Krisis Air Makin Parah, Begini Perjuangan Warga di Grobogan Berburu Air hingga ke Tengah Hutan
Sumber air di tengah hutan itu kondisinya keruh, namun warga tak punya pilihan lain.
Sumber air di tengah hutan itu kondisinya keruh, namun warga tak punya pilihan lain
Krisis Air Makin Parah, Begini Perjuangan Warga di Grobogan Berburu Air hingga ke Tengah Hutan
Krisis air bersih sudah berlangsung hingga berbulan-bulan. Kondisinya kian parah. Kehidupan warga makin susah. Warga Desa Penadaran, Kecamatan Gubug, Grobogan, harus menyusuri kawasan hutan untuk mendapatkan air bersih.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Dimana saja di Gunungkidul mengalami kekeringan? Terlebih sebanyak 14 dari 18 kecamatan di sana mengalami kesulitan air bersih.
-
Bagaimana Gunungkidul mengatasi kekeringan? “Anggaran di BPBD masih tersedia sehingga belum meminta tambahan melalui BTT,“ katanya.
-
Bagaimana warga Desa Gempolrejo mengatasi krisis air bersih? Dengan begitu warga tak perlu jauh-jauh mengambil air bersih.
-
Mengapa warga Desa Gempolrejo kekurangan air bersih? Musim kemarau panjang yang tak kunjung usai membuat krisis air di beberapa daerah di Jateng bertambah parah.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
Demi memperoleh air, mereka rela berjalan sejauh 1 kilometer, sebagian warga menggunakan sepeda motor. Pemandangan seperti itu sudah berlangsung hingga lima bulan lamanya.
Setiap hari, warga berjuang mencari air bersih. Namun setiba di sumber air, warga tidak begitu saja mendapatkannya. Mereka juga harus antre dengan warga lain.
Namun perjuangan panjang itu tidak sebanding dengan air yang didapat. Saat sampai di sumber air, kondisi air sudah kering dan sulit didapat. Bahkan tidak sedikit warga yang harus gigit jari karena tidak kebagian air.
“Nggak dapat ya tunggu, paginya lagi kan dapat ya. Kalau di sana itu lumayan deras sumbernya. Tapi kalau di sini cepat habis. Antrenya satu-satu,”
kata Suliyah, warga Desa Penadaran, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (26/9).
Kesulitan serupa juga dialami warga Desa Penadaran lainnya, Ngalimin. Ia mengaku setiap hari harus mencari air bersih.
Tercatat ada 70 kepala keluarga yang mengandalkan air keruh untuk memenuhi kebutuhan harian. Kondisi ekonomi yang terbatas membuat mereka tidak mampu membeli air bersih.
“Di sini ada 70 kepala keluarga. Warga yang lain ambil airnya di sebelah gunung ini. Mereka jam empat pagi sudah berduyun-duyun mencari air di tengah hutan ini,” kata Suyadi, perangkat Desa Penadaran.
Air dari sumber air biasa digunakan warga untuk mencuci atau mandi. Sementara untuk minum, warga harus membeli air bersih.