Peneliti Temukan Sungai Raksasa di Bawah Es Antartika Berusia 40 Juta Tahun, Mengalir Sepanjang 1.600 Kilometer
Para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki bagaimana peristiwa iklim besar ini terjadi di Antartika
Para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki bagaimana peristiwa iklim besar ini terjadi di Antartika.
-
Di mana sungai terpanjang di dunia mengalir? Sungai Nil membentang sepanjang 6650 kilometer dan melintasi 11 negara di Afrika.
-
Apa sungai terpanjang di dunia? Apa sungai terpanjang di dunia nomor 1? Sungai Nil dengan panjang total mencapai 6.650 kilometer.
-
Kapan lautan es Antartika menyusut? Di tahun 2023, lautan es Antartika menyusut ke tingkat paling rendah dalam sejarah. Jika dibandingkan dengan saat musim dingin, terdapat lebih dari 2 juta km persegi es laut yang menyusut.
-
Kapan sungai bawah laut ini ditemukan? Sungai ini ditemukan tahun 2010 menggunakan kapal selam robot.
-
Apa yang ditemukan di Antartika? Selama sekitar tujuh tahun, sebuah puncak yang berbentuk piramida di Pegunungan Ellsworth Antartika telah menimbulkan berbagai teori konspirasi yang melibatkan alien dan peradaban kuno.
Peneliti Temukan Sungai Raksasa di Bawah Es Antartika Berusia 40 Juta Tahun, Mengalir Sepanjang 1.600 Kilometer
Penelitian para ahli geologi yang menggali lapisan es besar di Antartika barat, telah menemukan sisa-sisa sistem sungai kuno yang pernah mengalir sepanjang hampir 1600 km.
Antara 34 juta hingga 44 juta tahun yang lalu, terdapat zaman yang dikenal sebagai Eosen pertengahan hingga akhir. Pada zaman ini, atmosfer di bumi mengalami perubahan drastis yang melibatkan penurunan karbon dioksida hingga pendinginan global yang memicu pembentukan gletser Bumi yang bebas es.
Para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki bagaimana peristiwa iklim besar ini terjadi di Antartika, terutama karena tingkat karbon dioksida di Bumi terus meningkat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Jumlah karbon dioksida selama periode Eosen akhir hampir dua kali lipat dari jumlah yang kita miliki saat ini. Namun, kata Klages, jumlah tersebut mungkin akan sama dengan jumlah yang diperkirakan sekitar 150 hingga 200 tahun lagi jika tingkat gas rumah kaca terus meningkat.
Sebagian besar Antartika Barat saat ini tertutup es, sehingga sulit untuk mengakses batuan sedimen, yang sangat penting untuk mempelajari lingkungan awal. Para ahli geologi sering kali mengandalkan jenis butiran, mineral, dan fosil yang terperangkap di dalam sedimen ini untuk mengetahui jenis kondisi yang menjadi ciri khas suatu daerah.
Pada tahun 2017, Klages dan ilmuwan lain di atas kapal penelitian Polarstern melakukan ekspedisi dari bagian paling selatan Chili, melintasi Drake Passage yang kasar, dan masuk ke bagian barat benua es tersebut. Dilengkapi dengan peralatan pengeboran dasar laut yang canggih, Klages dan timnya berangkat untuk mengumpulkan inti dari sedimen lunak dan batuan keras di dasar laut yang membeku.
Para peneliti menggali hingga kedalaman 30 meter di dasar laut dan berhasil mengambil sedimen dari dua periode yang berbeda.
Dengan menghitung waktu paruh elemen radioaktif, seperti rasio uranium dan timbal dalam sedimen, mereka menemukan bagian bawah sedimen terbentuk pada periode pertengahan Kapur, sekitar 85 juta tahun yang lalu. Sedimen ini mengandung fosil, spora, dan serbuk sari yang merupakan ciri khas dari hutan hujan beriklim sedang, yang ada pada saat itu. Bagian atas sedimen sebagian besar mengandung pasir dari zaman Eosen pertengahan hingga akhir, sekitar 30 juta hingga 40 juta tahun yang lalu.
Setelah diamati lebih dekat, mereka mengenali pola yang sangat bertingkat pada lapisan pasir Eosen yang mirip dengan yang berasal dari delta sungai, sangat mirip dengan sesuatu yang dapat ditemukan di Sungai Mississippi atau Rio Grande, kata Klages.
Para ilmuwan melakukan analisis biomarker lipid, di mana mereka menghitung jumlah lipid dan gula dalam sedimen, dan menemukan molekul unik yang biasa ditemukan pada cyanobacteria yang hidup di air tawar. Temuan ini mengkonfirmasi kecurigaan mereka bahwa sebuah sungai purba pernah mengular melintasi benua.
Para peneliti melacak butiran Eosen ke wilayah garam yang berbeda di Pegunungan Trans-Atlantik, melintasi area yang membentang sekitar 1.500 kilometer sebelum mengalir ke Laut Amundsen.
"Ini sangat menarik, hanya dengan memiliki gambaran yang menarik di otak Anda bahwa ada sistem sungai raksasa yang mengalir melalui Antartika yang sekarang ditutupi oleh es berkilo-kilometer," kata Klages seperti dilansir Live Science.
Saat ini, Klages dan timnya menganalisis bagian sedimen inti yang berasal dari periode yang lebih baru, Oligosen-Miosen, sekitar 23 juta tahun yang lalu. Penelitian ini akan membantu menyempurnakan model untuk memprediksi iklim masa depan dengan lebih baik.
Penemuan ini memberikan gambaran sekilas tentang sejarah Bumi dan mengisyaratkan bagaimana perubahan iklim ekstrem dapat mengubah planet ini, menurut temuan mereka, yang diterbitkan pada 5 Juni di jurnal Science Advances.