu
-
Dimana benua yang hilang itu berada? 'Atlantis' Australia ini terdiri dari hamparan luas landas kontinen yang, jika berada di atas permukaan laut, akan menghubungkan wilayah Kimberley dan Arnhem Land, yang saat ini dipisahkan teluk laut yang luas.
-
Bagaimana benua ini hilang? Daratan kuno Australia ini pernah menjadi bagian dari benua paleo yang menghubungkan Australia, Nugini, dan Tasmania modern menjadi satu kesatuan yang dikenal sebagai Sahul.
-
Apa nama Benua Hilang? Sebuah benua yang ‘hilang’ kini telah ditemukan dan berubah menjadi tempat wisata bagi para turis setiap tahunnya."Lupakan Atlantis. Tanpa kita sadari, banyak wisatawan menghabiskan liburan mereka setiap tahun di benua yang hilang Greater Adria," terang seorang Profesor Tektonik Global dan Paleogeografi di Universitas Utrecht Belanda, Douwe van Hinsbergen, dikutip dari Indy100, Jumat (8/9).
-
Siapa yang menemukan Benua Hilang? Sebelum Greater Adria, para ilmuwan juga berhasil menemukan sebuah benua yang hilang lainnya, yaitu Zealandia. Benua ini pertama kali ditemukan oleh seorang pedagang dan pelaut Belanda bernama Abel Tasman pada 1642.
-
Siapa yang meneliti benua yang hilang? 'Kita berbicara tentang lanskap yang cukup terendam, lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut saat ini,' Kasih Norman, arkeolog Universitas Griffith di Queensland, Australia, dan penulis utama studi baru ini, kepada Live Science.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Australia? Sebuah studi baru di Quaternary Science Review membantah keyakinan lama bahwa suku Aborigin Australia tidak membuat tembikar. Para peneliti di Pusat Keunggulan Dewan Penelitian Australia untuk Keanekaragaman Hayati dan Warisan Australia bermitra dengan komunitas Aborigin Dingaal dan Ngurrumungu untuk pertama kalinya melakukan penggalian di Jiigurru (Pulau Kadal).
Arkeolog Temukan Benua yang Hilang di Dekat Wilayah Indonesia, Pernah Ada 59.000 Tahun Lalu
Tim arkeolog dan ilmuwan Bumi belum lama ini mengungkap keberadaan benua kuno Sahul yang di Zaman Es meliputi Australia dan Nugini.
Penelitian mereka, yang dipublikasikan dalam Quaternary Science Reviews, mengungkap detail menarik tentang periode yang kurang dikenal dalam sejarah manusia.
Selama 65.000 tahun terakhir sejarah manusia di Australia, penurunan permukaan laut mengungkap adanya daratan luas kering di barat laut benua Australia.
Daratan itu menghubungkan Kimberley dan Tanah Arnhem menjadi wilayah yang menyatu. Melalui analisis yang cermat dari data batimetri resolusi tinggi (topografi dasar laut), terungkap bahwa wilayah ini, yang sekarang tenggelam, dulunya adalah gugusan pulau yang luas di masa Tahap Isotop Maritim 4 (71.000-59.000 tahun lalu). Wilayah itu masih berupa kepulauan selama ~9000 tahun.Kawasan itu kemudian baru sepenuhnya muncul pada Tahap Isotop Maritim 2 (29.000–14.000 tahun lalu), meliputi laut pedalaman yang berdekatan dengan danau air tawar yang besar, dikelilingi oleh lereng curam tinggi yang dipisahkan oleh ngarai dalam.
Hasil pemodelan demografi tim peneliti menyiratkan kawasan yang kini tenggelam itu mengalami perubahan kapasitas selama Tahap 4-2 Isotop Maritim dan kemungkinan mampu menampung sekitar 50.000 sampai 500.000 orang di masa yang berbeda.
Namun naiknya permukaan laut global yang cepat pada 14.500-14.100 tahun lalu dan antara 12.000-9.000 tahun lalu menyebabkan banjir di sekitar 50% wilayah sebelah barat laut. Kondisi ini menimbulkan dampak besar pada ruang hidup manusia di kawasan tersebut.
Peristiwa-peristiwa ini kemungkinan memicu mundurnya populasi manusia menjauh dari garis pantai yang semakin mendekat.
Hal ini terlihat dalam puncak intensitas penghunian di situs arkeologi di seluruh Kimberley dan Arnhem, serta munculnya gaya seni batu baru yang khas di kedua wilayah tersebut.
Peneliti utama, Kasih Norman, mengatakan, "Kehadiran gugusan pulau yang luas ini kemungkinan memudahkan penyebaran para penjelajah maritim pertama dari Wallacea - wilayah Indonesia modern saat ini - dengan memberikan lingkungan yang akrab bagi adaptasi mereka ke benua Sahul yang luas."