Nestapa di Musim Kemarau, Warga Desa di Lebak Harus Berjalan Kaki 1 Km Demi Air Bersih
Sumur ini jadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat.
Sumur ini jadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat.
Nestapa di Musim Kemarau, Warga Desa di Lebak Harus Berjalan Kaki 1 Km Demi Air Bersih
Musim kemarau melanda sejumlah daerah di wilayah Banten. Akibatnya, masyarakat yang terdampak langsung mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-
Siapa yang terdampak kekeringan di Lebak? 'Di Rancabaok ada 40 rumah yang kekeringan, karena sumur-sumur timba itu pada kering,' jelas Sumiati. Terjadi Setiap Musim Kemarau Ditambahkan Sumiati, bahwa tidak ada pilihan lain bagi warga selain mengambil dari sungai-sungai yang masih teraliri air. 'Nggak ada pilihan, mau ngebor juga mahal,' tambahnya.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa yang terjadi di Banten akibat kekeringan? Akibat fenomena ini, warga Banten kini mengalami kesulitan untuk mendapat air bersih. Sawah dan ladang mereka pun kini kekeringan.
-
Dimana kekeringan di Banten terjadi? Kecamatan Kasemen, Serang menjadi daerah yang cukup terdampak dari fenomena El Nino dan kekeringan. Lalu kesulitan air juga dialami warga yang tinggal di wilayah Lebak bagian selatan.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Di mana saja wilayah yang terdampak kekeringan? Wilayah yang terkena dampak paling parah mencakup hampir seluruh Eropa, Amerika Serikat bagian barat, Brasil, Asia Timur, dan Afrika Tengah.
Seperti yang terjadi di Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Di sini, warganya harus rela berjalan kaki sejauh 1 kilometer demi mendapatkan beberapa jerigen air bersih. Terlihat beberapa warga yang didominasi kaum ibu tengah menuju sumber air resapan di sudut desa. Sehari-hari mereka harus bergantian saat mengambil dari sumber air yang masih tersisa. Tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan.
Satu sumber untuk beberapa kampung
Dikutip dari kanal SCTV Banten, Jumat (11/8), sehari-hari sumber air yang merupakan sumur tua itu menjadi buruan warga. Kondisi air di sana masih tampak melimpah, dan bisa memenuhi kebutuhan warga untuk sementara. Warga kemudian menggunakannya untuk mencuci dan yang lainnya. “Biasanya pakai jet pump, cuma karena sekarang kering, kebanyakan warga sini dan kampung sebelah ngambil air di sumur ini,” kata salah satu warga, Dopi.
Melimpah saat musim hujan
Dopi mengatakan bahwa sumur tersebut akan menyediakan banyak air saat musim hujan, bahkan sumur tersebut sampai tertutup.
Namun kondisi berbeda terjadi saat musim kemarau seperti sekarang, karena debitnya terus digunakan warga. Saat kondisinya sudah semakin kering, warga akan menggali lagi sampai muncul sumber air baru. “Ini kalau musim hujan biasanya ketimbun (tertutup limpahan air), jadi kalau kekeringan akan digali lagi,” kata Dofi, menambahkan.
Jadi andalan warga
Ria, warga lain yang terdampak kekeringan terpaksa mencuci pakaian di sumur tersebut, lantaran sumber air di rumahnya tidak mengalir. “Kekeringannya sudah lama ini,” katanya. Biasanya, kata dia, saat musim hujan, sumur tersebut penuh, namun sekarang banyak warga yang terpaksa mengambil di sana, kendati rumahnya jauh.
“Harapannya kirimlah air ke sini, pak,” katanya.
Tak dapat dipungkiri, air menjadi kebutuhan warga yang harus dipenuhi, terutama untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.