Potret Warga Bogor Berebut Air Bersih Dampak Kekeringan
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab menjelaskan, 63 persen wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, mulai mengalami krisis air bersih. Kondisi itu seiring curah hujan yang berkurang dampak musim kemarau.
Potret Warga Bogor Berebut Air Bersih Dampak Kekeringan
Warga Kabupaten Bogor Krisis Air Bersih
Pemerintah Kabupaten Bogor mulai sibuk mendistribusikan air bersih untuk masyarakat yang mengalami krisis air bersih. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat, di Desa Wening Galih, Kecamatan Jonggol, sebanyak 2.150 jiwa mengalami krisis air bersih. BPBD telah mengirimkan 2.500 air bersih untuk warga terdampak.
"Kami bekerja sama dengan Perumda Tirta Kahuripan mengirimkan air bersih untuk warga. Kekeringan terjadi karena sudah satu minggu terakhir tidak ada hujan di wilayah ini."
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Aris Nurjatmiko, Rabu (2/8).
@merdeka.com
Warga Desa Wening Galih selama ini sangat bergantung pada hujan untuk memiliki sumber air yang cukup.
"Karena sudah seminggu tidak hujan, jadi warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari," jelas Aris.
Pasokan 2.500 liter bersih dari Pemkab Bogor hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Desa Wening Galih selama dua hari. Artinya, pada Kamis (3/8), warga kembali harus dipasok air bersih. Krisis air juga terjadi di Desa Bojongneros, Kecamatan Cibungbulang, dimana 2.544 jiwa terdampak kekeringan. BPBD pun telah mengirimkan 2.500 liter air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga. Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Curug, Kecamatan Jasinga, dengan warga terdampak kekeringan mencapai 840 jiwa.
"Jadi wilayah yang mengalami krisis air bersih ini sangat mengandalkan hujan untuk mendapat air bersih. Kalau kondisi seperti ini terus, tidak menutup kemungkinan krisis air bersih akan meluas," kata Aris.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini berpotensi lebih kering dari tiga tahun lalu akibat dampak fenomena El Nino. BMKG menyebut bahwa puncak musim kering tahun ini terjadi pada Agustus dan September. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab menjelaskan, 63 persen wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau.
"BMKG telah membuat zona musim. Kita mengkategorikan zona musim di Indonesia ada 699 zona. Saat ini sudah sekitar 63 peraen dari 699 yang sudah memasuki periode musim kemarau," kata Fachri.
Sebagian besar Pulau Sumatera dan Jawa akan mengalami kemarau lebih kering tahun ini karena intensitas hujannya kategori rendah. Kondisi kering juga berpotensi terjadi di Bali, Nusa Tenggara Bara, Nusa Tenggara Timur. Kemudian di sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi.