Terdampak Kekeringan, Begini Pilunya Warga Majalengka Harus Cuci Baju di Sungai yang Keruh
Kondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Kondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Terdampak Kekeringan, Begini Pilunya Warga Majalengka Harus Cuci Baju di Sungai yang Keruh
Periode musim kemarau memunculkan masalah seperti menyusutnya debit air, sampai kesulitan untuk mengaksesnya. Ini karena curah hujan di masa tersebut sudah semakin jarang sehingga sumber mata air tidak dapat menyimpan cadangan.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Siapa saja yang terdampak kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali.
-
Bagaimana warga menjemur pakaian? Korban banjir memanfaatkan atap rumah untuk menjemur pakaian.
-
Di mana kekeringan terjadi di Jawa Tengah? Memasuki akhir bulan September, sejumlah daerah di Jateng mulai diguyur hujan. Walau begitu curahnya masih kecil dan belum bisa untuk mencukupi kebutuhan air warga yang daerahnya telah dilanda kekeringan sejak lama.
-
Kenapa kekeringan terjadi di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
Di Desa Bantrangsana, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, musim kemarau turut berdampak, hingga warga terpaksa mencuci pakaian di Sungai Cideres yang keruh. Tak ada pilihan lain dari warga, karena ini cara tercepat agar kebutuhan mencucinya bisa terpenuhi. Terpantau di lokasi, sejumlah ibu rumah tangga bergantian mencuci pakaian keluarga mereka karena air di rumahnya sudah tidak bisa mengalir.
Mencuci di air sungai keruh jadi pilihan
Menurut keterangan dari warga, menggunakan air yang tidak layak terpaksa dilakukan karena air bersih sudah tidak mengalir ke rumah mereka selama satu bulan terkahir. Hal ini akhirnya membuat para ibu rumah tangga memanfaatkan sumber-sumber air yang ada, termasuk aliran sungai. Padahal, kondisi sungai juga mengalami penyusutan hingga airnya banyak tercampur pasir.
“Ini sudah sebulan kesulitan air bersih, akhirnya mencuci di sungai,”
kata salah seorang warga bernama Abibah, mengutip YouTube Liputan6, Selasa (8/8).
merdeka.com
Tak apa kotor asal cepat
Abibah mengaku tidak masalah menggunakan air sungai di desanya itu, walau dalam kondisi yang tidak layak. Menurutnya, selama air di sungai tersebut masih ada dan bisa digunakan, dirinya akan tetap mencuci di sana. Dirinya bersama warga lainnya tak ada pilihan lain, karena air benar-benar tak mengalir.
“Nggak ada air bersih, biasanya kan ada yang bayar tiap bulan. Jadi mendingan ke sungai cepat, biarpun nggak bersih,”
kata Abibah.
merdeka.com
Sumber air jadi rebutan
Abibah menambahkan, ketika air di sumber utama mengalir, dirinya terpaksa harus berebut dengan warga lain yang juga belum tentu kebagian. Menyusutnya air ini diduga karena musim kemarau yang belakangan melanda di wilayah Kabupaten Majalengka. “Nggak papa nyuci di sungai, kotornya dikit,” kata dia menambahkan.
Warga juga membuat kolam di pinggir sungai
Selain Abibah, warga lain juga turut memanfaatkan air sungai di desanya itu, salah satunya dengan membuat bendungan sederhana dari bebatuan.
Air yang tersisa kemudian dibiarkan penuh, dan jika sudah luber akan dialirkan ke rumah-rumah warga ala kadarnya. Selain itu, terdapat juga warga lain yang menanam sayuran kangkung di pinggiran sungai, demi bisa bertahan hidup untuk dikonsumsi. Dampak dari kemarau tahun ini juga membuat sumur warga dan sumur bor pemerintah desa ikut mengering.