Melihat Kehidupan Kampung Jawa di Malaysia, Masih Ada Tradisi Rewang
Walaupun berada di negeri seberang, sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa
Walaupun berada di negeri seberang, sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa
Melihat Kehidupan Kampung Jawa di Malaysia, Masih Ada Tradisi Rewang
Demi mengadu nasib, banyak orang Jawa yang merantau hingga ke negeri seberang. Mereka tak kembali ke tanah kelahirannya dan beranak pinak di negeri rantau. Namun mereka tak ingin meninggalkan identitas asal. Walaupun berada di negeri orang mereka tetap lestarikan budaya Jawa.
-
Contoh akulturasi apa di Jawa Tengah? Adanya rumah-rumah dengan arsitektur nuansa China Kuno yang terdapat di daerah Tembang dan Lasem, Jawa Tengah.
-
Apa ciri khas Kampung Rawameong? Berkunjung ke kampung ini seperti berada di tahun 1980-an. Pasalnya, deretan rumah penduduk masih berbentuk tradisional zaman dulu. Keramahan warganya juga khas warga pedesaan yang hangat dan bersahaja.
-
Dimana imigran Jawa membangun komunitas? Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas. Kemudian, para petani Jawa itu mendirikan pemukiman sendiri.
-
Dimana Suku Rejang berasal? Konon suku ini berasal dari sebuah daerah yang ada di ujung utara Indonesia atau beberapa orang menyebut dengan Hindia Belakang. Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Apa ciri khas Kampung Laweyan? Mbok Mase adalah perempuan yang gigih dan ulet, ciri khas perempuan Kampung Laweyan pada masa jayanya.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
Hal ini terlihat pada kampung-kampung orang Jawa di Negeri Jiran Malaysia. Mereka tetap berkomunikasi dengan bahasa Jawa walaupun jelas mereka sudah menjadi warga negara Malaysia. Lalu seperti apa kehidupan mereka?
Kampong Sri Arjuna, tepatnya berada di Sarawak, Malaysia. Saat kanal YouTube pie’ie Mejink berkunjung, kampung itu terlihat sunyi. Namun saat semakin mendekat ke permukiman, tampak seorang pria paruh baya keluar dari rumahnya.
Pria itu bernama Pak Rudin. Ia salah satu keturunan Jawa yang bekerja sebagai polisi. Lalu ada Bang Sam. Ia juga merupakan keturunan Jawa di kampung itu.
Bang Sam berkata, bila sesama keturunan Jawa saling berkomunikasi, mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Bahkan mereka tetap melestarikan tradisi yang biasa dilakukan di Pulau Jawa.
“Ini bertepatan dengan Bulan Mulud, kami bikin Nasi Ambeng, bawa ke surau. Masing-masing bawa satu, nanti dimakan ramai-ramai di sana,” kata Bang Sam dikutip dari kanal YouTube Pie’ie Mejink.
Selain itu, bila ada warga kampung itu yang menikah, mereka juga melaksanakan tradisi rewang.
Namun anak-anak keturunan Jawa di kampung itu kini tak lagi ada yang menggunakan nama Jawa.
Mereka cenderung memilih nama yang lebih “Melayu”.
Selain itu, ada Pak Darso. Sama seperti Pak Rudin dan Bang Sam, Pak Darso juga keturunan Jawa.
Ia bekerja sebagai polisi. Bila dengan sesama keturunan Jawa, Pak Darso bicara bahasa Jawa.
“Cuma bahasa Jawa-nya yang pedesaan, bukan Jawa halus,” kata Pak Darso.
Setelah bertemu Pak Darso, pemilik akun YouTube pie’ie Mejink bertemu Pak Suheri. Ia merupakan seorang pensiunan pegawai Kerajaan Malaysia.
Pak Suheri bercerita, warga Malaysia semenanjung yang ingin menuju ke Sarawak harus menggunakan passport.
Berbeda dengan warga Sarawak yang ingin menuju ke Malaysia semenanjung tidak perlu menggunakan passport.
Namun warga Sarawak yang ingin menuju ke Sabah harus menggunakan passport.
Seperti diketahui, Kampung Sri Arjuna terletak tak jauh dari Kota Kuching, Sarawak, Malaysia. Dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, kampung itu dapat ditempuh selama 7-8 jam perjalanan darat dengan melintasi pos perbatasan negara di Entikong, Kalimantan Barat.
Tak hanya di Sri Arjuna, Kampung Jawa juga dapat ditemukan pada beberapa tempat di Kuching, Malaysia. Di sana mereka tetap melestarikan beberapa budaya Jawa, seperti gamelan dan kuda lumping.
Selain itu di sana juga terdapat warung yang menawarkan masakan khas tanah Jawa.
"Sebenarnya warung biasa. Tapi juga ada makanan khas Jawanya ya di sini," ungkap pemilik warung dikutip dari Merdeka.com
Dikutip dari berbagai sumber, migrasi orang-orang Jawa tidak diketahui secara pasti. Diyakini mereka telah bermigrasi sebelum zaman kolonial.
Namun di Malaysia sendiri mereka sudah tidak dikategorikan sebagai orang Jawa, melainkan sudah tergabung sebagai orang Melayu.
Walaupun masih banyak orang Jawa di Malaysia yang masih menggunakan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari, namun kini generasi muda Jawa khususnya yang tinggal di perkotaan sudah banyak yang tidak bisa bertutur bahasa Jawa.
Dalam keseharian mereka menggunakan bahasa Melayu. Bahkan nama mereka sudah mengadopsi nama orang-orang Melayu di Malaysia pada umumnya.