Tinggal Dekat dengan Perbatasan Malaysia, Begini Kehidupan Masyarakat Suku Dayak Iban
Secara tradisional, mereka tinggal di sebuah rumah kayu yang bentuknya memanjang.
Mereka sudah mendiami rumah panjang sejak lahir.
Tinggal Dekat dengan Perbatasan Malaysia, Begini Kehidupan Masyarakat Suku Dayak Iban
Suku Dayak Iban merupakan salah satu rumpun Suku Dayak yang keberadaannya menyebar di Kalimantan Barat, Sarawak (Malaysia), hingga Brunei Darussalam. Secara tradisional, mereka tinggal di sebuah rumah kayu yang bentuknya memanjang. Mereka menyebutnya rumah panjai atau betang.
Kondisi itulah yang terlihat di perkampungan Suku Dayak Iban di Kalimantan Barat yang dekat dengan perbatasan Malaysia, tepatnya di Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu.
-
Di mana perkampungan Dayak dan Tionghoa ini berada? Sebuah perkampungan di tepian Danau Laet, Kalimantan Barat menyimpan keunikan dari masyarakatnya.
-
Siapa saja yang mendiami kampung Dayak ini? Masyarakat desa banyak yang merupakan keturunan Dayak dan Tionghoa
-
Dimana Dayak Tomun tinggal? Sudah kenal dengan masyarakat Dayak Tomun? Jika belum, kelompok ini merupakan para pelestari adat yang tinggal di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
-
Apa ciri khas Rumah Imah Badak Heuay? Rumah Imah Badak Heuay memiliki arti yang begitu unik, yaitu badak sedang menguap.
-
Dimana wanita Dayak pakai baju adat? Perempuan Suku Dayak berbalut busana adat itu salah satunya saat acara Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37 Kalimantan Barat yang digelar di Rumah Radakng, Pontianak, Sabtu (20/5).
-
Dimana Suku Kalang tinggal? Hutan jati di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, dulu diduga menjadi tempat tinggal orang Kalang.
Sesampainya di Rumah Panjang Suku Dayak Iban, pemilik kanal YouTube Pie’ie Mejink mendapati rumah panjang itu sangat sepi. Pada siang hari, warga penghuni rumah itu kebanyakan pergi ke ladang.
Salah seorang penghuni rumah panjang mengatakan, ada 28 kepala keluarga yang menghuni rumah itu. Masing-masing kepala keluarga memiliki satu pintu yang terhubung ke sebuah kamar. Di kamar itu masih terdapat kamar-kamar lain yang terpisah oleh bilik seperti ruang tamu, ruang tidur dan dapur.
Salah seorang penghuni lain yang sudah cukup tua mengatakan, rumah panjang itu dibangun tahun 1973 dan jadi sekitar tahun 1976.
Tak hanya di Sungai Utik, rumah panjang Suku Dayak Iban juga ditemui di Kecamatan Batang Lupar. Dari tempat itu, jarak ke perbatasan Malaysia hanya 40 menit berkendara motor.
Warga Suku Dayak Iban di Batang Lupar mengatakan, pada September ini lagi musimnya mudah cari ikan. Apalagi lokasi mereka tak jauh dari Danau Sentarum. Selain bertani, warga yang mendiami rumah panjang juga membuat kerajinan yang terbuat dari daun hutan yang berduri.
Sementara di Desa Sebindang, Kecamatan Nanga Badau, rumah panjang yang dijumpai di sana sudah tak lagi terbuat dari kayu. Bahkan lantainya sudah terbuat dari keramik.
Bahkan rumah panjang itu sudah dialiri listrik dari PLN. Bisa dibilang, rumah panjang di Nanga Badau merupakan rumah panjang terakhir yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Selain bertani, warga di sana juga mendapat makanan yang diperoleh dari berburu. Sementara untuk keperluan air bersih, mereka masih memanfaatkan aliran sungai.