Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Pulau Rempang yang terletak di Provinsi Riau merupakan pulau terbesar kedua setelah Batam yang dikelilingi gugusan pulau-pulau kecil yang berederet antara Semenanjung Selat Malaka dan Singapura.Memiliki luas lebih kurang 16.583 hektare, Pulau Rempang sempat menjadi perbincangan dan tuai pro kontra terkait adanya isu proyek pembangunan yang mengakibatkan penduduk asli tersingkir begitu saja. Pulau Rempang dihuni oleh dua kelompok penduduk Melayu yang siklus hidupnya berpindah-pindah yaitu Suku Laut atau Orang Laut yang kebanyakan tinggal di pesisir dan Suku Darat yang hidupnya bergantung dari hasil hutan.
Orang Darat yang mendiami Pulau Rempang puluhan tahun kini kondisinya berada di ambang kepunahan. Mereka hidup dengan begitu sederhana dan sudah tak lagi menjalankan kebiasaan aslinya yaitu hidup berpindah-pindah karena populasi hutan sudah semakin berkurang.
Tersisa 8 Orang
Salah satu penduduk tertua yang tinggal di Kampung Ulu Sadap bernama Lamat, mengaku saat ini Orang Darat hanya tersisa 8 orang saja, mulai dari mertuanya, Yang Adek (sepupu), Opo (adik), Tongku, Baru (anak Yang Adek), Umiaty dan Juli (keponakan Lamat), serta Lamat sendiri.
-
Apa itu Danau Laut Tinggal? Danau Laut Tinggal merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki Sumatra Barat. Pasalnya, suasana di kawasan ini begitu asri dan sejuk.
-
Kenapa manusia hampir punah? Data genetik menunjukkan bahwa antara 813.000 dan 930.000 tahun lalu nenek moyang manusia modern mengalami penurunan perkembangbiakan. Penurunan ini berimbas terhadap populasi sebanyak 98,7 persen.
-
Dimana letak Danau Laut Tinggal? Danau Laut Tinggal ini berada di antara dua gunung, yaitu Gunung Bendera dan Gunung Malintang. Bahkan, di sekitarnya masih terdapat beberapa medan perbukitan yang bermacam-macam tingginya.
-
Di mana Sei Rampah berada? Kecamatan Sei Rampah merupakan ibu kota dari Kabupaten Serdang Bedagai yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
-
Mengapa berang-berang laut terancam punah? Sayangnya, berang-berang laut pernah diburu sampai hampir punah dan populasinya belum sepenuhnya pulih. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah.
-
Siapa yang mendiami Pulau Rupat? Salah satunya adalah Suku Akit atau Orang Akik yang mendiami Provinsi Riau tepatnya di Pulau Rupat.
Di Hulu Sungai Sadap yang menghubungkan dengan Laut Cate, Blongkeng di Pulau Rempang ini menjadi tempat tinggal tetap orang-orang Suku Darat.
Mengutip dari kanal liputan6.com, Lamat kini hidup sebagai pemanen kelapa muda dan membersihkan kebun perusahaan yang ada di sekitar kampungnya.
"Memanen kelapa diupah 1 butir Rp1.000, untuk membersihkan kebun per pohon kelapa Rp.2000," ucap Lamat.
Hidup Tak Lagi Nomaden
Ketika orang tua Lamat masih hidup, Orang Darat kebanyakan memilih untuk tidak tinggal menetap alias Nomaden. Ia pun sempat diajak oleh kedua orang tuanya berburu dan mencari hasil hutan.
"Nanti yang di luar kampung Sadap akan berbuat rumah di sini, kami berkumpul di sini" lanjutnya.
Di samping dirinya bekerja untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah, Lamat juga mencari Kepiting dan ikan-ikanan di Hulu Sungai. Akan tetapi, kebiasaannya itu harus pupus karena perahu miliknya rusak dan tidak ada biaya untuk memperbaikinya.
Menempati Rumah Bantuan Pemerintah
Lamat kini hidup di sebuah bangunan yang berasal dari bantuan Pemerintah yang kondisinya sudah mulai lapuk karena termakan usia. Bahkan, Lamat hidup hanya dengan menggunakan lampu semprong sebagai penerangan ketika malam hari tiba.
Sebelumnya Orang Darat biasa menggunakan bahasa mereka sendiri untuk berkomunikasi. Namun, seiring banyaknya orang-orang dari luar pulau yang datang menemuinya, mereka kini sudah bisa menggunakan Bahasa Indonesia sedikit demi sedikit.
Rata-rata saat ini Orang Darat sudah tidak lagi menetap di Pulau Rempang. Mereka banyak yang menikah dengan orang Suku Jawa, Sunda, Melayu Pesisir, dan juga Tionghoa.