Menyusuri Taman Nasional Siberut, Hutan Hujan Tropis di Pulau Mentawai yang Kaya Keanekaragaman Hayati
Hampir 60% dari Taman Nasional Siberut berupa hutan yang dihuni oleh ratusan spesies tumbuhan berkayu, puluhan spesies mamalia, hingga ratusan jenis burung.
Hampir 60% dari Taman Nasional Siberut berupa hutan yang dihuni oleh ratusan spesies tumbuhan berkayu, puluhan spesies mamalia, hingga ratusan jenis burung.
Menyusuri Taman Nasional Siberut, Hutan Hujan Tropis di Pulau Mentawai yang Kaya Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional Siberut terletak di Pulau Siberut, sebuah pulau gugusan terbesar Kepulauan Mentawai yang berada di lepas pantai barat Sumatera. Kawasan dengan luas 190.500 hektare ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup menjanjikan.
Taman nasional ini mempunyai tipe hutan hujan tropis yang di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati sekaligus tempat pelestarian maupun perlindungan berbagai makhluk hidup.
-
Apa potensi alam Taman Nasional Kerinci Seblat? Taman Nasional ini memiliki potensi alam yang begitu besar hingga menjadikan tempat ini diakui sebagai warisan dunia UNESCO.
-
Mengapa Pulau Siberut menarik untuk dikunjungi? Saat ini, pulau tersebut menjadi salah satu destinasi Pariwisata Indonesia yang menarik untuk dikunjungi.
-
Dimana letak Taman Nasional Kerinci Seblat? Terletak di 14 Kabupaten Menurut artikel yang diterbitkan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, letak geografis Taman Nasional Kerinci Seblat ini begitu luas hingga mencakup total empat belas kabupaten.
-
Bagaimana cara menikmati alam di Hutan Mangrove Setapuk? Di tempat ini, Anda akan diajak untuk menyusuri hutan mangrove melalui jembatan kayu dan terdapat tempat duduk untuk bersantai sambil menikmati panorama alam yang mungkin belum pernah Anda lihat.
-
Apa itu Pulau Siberut? Salah satu pulau terindah di Indonesia bernama Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar dari empat pulau yang ada di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat.
-
Dimana lokasi Taman Nasional Kutai? Taman Nasional Kutai adalah taman nasional yang terletak di Kalimantan Timur dan menjadi salah satu taman nasional tertua yang ada di Indonesia.
Dengan potensi yang dimiliki oleh Taman Nasional Siberut ini, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan. Hal ini berkaitan dengan peran taman nasional sebagai habitat maupun program konservasi yang berkelanjutan.
Ingin lebih tahu soal Taman Nasional Siberut? Simak rangkuman informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Kawasan Lindung Pertama
Pemanfaatan potensi yang ada di Taman Nasional Siberut ini dimulai pada tahun 1976 silam. Pemerintah melalui program konservasi di Pulau Siberut itelah menetapkan kawasan lindung pertama yang dibentuk sebagai Suaka Margasatwa bernama 'Suaka Margasatwa Tai-Taibatti'.
Penetapan fungsi sebagai suaka margasatwa ini tertuang pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 670/Kpts/Um/10/1976 tanggal 25 Oktober 1976 dengan luas wilayah 6.500 hektare.
Pada 1978, kawasan suaka margasatwa ini kembali diperluas menjadi 56.500 hektare yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 758/Kpts/Um/12/1978.
Terbagi dalam 3 Zona
Pulau Siberut dikenal sebagai wilayah dengan cagar biosfernya yang sudah diakui dunia melalui UNESCO pada tahun 1981 silam. Adapun kawasan zonasi dari TN Siberut ini meliputi Zona Inti, Zona Rimba, dan Zona Pemanfaatan.
Hampir 60% dari Taman Nasional Siberut berupa hutan yang dihuni oleh ratusan spesies tumbuhan berkayu, puluhan spesies mamalia, hingga ratusan jenis burung.
Selain itu, hutan ini juga menjadi rumah bagi satwa endemik yang terancam punah seperti siamang, beruk, simakobu, dan lutung.
Kaya Keanekaragaman Hayati
Melansir dari berbagai sumber, Taman Nasional Siberut ini memiliki ekosistem hutan yang terbagi ke dalam beberapa golongan, di antaranya hutan primer campuran, hutan rawa, hutan pantai, dan hutan bakau.
Hutan-hutan yang berada di kawasan TN Siberut ini masih perawan alias belum ada manusia yang merusak atau mengakses wilayah tersebut. Selain itu, endemisme di tempat ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di Pulau Sumatra.
Kunci utama dari seimbangnya ekosistem hutan ini tak lepas dari penduduk asli Suku Mentawai. Mereka hanya memanfaatkan hutan seperlunya dan masih diolah dengan cara tradisional.
Suku Mentawai juga kebanyakan mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar lalu memanfaatkannya melalui tahap rumpang, perkembangan, dan dewasa.