FOTO: Dampak Nyata El Nino, Bendung Cipamingkis di Bogor Mengering
Kondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba. Inilah penampakannya!
Kondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba. Inilah penampakannya!
FOTO: Dampak Nyata El Nino, Bendung Cipamingkis di Bogor Mengering
Aliran sungai di Bendung Cipamingkis, Jonggol, Kabupaten Bogor, tampak mengering, pada Sabtu (5/8/2023).
Kondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba.
Debit air tampak menurun drastis. Bahkan, sebagian besar dasar sungai di Bendung Cipamingkis telah terlihat.
Mengeringnya Bendung Cipamingkis ini menyebabkan lahan persawahan di kawasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi tak dapat diairi. Akibatnya, areal persawahan pun ikut kering dan beberapa petani memilih untuk menunda aktivitas tanam.
Diketahui, air di Bendung Cipamingkis mengalir ke sekitar 7.508 hektare bidang sawah.
Beginilah kondisi areal persawahan yang mengering akibat surutnya debit air di aliran sungai di Bendung Cipamingkis, Jonggol, Kabupaten Bogor.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan 63 persen wilayah zona musim di Indonesia terdampak fenomena El Nino, yang menyebabkan musim kemarau menjadi lebih kering.
Dampak Nyata EL Nino
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa ancaman El Nino diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September. Hal itu diungkapkan dalam rapat kabinet di Istana Negara pada 18 Juli 2023 lalu.
Dalam keterangan resmi BMKG disebutkan fenomena ini diprediksi akan berintensitas lemah hingga moderat dan dapat berdampak pada ketersediaan air serta produktivitas pangan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia.
"Kami menghimbau masyarakat untuk terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air dengan bijak, dan beradaptasi dengan pola tanah yang ada. Selain itu, memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim yang terus berubah dari waktu ke waktu sangatlah penting dan dapat diakses melalui BMKG,"
tegas Dwikorita.