Mengenal Suku Togutil, Kelompok Etnis yang Hidup secara Nomaden di Kawasan Hutan Pulau Halmahera
Semakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Semakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Mengenal Suku Togutil, Kelompok Etnis yang Hidup secara Nomaden di Kawasan Hutan Pulau Halmahera
Sebuah video yang diunggah akun TikTok @yanaeaje pada awal tahun 2023 lalu memperlihatkan interaksi antara warga dengan salah satu suku asli yang mendiami Pulau Halmahera, yaitu Suku Togutil.
Dalam video itu dijelaskan bahwa beberapa orang dari Suku Togutil datang ke dekat permukiman warga.
-
Di mana Suku Haloban tinggal? Di Kabupaten Aceh Singkil tepatnya di Kecamatan Pulau Banyak Barat, terdapat sebuah kelompok suku yang keberadaannya cukup jarang terkespos oleh media yaitu Suku Haloban.
-
Apa ciri khas Suku Haloban? Lebih dari itu, masih ada sederet fakta lainnya tentang Suku Haloban di Pulau Banyak ini.
-
Bagaimana Suku Mentawai memanfaatkan hutan? Mereka hanya memanfaatkan hutan seperlunya dan masih diolah dengan cara tradisional. Suku Mentawai juga kebanyakan mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar lalu memanfaatkannya melalui tahap rumpang, perkembangan, dan dewasa.
-
Dimana Suku Kluet tinggal? Dari segi geografis, suku ini berada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Kluet Timur, dan Kecamatan Kluet Tengah.
-
Siapa yang tinggal di sekitar Danau Toba? Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar Danau Toba adalah suku Batak.
-
Apa yang dilakukan Orang Talak Mamak di hutan? Melansir dari berbagai sumber, kehidupan sehari-hari Orang Talak Mamak ini sangat dekat dengan alam dan hutan. Tak heran jika mereka hidup sangat tergantung dengan hasil alam.Dulunya mereka masih menganut sistem berburu dan meramu, bahkan mereka mengelola sumber daya alam untuk dikonsumsi secara keluarga maupun secara berkelompok atau bersama-sama.
Warga pun menyambut baik kedatangan mereka hingga memberikan pakaian dan bahan pangan kepada beberapa anggota Suku Togutil itu.
Foto: Merdeka.com
Suku Togutil merupakan kelompok etnis yang mendiami kawasan hutan Halmahera seperti Hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo, dan Buli. Di sana mereka hidup secara nomaden.
Sebenarnya orang Togutil tak mau disebut dengan nama itu karena makna konotatifnya mengandung arti “terbelakang”. Kata ini berasal dari sebutan bangsa Portugis yang melihat mereka berjalan kembali ke hutan.
Foto: Rimbakita.com
Dilansir dari Wikipedia, kehidupan suku Togutil masih tergantung pada keberadaan hutan-hutan asli. Mereka bermukim secara berkelompok di sekitar sungai. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, bambu, dan beratap daun pelem sejenis Livistonia. Umumnya rumah mereka tidak berdinding dan berlantai papan panggung.
Di hutan, kehidupan suku Togutil sebenarnya begitu bersahaja. Mereka hidup dengan memukul sagu, berburu babi dan rusa, dan mencari ikan di sungai-sungai sampai perkebunan. Mereka juga mengumpulkan telur megapoda, damar, dan tanduk rusa untuk dijual pada orang-orang pesisir. Kebun-kebun mereka ditanami pisang, ketela, ubi jalar, papaya, dan tebu.
Adat Istiadat Suku Togutil
Dilansir dari Rimbakita.com, sistem kekerabatan Suku Togutil menganut sistem patriarkal. Jika seorang wanita sudah menikah, ia akan menjadi bagian dari kelompok keluarga suaminya.
Namun di dalam suku itu ditemukan pula pernikahan antara anggota keluarga yang ada dalam satu kelompok. Umumnya satu kelompok terdiri dari 10 KK.
Foto: Liputan6
Warga Togutil juga tidak mengenal adanya kepemimpinan. Dalam hidup berkelompok mereka hanya mengangkat seseorang untuk dijadikan panutannya.
Biasanya seorang panutan dipilih karena orang tersebut dianggap cakap dan cukup piawai dalam berburu dan mengobati orang sakit. Dalam hal ini Suku Togutil memiliki ritual pengobatan yang dikenal dengan istilah “maidu-idu”.
Kehidupannya Makin Terancam
Seiring waktu, kehidupan Suku Togutil makin terancam. Berdasarkan pantauan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), pada 2021 lalu ada kelompok warga yang masuk hutan dan diduga mereka merupakan kelompok kaplingan hutan yang suka menjual lahan hutan kepada pihak perusahaan.
Saat hendak masuk hutan, mereka dicegat oleh salah satu anggota Suku Togutil agar tidak masuk wilayah mereka. Video pencegatan itu viral dan membuat resah warganet.
“Sekilas di video itu memang benar anggota Suku Togutil yang memanah seorang warga yang melintasi sungai. Namun mereka ini kan kalau tidak diganggu tidak melakukan hal yang demikian. Mereka ini bereaksi kalau merasa terancam saja. Apalagi kalau ada orang luar yang masuk,”
kata Pengurus AMAN Maluku Utara, Supriyadi Sawai, dikutip dari Liputan6.com pada 24 Januari 2021 lalu.
Supriyadi mengatakan bahwa saat ini sebagian anggota Suku Togutil sebenarnya sudah memiliki handphone dan sudah bisa mengendarai motor. Bahkan mereka sudah hidup berbaur dengan warga di luar suku mereka.
Foto: Rimbakita.com
Hanya saja masih ada sebagian dari mereka yang hidup masih dengan cara-cara lama. Menurut Supriyadi, mereka semakin terusik dengan orang luar dan hal ini ada kaitannya dengan ekspansi sumber daya alam. Padahal mereka hidup hanya bergantung dengan hutan yaitu dari sungai dan aktivitas berburu.
“Prinsipnya kami mengajak agar lebih menghargai mereka sebagai manusia. Meskipun mereka sangat terbelakang, tapi itu pola kehidupan mereka. Ada batas-batas yang tidak bisa dimasuki, ya jangan masuk. Mana yang memang bisa ya silakan. Tapi kalau tidak bisa tolong jangan dipaksakan,”
Jelas Supriyadi terkait bagaimana seharusnya kita memperlakukan warga Suku Togutil.