Potret Miris Kekeringan di Jawa Tengah, Nenek Asal Pati Harus Jalan Kaki 2 Kilometer Pikul Puluhan Liter Air
Warga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Memasuki akhir bulan September, sejumlah daerah di Jateng mulai diguyur hujan. Walau begitu curahnya masih kecil dan belum bisa untuk mencukupi kebutuhan air warga yang daerahnya telah dilanda kekeringan sejak lama.
Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih. Warga pun terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
-
Apa dampak kekeringan di Jateng? Warga Terdampak Kekeringan di Jateng Capai 9.153 Jiwa, Ini Penjelasan BPBD
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Kenapa warga Klaten kekurangan air bersih? Sarmini, salah seorang warga menjelaskan bahwa dampak kekeringan sudah terjadi dua bulan lamanya. Demi memperoleh air bersih, warga harus antre dengan warga lain. Mereka juga harus rela menempuh jarak 1,5 km dari rumah. Air bersih digunakan untuk kebutuhan memasak, mandi, dan mencuci. Setiap harinya ia membutuhkan sekitar 4-6 jeriken air. “Dari air hujan. Pakai tandon. Kalau saat ini kering tandon saya. Untuk air saya ambil di sini. Antre paling kadang setengah sampai satu jam,“ kata Sarmini dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (7/8).
-
Apa yang terjadi di Banten akibat kekeringan? Akibat fenomena ini, warga Banten kini mengalami kesulitan untuk mendapat air bersih. Sawah dan ladang mereka pun kini kekeringan.
-
Apa upaya Pemprov Jateng mengatasi kekeringan? “Untuk itu dilakukan pengendalian secara pre-emptive di daerah endemis dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan responsif pada daerah yang terserang OPT dengan bahan kimia secara bijaksana,“
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
“Kondisinya sudah berlangsung sebulan ini. Padahal kebutuhan air ini untuk memasak dan mandi,” kata Suratmi, salah seorang warga Desa Garangan yang terdampak kekeringan, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (18/9).
Berikut selengkapnya:
Kekeringan di Boyolali
Kesulitan air juga diakui Nur Cahyati, warga Desa Garangan. Ia dan warga lainnya harus antre untuk memperoleh sumber air yang berada di dalam hutan itu. Pihak terkait sebenarnya sudah memberikan bantuan air untuk warga Desa Garangan.
Relawan dari berbagai komunitas juga mulai menyalurkan bantuan air pada warga Desa Garangan. Sebanyak 24.000 liter air bersih disalurkan untuk warga desa tersebut.
“Mungkin bisa dilihat sendiri bahwa di sini sangat gersang sekali sampai warga membuat galian untuk mendapatkan air bersih. Dari kami sendiri mengirimkan empat tangki air berjumlah 6.000 liter, dan akan disebarkan ke empat kecamatan yaitu Wonosegoro dan Juwangi,” kata Mawardatun Nisa, salah seorang relawan itu.
Nenek Asal Pati Jalan 2 Km demi Air Bersih
Demi bisa memperoleh air, Sukini, warga Desa Tambahagung, Kabupaten Pati, harus berjalan kaki menuju lokasi dropping air bersih dengan membawa dua buah ember. Bila ember itu terisi air, total berat yang harus ia pikul adalah 50 liter air. Tak jarang, ia harus berjalan kaki sejauh dua kilometer bolak balik untuk bisa memperoleh air itu.
“Ini di dalam air saya kasih daun biar airnya nggak goyang,” kata Sukini, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (24/9).
Desa Tambahagung sendiri sudah lima bulan dilanda kekeringan. Selain Desa Tambahagung, ada 69 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Pati yang terdampak kekeringan.
Kekeringan di Batang
Kekeringan yang melanda Provinsi Jateng terjadi menyebar di banyak kabupaten. Di Batang misalnya, per 17 September 2024 kemarin, ada delapan desa yang mengalami kekeringan dan menyebabkan 2.174 warga mengalami krisis air bersih. Debit air sumur dan sungai di desa-desa itu menurun drastic. Oleh karena itu merekapun mengajukan bantuan dropping air bersih.
“Kami telah mendistribusikan 25 tangki air atau sekitar 125 ribu liter air bersih ke desa-desa terdampak krisis air bersih,” kata Kepala Pelaksana BPBD Batang, Ulul Asmi dikutip dari ANTARA.