Ada Kampung Jawa di Malaysia, Begini Asal Mulanya yang Ternyata Dibawa oleh Belanda
Kampung Haji Baki jadi salah satu permukiman di Malaysia yang dihuni oleh orang Jawa

Penyebaran suku Jawa di beberapa negara belahan dunia nyata adanya. Belum lama kita tahu bahwa warga Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak tinggal di Suriname, Amerika Selatan. Sekarang, mereka juga turut mendiami negara Malaysia di salah satu perkampungan.
Di wilayah Kuching, Serawak, Malaysia, terdapat komunitas Jawa yang sudah menetap selama puluhan tahun. Mereka ada kalanya berinteraksi menggunakan bahasa Jawa, terlebih bersama orang tua.
Meski demikian, bahasa ibu yang digunakan tak sefasih orang-orang Jawa di Indonesia karena mereka sudah tinggal cukup lama. Namun sisi menariknya, mereka masih bisa mempraktikannya meski bercampur dengan melayu.
Yuk kenalan dengan Kampung Haji Baki yang dihuni oleh sejumlah orang Jawa perantauan.
Kampung Haji Baki Mayoritas Dihuni Warga Jawa

Merujuk kanal Youtube Pie’ie Mejink, Kampung Haji Baki jadi salah satu daerah permukiman yang dihuni oleh warga perantauan asal pulau Jawa.
Sebagian besar mereka mengaku leluhurnya berasal dari Jawa Tengah, seperti seorang warga bernama Ramle. Ia sudah puluhan tahun menetap di Kuching dan masih mampu berbicara bahasa Jawa.
Menurut dia, di Kampung Haji Baki memang banyak dihuni oleh orang Jawa, khususnya Jawa Tengah.
“Iyo, saya wong Jowo, ndek biyen kae mbah-mbahku uripe ning Jawa Tengah,” kata Ramle, yang sedikit terbawa logat Melayu, saat diwawancara kreator video.
Dibawa Oleh Bangsa Jepang

Diceritakan Ramle, bahwa orang tuanya merupakan asli warga Jawa Tengah. Namun ia tak paham, di kota mana persisnya berasal. Sebab, saat itu keluarganya di masa silam dibawa oleh pemerintahan Jepang dari Indonesia.
Ia pun ikut bersama sang ayah dan anggota keluarga lainnya di masa penjajahan tersebut.
“Nek bapak seko kono (Jawa Tengah), kakak beradik loro seko kono kabeh, sing nggowo Jepun (penjajah Jepang) sekira 1943,” katanya lagi.
Bahasa Jawa Terputus di Dirinya
Sangat disayangkan bahwa bahasa Jawa saat ini terputus di dirinya. Ramle pun merasakan bahwa anak-anaknya tidak bisa bahasa Jawa, namun mereka mendengar sesekali saat Ramle menyampaikan informasi soal bahasa Jawa.
Saat ini, diriya menggunakan bahasa Jawa kasar saat berkomunikasi dengan orang Jawa di Serawak atau Kampung Haji Baki.
“Aku iseh Jowo kasar, bapak Jowone alus, anak-anak ora pinter (bahasa Jawa),” ucap Ramle.
Saling Kenal saat Berada di dalam Kapal
Ditambahkan Ramle, ketika itu keluarganya dibawa Jepang ke Malaysia menggunakan kapal. Di tahun 1940-an, ada banyak orang Jawa yang diangkut menuju Malaysia.
Hal unik pun terjadi saat mereka berada di dalam perjalanan. Selama mengarungi lautan, mereka bertemu satu sama lain dan berinteraksi hingga menjadi saudara.
“Pas digowo Jepun ning jero kapal, yo dadi sedulur kabeh ning kono,” tambahnya.
Dibawa untuk Dipekerjakan Bangsa Penjajah
Mengutip Wikipedia, para warga Jawa sebelumnya sempat dibawa kapal untuk dipekerjakan di wilayah Malaysia. Mereka mendapat tugas sebagai pekerja kasar seperti bangunan, irigasi dan lain sebagainya.
Selain itu, warga Jawa juga diminta menjadi pekerja di kebun kelapa sawit agar target produksi penjajah bisa tercapai.
Saat bekerja, rupanya warga Jawa ini justru nyaman hidup di Malaysia saat dijajah oleh Inggris. Alasannya, pasukan Inggris lebih bisa mempekerjakan rakyat secara layak dibanding pemerintaha Belanda atau Jepang.
Sebelumnya penyebaran sudah mulai terjadi sejak abad ke-19 sampai abad ke-20. Pada 1950, sensus penduduk Malaysia mencatat total warga kelahiran Jawa di sana telah mencapai 189.450.